
Oleh: Azmi TS.
KARYA lukisan OH Supono bermain-main dengan relief Borobudur sebagai totalitasnya berkesenian. Salah satu yang dipilih untuk menuntaskan kegelisahannya jatuh pada bentuk rupadhatu Borobudur. Baginya ada rasa kepuasan tersendiri ketika melihat lukisan timbul yang dipahatkan di sekitar dinding Candi Borobodur tersebut.
Kehadiran relief dalam lukisan OH Supono seakan ingin menghadirkan kembali ruang baru tentang rupadhatu pada kanvas. Kehadiran wajah figur-figur wanita terbuat dari batu itu di susun berderet tak seutuh aslinya lagi. Wanita yang bertelanjang dada itu ada yang diubah, tanpa melupakan layaknya sebongkah batu.
Pengungkapan rupadhatu dengan garis linier memang luar biasa, sejalan pula penambahan komposisi warna yang berisikan nuansa estetik. Pelukis asal Surabaya bernama lengkap Ogeng Heru Supono, sudah aktif melukis sejak tahun 1957. Dia sangat tekun dan selalu mencari hal-hal baru tentang realita kehidupan.
Bahkan dia menjadikan lukisan relief rupadhatu ini dikaitkan dengan era Borobodur, karena puncak estetikanya seputar itu. Selain melukis dia memang gemar membaca buku tentang referensi gaya lukisan Barat. Dalam perjalanan karirnya dia tak mau terjebak dalam satu dikotomi sebuah aliran.
Ide-ide kreatifnya memang tak lepas dari kehidupan tradisi Jawa dan Bali sehingga bersepadan dengan budaya Barat yang dia kaji. Relief rupadhatu dia lukis dengan tujuan untuk mengejar daya cipta dan kecepatan. Pelukis yang lahir pada tanggal 11 Juli 1937 memang ulet dan selalu teguh bersikap. Sejak tahun 1990 dia memutuskan untuk melukiskan tentang relief Borobudur berikut penjelajahan lewat kanvas.
Ini mungkin saja pengaruh tempat tinggal di kota Surakarta, Surabaya, Bali dan Jakarta. Perpindahan itu membuat ilmu tentang ruang rupanya jadi bertambah, masing-masing budaya lokal jadi amunisi baru. Lukisan dari masing-masing relief rupadhatu ini uniknya seakan melahirkan genre baru. Terbukti serial lukisan Borobudurnya banyak jadi bahan perbincangan.
Lukisan tentang Borobudur ini sudah mengalami kajian matang dan panjang. Dia biasa bolak-balik memotret relief, lalu dia tuangkan dalam coretan berupa sketsa. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang di atas secarik kertas hingga diperoleh garis linier yang permanen. Lukisan Pak Pono sapaan akrabnya, sudah tersebar di mana-mana memang terkenal dengan filosofi kreatifnya.