Jika Pemanasan Global Berlanjut

Seabad Lagi, Bumi Akan Kehilangan Awan

seabad-lagi-bumi-akan-kehilangan-awan

AWAN adalah massa yang dapat dilihat dari tetesan air atau kristal beku tergantung di atmos­fer di atas permukaan bumi atau permukaan planet lain. Awan juga massa terlihat yang tertarik gravitasi, seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan antar bintang dan nebula. Awan dipelajari dalam ilmu awan atau fisika awan, suatu cabang meteo­rologi.

Di Bumi substansi biasanya presipitasi uap air. Dengan ban­tuan partikel higros­ko­pis udara seperti debu dan garam dari laut, tetesan air kecil terbentuk pada ke­ting­gian rendah dan kristal es pada keting­gian tinggi bila udara didinginkan jadi jenuh oleh konvektif lokal atau lebih besar mengangkat non-konvektif skala.

Pada beberapa kasus, awan tinggi mung­kin sebagian terdiri dari tetesan air su­perdingin. Te­tesan dan kristal biasanya dia­me­ternya sekitar 0,01 mm (0,00039 in).

Paling umum dari pemanasan matahari di siang hari dari udara pada tingkat per­mukaan, angkat frontal yang memaksa mas­sa udara lebih hangat akan naik lebih ke atas dan mengangkat orografik udara di atas gunung.

Ketika udara naik, mengem­bang se­hing­ga tekanan berkurang. Kini kita masih bisa melihat awan di langit. Bagaimana jika suatu hari nanti awan tidak ada lagi? Tentu kita semua akan sangat kehilangan. Hal ini tentu bisa terjadi.

Berdasarkan 500 catatan ik­lim kuno, Bumi akan berubah menjadi dunia asing yang tak bisa dikenali dalam kurun waktu tersebut. Dari sana, ilmuwan menyimpul­kan perubahan iklim saat ini sebanding de­ngan apa yang dilalui Bumi ketika za­man es terakhir. Selain itu, per­geseran se­­ismik dalam keanekaragaman hayati yang terjadi kemungkinan juga akan terulang.

Ambang batas

Berdasarkan sebuah teori il­muwan mem­prediksi bahwa sua­tu hari nanti, awan di Bumi bisa menghilang. Prediksi itu me­nye­butkan dalam satu abad yang akan datang, jika pemanasan global terus mem­buruk maka awan akan menghilang. Dam­pak dari hilang­nya awan juga cukup me­matikan, kemungkinan kepu­nahan massal di Bumi akan terjadi.

Penelitian tersebut telah diter­bitkan pa­da Senin (25/2) di jurnal Nature Geo­s­cien­ce. Tapio Schnei­der, seorang peneliti utama proyek yang tergabung di Cali­fornia Institute of Technology dan NASA Jet Propulsion Laboratory menge­mu­ka­kan skenario terbu­ruk tersebut.

Secara khusus, perhitungan superkom­puter yang baru mene­mukan bahwa jika konsentrasi karbon dioksida atmosfer menca­pai 1.200 PPM (Part Per Million) ma­ka awan di Bumi akan meng­hilang dan membuat Bumi me­manas. Peristiwa ke­punahan mas­sal yang terjadi sekitar 56 juta tahun yang lalu dapat terjadi lagi.

Untuk saat ini, karbon dioksida atmos­fer Bumi rata-rata berada pada 410 PPM. Na­mun, berda­sarkan ketergantungan du­nia pada bahan bakar fosil, atmosfer Bu­mi dapat mencapai ambang batas 1.200 PPM dalam satu abad mendatang.

Saat karbon terakumulasi di atmosfer, senyawa tersebut akan memecah awan stratocumulus yang diketahui berfungsi men­di­nginkan planet. Awan-awan se­perti stratus, cirrus tipis, dan nimbus juga dapat terurai ketika karbon dioksida meningkat.

Dengan hilangnya awan-awan di Bumi maka suhu global akan dengan cepat me­ningkat hingga 8 derajat Celcius. Pening­katan suhu sebesar itu akan mem­buat da­erah di dekat garis khatu­listiwa tidak la­yak dihuni. (msnc/sbc/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi