Alasan Gadis Rusia Pilih Pasangan Asing

alasan-gadis-rusia-pilih-pasangan-asing

BANYAK yang mengatakan bahwa perempuan Rusia tidak se­dikit yang tertarik terhadap orang asing sehingga mereka bisa menikmati kehidupan di ne­gara orang. Tetapi tampaknya tidaklah sepenuhnya begitu. Se­waktu mewawancarai bebe­rapa perempuan Rusia, baik yang sudah menikah maupun yang masih berpacaran dengan orang asing, dan mencari tahu apa yang sebenarnya memotivasi mereka untuk membina hubungan.

Aleona, menikah dengan orang Indonesia

“Saya pikir, kewargane­ga­raan sama sekali tidak penting. Se­jak awal saya bertemu dengan Panca, saya tahu bahwa kami akan menikah sekalipun keliha­tannya itu agak mustahil, me­ng­­ingat perbedaan kewarg­ane­ga­raan, bahasa, budaya, dan bah­kan agama.

“Saya menikah dengannya ka­rena dia pria yang sangat baik, tenang, dan sekaligus percaya diri. Kami memiliki begitu ba­nyak persamaan pandangan da­lam banyak hal, dia benar-benar belahan jiwa saya!

“Dia pun selalu menjaga saya dan tidak keberatan berbagi tu­gas rumah tangga. Kehidupan kami penuh dengan kebaha­gia­an. Apalagi, selama ini kami te­lah melewati banyak tanta­ngan sehingga baik keluarga mau­pun hubungan kami kini begitu kuat.

“Saya telah tinggal di Indonesia selama tiga tahun. Selama itu pula, saya telah mempelajari bu­daya negeri yang sangat m­e­ngoda itu. Sekarang, kami pin­dah ke Rusia dan akan me­miliki pengalaman baru di sini. Saya harap, kami dapat membagikan sisi terbaik dari kedua budaya kami kepada anak-anak kami di masa depan.”

Irina, berpacaran dengan orang Austria

“Saya suka orang Eropa ka­rena mereka tidak meman­dang peran gender seperti kebanya­kan orang di di Rusia. Maksud sa­ya, di Austria, saya tidak perlu buru-buru pulang ke rumah dari kantor demi menyiapkan makan malam suami saya, mencuci piring, dan lain-lain.

“Kami melakukan semuanya bersama-sama. Ini mungkin tam­­pak sepele, tapi itu benar-be­­nar membuat hidup lebih mu­dah, se­­tidak­nya untuk saya. Ti­dak se­mua pekerjaan rumah tang­ga ada­lah tanggung jawab sa­ya. Jadi, saya punya banyak wak­tu untuk dihabiskan ber­sama Philip.

“Kami melakukan semuanya bersama, mulai dari memasak, men­cuci, hingga menonton Ga­me of Thrones. Yang paling pen­ting, tidak ada yang bisa men­dik­te saya, seperti, “Anda se­orang perempuan, Anda harus me­la­kukan semuanya sendirian, se­mentara suami Anda bersantai.”

Bertemu Aisyah, menikah dengan orang Indonesia

“Saya mencintai suami saya bu­kan karena kewargane­ga­raan­nya. Saya tidak peduli apakah di orang Rusia atau orang asing. Sa­ya pun tidak pernah berpikir akan menikah dengan orang In­do­nesia. Kami bertemu, saling ja­tuh cinta, dan mulai ber­pacaran.

“Saya juga melihat bahwa ka­mi mempunyai pandangan yang sama dalam kehidupan, dan saya percaya bahwa dia bisa manjadi ayah yang baik dan contoh bagi anak-anak saya. Dia orang yang mudah bergaul, baik hati, dan ramah. Dia sangat berpikiran ter­buka, lucu, pintar, dan se­orang pria yang sayang keluarga.

“Saya pikir perempuan tidak pernah punya kriteria kewarga­ne­garaan tertentu untuk dipacari atau dinikahi. Bagi saya, tidak pen­ting apakah pria itu berasal dari suku atau bangsa yang sa­ma, atau mungkin orang asing. Se­lama kami bisa hidup ber­sama, siapa yang peduli paspor apa yang Anda miliki?

Aleona, menikah dengan orang Turki

“Saya menikah dengannya karena dia benar-benar serius dan membuktikan kesiriusannya itu dengan tindakan. Pria Rusia yang saya temui terlalu banyak bi­cara, tapi sedikit bekerja. Sua­mi saya sangat aktif.

“Dia benar-benar membuat saya kagum. Saya begitu ter­pe­sona sampai saya tidak me­nya­dari apa yang sedang ter­jadi. Dia juga orang yang lucu. Ba­gi saya, sangat penting me­miliki seseorang yang tahu ba­gaimana membuat Anda ter­se­nyum ke­tika Anda harus meng­hadapi ma­sa-masa yang sulit.

Natalia, menikah dengan orang Australia

“Saya tidak memilih Andy ka­rena kewarganegaraannya. Lagi­pula, saya tidak melihat per­bedaan besar antara dia dan man­tan pacar saya.

Kami merasa co­cok satu sama lain. Saya per­nah bertemu dengan orang Rusia yang lucu dan orang Australia yang be­rengsek. Jadi, menurut saya, karakter pria tidak bergan­tung pada asalnya.

“Salah satu hal yang mem­be­dakan mereka adalah bagaimana mereka memandang feminisme. Di Australia, hampir tidak ada orang yang mengharapkan pem­bagian pekerjaan rumah tangga antara laki-laki dan perempuan.

Menyenangkan

“Hal lain yang saya per­ha­tikan adalah bahwa disini pria ti­dak terbiasa membayarkan ma­­kananan dan minuman pe­rem­puan di kafe atau restoran. Se­lain itu, para ayah selalu berja­lan dengan anak-anak mereka di taman bermain, membawa me­reka ke sekolah, dan lain-lain ini benar-benar peman­da­ngan yang menyenangkan.

Sandra, menikah dengan orang Prancis

 “Sejujurnya, sejak kecil saya percaya bahwa ketika dewasa nanti saya akan tinggal di luar negeri. Saya tak tahu mengapa, tapi setelah bepergian melintasi Italia, negara itu seperti mem­beri isyarat kepada saya. Saya mulai belajar bahasa Italia dan belajar di Roma. Namun, saya tidak pernah mencoba mencari pacar di luar negeri.

“Jadi, ini mungkin memang takdir saya. Saya bertemu suami saya di Moskow saat bekerja. Rasa humornya menarik per­ha­tian saya , ringan dan positif, tanpa perlu merendahkan orang lain, yang sebenarnya bukan hal yang biasa saya lakukan di antara teman-teman Rusia saya.

“Sifatnya itu membuat diri­nya mampu menghadapi hari-hari dengan santai.

Sekarang, ba­gi saya, pria Ru­sialah yang jus­tru tampak asing. Bukan ber­arti saya tidak suka de­ngan me­reka, saya senang ber­teman dan bersenang-senang de­ngan me­reka, tapi kini saya me­rasa lebih dekat dengan orang Prancis.

Natalia, menikah dengan orang Jerman

“Tentu saja, ada beberapa perbedaan dalam hal mentalitas atau karakter budaya.

Namun, kami tinggal di Jer­man dan su­dah berasimilasi se­jak lama. Sa­ya tidak meng­ang­gap suami saya orang asing, dan saya se­be­nar­nya tidak per­nah bermimpi akan menikahi orang asing.

“Kami menganggap satu sama lain sama (pe­ker­jaan ru­mah tangga bu­kan tugas utama pe­rem­puan). Kami pun memi­liki pandangan yang sama da­lam hal mengurus ru­mah tangga dan keuangan.

Memang, saya per­nah mendengar bahwa kakek-ne­nek Jerman cenderung tidak merawat cucu-cucu mereka se­perti kakek-nenek Rusia pada umum­nya, tapi saya belum per­nah melihat hal ini secara lang­sung.

Maria, menikah dengan orang Belanda

“Saya tidak ada masalah dengan perbedaan kewarga­ne­garaan, kebetulan saya bertemu de­ngan pria Belanda yang sem­purna! Saya merasa, kami justru lebih mudah menemukan per­bedaan kecil dengan seseorang yang berasal dari budaya dan latar belakang yang sama dan itu bisa membuat kami merasa asing satu sama lain.

Sementara, kami bisa de­ngan sangat mudah menemukan ke­sa­maan kecil dengan se­se­orang yang berasal dari latar be­lakang yang benar-benar ber­beda dan menjadi begitu akrab.

Alexandra, menikah dengan orang Austria

“Saya tidak tahu kenapa ga­dis-gadis Rusia menikahi orang asing, tapi menurut saya, itulah cinta! Dan sejujurnya, saya rasa saya tidak akan me­ne­mukan suami seperti dia di Rusia! (rbthc/ar)

()

Baca Juga

Rekomendasi