Kualasimpang, (Analisa). Kabupaten Aceh Tamiang kembali mendapatkan program pencetakan sawah seluas 290 hektare (Ha) dari pemerintah pusat yang dibiayai APBN Tahun Anggaran 2019 senilai Rp5 miliar.
Rencananya program tersebut akan dipusatkan di Kampung Tenggulun, Kecamatan Tenggulun. Sebab, di Tenggulun sudah tersedia lahan milik pemerintah seluas 795 hektare yang merupakan lokasi program cetak sawah lama sejak 1985. Namun program tersebut ditentang oleh masyarakat setempat yang sudah puluhan tahun menggarap dan menduduki lahan itu.
“Program cetak sawah ini sudah digagas sejak 1985 oleh pemerintah. Namun saat itu terkendala tidak cukup sumber air. Tahun ini Kabupaten Aceh Tamiang mendapat jatah cetak sawah seluas 290 hektare dan akan dibangun irigasi juga di sini, sehingga program cetak sawah yang pernah terhenti akan dilanjutkan lagi,” kata Bupati Aceh Tamiang, H Mursil saat melakukan sosialisasi program pencetakan sawah di Balai Kampung Tenggulun, Kamis (21/3) sore.
Bupati Mursil didampingi Kadis Pertanian, Safwan dan unsur Forkopimcam Tenggulun menyatakan, jika target lahan itu tidak tercukupi maka konsekuensinya program cetak sawah ini akan dialihkan ke daerah lain. Pemda setempat menginginkan di Tenggulun ada cetak sawah untuk memenuhi target 290 Ha tersebut.
“Yang membuat saya gembira, saluran irigasi di Tenggulun ini akan diperbaiki dengan anggaran Rp10 miliar dari Pemerintah Provinsi Aceh. Anggaran untuk irigasi bahkan lebih besar dari anggaran cetak sawah. Kita harus manfaatkan program ini, karena di kecamatan lain meski sawahnya bagus tapi tidak ada air, masyarakat kita yang lain juga bermohon untuk dibangun irigasi,” ungkap Mursil.
Selaku Ketua Ketahanan Pangan Kabupaten, Mursil membujuk masyarakat untuk beralih menanam padi dan ikut program cetak sawah. Dia mengilustrasikan lebih untung punya lahan sawah dibanding kebun sawit yang luasnya tidak seberapa, agar dikonversi menjadi sawah.
“Kebun sawit kalau hanya satu hektare, hasilnya kalah jauh dengan padi. Harga kelapa sawit juga sudah tidak bisa diandalkan. Bila tersedia sumber airnya, maka lebih untung kita punya sawah karena bisa panen tiga kali setahun,” ajak Mursil.
Kadis Pertanian, Peternakan dan Perkebunan (Distanakbun) Aceh Tamiang, Safwan mengatakan, program cetak sawah di Kampung Tenggulun ini akan dijadikan pilot project dan diutamakan karenabersamaan dengan pembangunan irigasinya.
Sejauh ini, papar Safwan, Pemkab Aceh Tamiang baru mampu menyediakan 115 hektare dari luas lahan 290 hektare yang dibutuhkan untuk cetak sawah. Lahan 115 gektare itu berada di Kecamatan Karang Baru 58 hektare dan di Bendahara 57 hektare.
“Oleh karena itu, saya berharap di Tenggulun ini harus ada lahan cetak sawah minimal 175 hektare lagi untuk memenuhi target 290 hektare tersebut,” ungkapnya.
Menurut Safwan, untuk urusan pencetakan sawah, bibit dan pupuk akan disediakan pemerintah. Nantinya masyarakat terima bersih tinggal siap tanam. Karena cetak sawah ini merupakan program Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dari Kementerian Pertanian RI dengan melibatkan TNI AD.
“Semua biaya ditanggung pemerintah hingga sertifikat tanah akan diurus menjadi hak milik petani,” sebutnya.
Safwan juga memberi pemahaman yang realistis kepada warga Tenggulun yang telah menggarap tanah negara untuk menerima program cetak sawah. Sebab, masing-masing kepala keluarga (KK) akan diberi lahan sawah seluas 2 hektare.
“Meski kebun sawit yang bapak-bapak tanam sudah menghasilkan, tapi tanah itu punya negara bukan milik kita dan sewaktu-waktu bisa diambil alih oleh pemerintah. Tapi melalui rogram cetak sawah ini, kita bisa memiliki tanah pribadi untuk masa depan anak cucu kita,” imbuh Safwan.
Berlansung alot
Pemantauan Analisa di lapangan, prtemuan yang dihadiri Bupati Aceh Tamiang, H Mursil, itu berlansung alot dan diwarnai perdebatan. Warga menilai program yang dipaparkan pemerintah daerah belum memberi jaminan masa depan mereka.
“Program cetak sawah 290 hektare ini kami anggap belum jelas. Seharusnya pemerintah membangun irigasinya dulu baru bicara program cetak sawah. Intinya, kami masih menolak,” sebut salah satu warga bernama Poniran kepada Analisa usai acara tersebut.
Poniran yang juga anggota KTNA Tenggulun ini mengaku pesimis karena sampai saat ini irigasi belum ada. Sepertinya mustahil dibangun irigasi bersamaan dengan cetak sawah,” ungkap dia.
Sementara warga lain Mulyono mengatakan, mayoritas warga telah menanam kelapa sawit di lokasi yang akan dijadikan cetak sawah itu. Bahkan sebagian besar warga juga sudah mengambil kredit bank dengan andalan untuk membayar yaitu kebun sawit mereka. (dhs)