Lebih Pedas dari Cabai Merah

Capsaicin pada Cabai Rawit Jadi Pemicunya

capsaicin-pada-cabai-rawit-jadi-pemicunya

CABAI memiliki banyak jenis dengan tingkatan kepedasan yang berbeda-beda. Bagi penyuka ma­kanan pedas, rasanya k­urang lengkap apabila makan atau nge­mil gorengan tanpa cabe ra­wit. Namun, ta­hukah Anda kenapa rasa cabe rawit bisa berkali-kali lipat lebih pedas daripada cabe merah besar biasa?

 Rasa pedas cabai rawit diha­sil­kan dari zat kimia bernama capsaicin. Semakin ba­nyak kadar capsaicinnya, maka cabe ter­sebut akan terasa semakin pedas.

Untuk mengukur tingkat kepe­dasan atau kandungan capsaicin dalam cabai tentu tidak dicicipi langsung dengan lidah. Ada cara khusus yang lebih aman dan aku­­rat, dengan menggunakan Skala Sco­ville (SHU).

Di Indonesia, cabe rawit dianggap se­bagai salah satu jenis cabai terpedas. Cabe rawit me­miliki skor 100 ribu ketika di­­ukur menggunakan Skala Scoville. Se­men­tara cabe merah besar hanya sekitar 30,000 – 50,000 SHU.

Rekor cabe paling pedas se­dunia versi Guinness World Records dipegang oleh Carolina Reaper yang memiliki tingkat kepedasan 15-31 kali lipat dari cabe rawit.

Capsaicin telah lama diketahui ber­po­tensi meredakan rasa sakit serta mening­katkan daya tahan tubuh untuk melawan in­feksi. Sudah banyak pula penelitian yang melaporkan efek capsaicin untuk mendorong kerja metabolisme tubuh hing­ga 5% lebih cepat un­tuk membakar lebih ban­yak le­mak.

Efek pembakaran kalori ini bahkan diketahui masih terus bekerja sampai 20 me­nit setelah Anda selesai makan.

Selain itu, capsaicin juga diya­kini efek­tif untuk menurunkan kadar kolesterol jahat LDL se­mentara di waktu yang sama me­ningkatkan kadar kolesterol baik HDL dalam tubuh. Masih meragukan potensi manfaat makanan pedas?

Di sisi lain, meski bermanfaat, capsaicin juga berisiko menim­bulkan efek sam­ping yang menye­balkan. Makan cabe da­pat mem­buat kebanyakan orang menga­lami sakit perut atau mulas, mulut dan teng­gorokan panas seperti terbakar, hing­ga hidung ingusan, berkeringat deras, hingga sampai menitikkan air mata.

 Ini karena capsaicin dapat memicu terjadinya iritasi sel pada membran mulut, lambung, teng­gorokan, dan mata apabila di­konsumsi kebanyakan.

Kenapa capsaicin bisa me­nye­babkan berbagai reaksi ter­sebut? Capsaicin adalah se­nya­wa stimulan. Berbagai “ge­jala” fisik yang muncul setelah kita makan pedas mun­cul karena capsaicin bekerja merang­sang saraf untuk meningkatkan suhu inti tu­buh. Ketika Anda makan cabe rawit, maka sistem saraf pusat di otak bereaksi dengan cara melebarkan pembuluh darah di berbagai bagian tubuh.

Hal inilah yang memicu kulit jadi memerah dan bercucuran ke­ringat saat kita “kepedesan”. Pelebaran pembuluh da­rah ini jugalah yang ikut memicu pe­ning­katan produksi air liur di mulut dan ingus dalam hidung. Dalam kasus “ke­pe­desan” yang parah Anda mungkin juga jadi tuli sementara karena pro­duksi air liur berlebih bisa me­nyebabkan pe­nyu­mbatan lendir di saluran eustachius, yaitu saluran yang langsung menghu­bung­kan tenggorokan dengan telinga.

Di sisi lain, capsaicin adalah senyawa asing bagi tubuh. Maka dari itu, berbagai reaksi “kepe­desan” yang Anda alami se­bena­rnya juga sekaligus menjadi sistem pertahanan bawah sadar tubuh untuk me­lawan dan mem­perbaiki efek iritasi capsaicin yang merugikan.

Sistem imun tubuh Anda mendeteksi bah­wa asupan cap­saicin dari makanan pedas Anda sudah di luar batas toleransi sehingga harus dilawan. (ngi/hsc/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi