
DANAU Inle yang terkenal di Myanmar menjadi magnet selama berdekade karena banyak wisatawan mendatangi lokasi ini yang memiliki taman-taman terapung dan gaya unik nelayan yang menggunakan kaki untuk mendayung perahu. Tapi para pakar memperingatkan danau ini terancam kering dan tindakan urgen perlu diambil untuk mencegah bencana yang mengancam danau indah satu ini.
Inle atau sering juga disebut Innlay terletak di Nyaungshwe Township, distrik Taunggyi Propinsi Shan dan merupakan wilayah dari area Shan Hills. Luas danau yang tenang ini mencapai sekitar 116.3 kilometer persegi. Danau Inle merupakan salah satu destinasi wisata yang menarik di Myanmar selain Yangon, Bagan, dan Mandalay. Danau cantik dan tenang ini dihuni Suku Intha.
Suku Intha merupakan satu-satunya suku yang mendiami kawasan perairan Danau Inle. Suku ini tidak berbeda jauh dengan orang Myanmar pada umumnya.
Mereka juga menggunakan Longyi dan memakai Thanaka di wajahnya. Rumah Suku Intha berdinding kayu dan bambu. Sedangkan alat transportasi yang digunakan di danau ini adalah sampan dayung dan sampan motor.
Sampan motor biasanya digunakan untuk transportasi umum mengantarkan wisatawan keliling Danau Inle. Di sampan itu diletakkan kursi kayu yang berjejer ke belakang sehingga penumpang akan merasa nyaman.
Sedangkan untuk sampan dayung, ada ciri khas unik di Danau Inle yang tidak dimiliki daerah lain. Suku Intha menggerakkan dayung sampan tidak dengan menggunakan tangan. Mereka menggerakkan dayung sampan menggunakan kaki. Para nelayan tersebut berdiri di ujung perahu, batang dayung dililitkan ke tungkai kaki mereka, dan dengan lincahnya mereka menggerakkan dayung di permukaan air. Agak sedikit seram juga ketika melihat mereka berdiri di ujung perahu itu.
Alasan utama Suku Intha menggunakan kaki untuk menggerakkan dayung karena perairan Danau Inle tertutup rumput dan tanaman air lainnya.
Budaya turun temurun
Sehingga untuk memudahkan mendayung supaya tidak tersangkut rumput-rumput air, mereka harus berdiri dan menggunakan tenaga kaki untuk mendayung. Konon, ini merupakan budaya turun temurun Suku Intha dalam keseharian mereka.
Salah satu keunikan lain dari Danau Inle adalah cara nelayan Inle bekerja menangkap ikan. Nelayan Inle ini memegang dayung dengan satu tangan kemudian tangan yang satu memegang alat penangkap ikan, sementara kaki yang satu menopang badan, kaki yang satunya diangkat untuk mencengkeram alat penangkap ikan agar terangkat. Mata pencaharian utama dari masyarakat Suku Intha adalah bercocok tanam, maka dari itu, mereka juga mengembangkan ide bertanam yang unik, yaitu dengan membuat kebun terapung.
Masyarakat Suku Intha membuat kebun ini dari rumput laut yang ada di dasar danau. Mereka membuat petak-petak lahan basah dari rumput-rumput tersebut dan disangga dengan batang bambu. Hasil bercocok tanam itu sebagian dikonsumsi sendiri dan sebagian lagi dijual di pasar.
Selain kegiatan tersebut, hal lain dari Suku Intha yang menarik untuk dinikmati adalah kegiatan keagamaannya. Mayoritas penduduk Myanmar adalah pemeluk Buddha yang taat, termasuk masyarakat di Inle. Oleh karena itu, tak heran jika di kawasan danau ini terdapat banyak pagoda.
Salah satunya adalah Phaung Daw Oo Pagoda. Di Phaung Daw Oo Pagoda terdapat Gambar Buddha. Kisah-kisah mengenai Buddha yang dilukiskan dalam gambar. Selain itu terdapat juga taman merpati. Di tempat itu banyak terdapat merpati yang bisa kita beri makan.
Seperti di semua pagoda yang ada di Myanmar, tidak diperbolehkannya mengenakan alas kaki apabila memasuki kawasan pagoda, maka di pagoda ini kita juga harus melepaskan alas kaki.
Selain pagoda-pagoda yang tersebar di sepanjang aliran Danau Inle, ada juga beberapa pusat kerajinan yang tersebar di kawasan perairan Inle, seperti kerajinan emas dan perak, tenun, baik itu tenun sutera dari tanaman teratai atau dikenal dengan lotus, tenun kapas, kerajinan bambu, seni ukir, pembuatan perahu, serta pelintingan rokok tradisional khas Inle. (bms/afp/es)