
Oleh: Rhinto Sustono
DEMIKIAN banyaknya penamaan varian batu akik di nusantara, sering membuat kita sulit membedakan antara yang satu dengan lainnya. Apalagi jika ditemukan jenis akik yang mempunyai kemiripan.
Akan sulit awam membedakan antara batu lumut dengan batu bacan. Kedua jenis didominasi kemilau hijau. Meski kekhasan batu lumut selalu ada semburat serat yang memenuhi permukaannya, namun tak jarang bacan doko juga berserat sama. Bahkan antara kedua varian juga memiliki jenis batu bergambar layaknya batu fosil.
Meski kadang mempunyai kemiripan, tapi tidak begitu merepotkan bagi pecinta dan kolektor batu untuk memilah kedua varian. Dari melihat sekilah saja pun, pecinta batu dan kolektor sudah bisa memastikan mana batu lumut dan mana yang bacan.
Begitu halnya dengan membedakan jenis batu kecubung dengan jenis lainnya. Walaupun jenis kecubung yang termasuk amethyst atau bungur ini punya banyak varian, yang semuanya dibedakan dengan tanda fisik, terutama pada warnanya. Bungur ini merupakan batu akik dan permata yang masuk pada kategori quartz (silikon dioksida) atau kuarsa.
Diketahui, tingkat kekerasan dari jenis batu permata ini mencapai 7 skala mohs. Selain itu, banyak ragam jenis kecubung yang bisa dikenali. Alam nusantara yang kaya, memberikan anugerah berbagai jenis batu kecubung. Pembedanya bisa bermula dari daerah asalnya. Misalnya dari Kalimantan Tengah, dari Aceh, bahkan dari Lampung.
Yang dari Kalimantan, termasuk jenis kecubung terbaik dan sudah diakui hingga mancanegara. Bahkan di banyak bursa pasar akik, jenis kecubung ini selalu bersertifikat karena bernilai tinggi. Ciri khas utama kecubung Kalimantan inibiasanya didominasi ungu pekat. Meski pekat. namun tetap memiliki tansparansi warna dan warnanya tidak menggumpal pada satu sisi.
Batu kecubung berkategori unggu ini sering juga disebut sebagai kecubung wulung. Pangkalan Bun merupakan pangkalan atau pelabuhan yang terletak di tepi Sungai Buun yang sekaligus menjadi daerah kedudukan Kerajaan Kotawaringin pada era 1800-an. Dari sejarahnya, batu kecubung wulung (ungu) merupakan batu permata yang digunakan anggota keluarga kerajaan.
Biasa disebut sebagai batu kecubung ungu karena memang lebih dominan ungu muda dan ungu tua. Yang terbaik yang ungunya seperti terong karena kemilau cahayanya terlihat sangat luar biasa. Selain warnanya, serat dan kejernihan batu ini juga jadi patokan penilaian kualitasnya.
Ada pula jenis kecubung api yang banyak diperoleh dari Aceh dan Bengkulu. Keindahan jenis kecubung api ini memiliki struktur utama yang dinilai memiliki kesamaan dengan batu yaman wulung dari Yaman. Ciri kemiripannya terletak pada merahnya yang menyala – nyala ketika diberi pencahayaan begitu pula dengan warna dasar hitamnya.
Meski begitu, jenis batu permata tetap punya perbedaan mendasar, semua tergantung pada kandungan batunya dan faktor geografis asal daerahnya. Sekilas kecubung api terlihat dominan hitam. Namun ketika diberi pencahayaan, maka merahnya akan menyala.
Jenis lain yang berbanding terbalik namanya dengan sifat api, yakni kecubung air, kecubung teh, bahkan batu kecubung es. Warnanya yang bening kekuningan atau bening kuning kecoklatan seperti air seduhan teh, makanya disebut batu kecubung teh. Jenis ini menjadi pilihan kedua setelah pecinta dan kolektor batu memburu kecubung wulung.
Sedangkan jenis kecubung yang dominan putih-bening, disebut sebagai kecubung air (kecubung putih). Meski harganya tidaksemahal kecubung ungu dan kecubung teh, namun kecubung air tetap jadi incaran para kolektor.
Nyaris sama dengan kecubung air, adavarian kecung es. Disebut sebagai kecubung es karena bentuk fisiknya menyerupai es batu, putih bening sedikit berserat. Jenis ini memiliki kilau seperti jenis permata lainnya.
Sejatinya masih ada beberapa varian lainnya dari keluarga batu kecubung ini. Yang semuanya memiliki keunggulan dan keindahan warna masing-masing. Juga dipastikan, meski pasar batu kini tenagah sepi, namun bukan tiak mungkin jenis batu kecubung tetap akan dicari.