Menara Eiffel Ikon Kota Paris

menara-eiffel-ikon-kota-paris

BERKUNJUNG ke negara orang memang sangat menye­nangkan, terlebih lagi dalam rangka kunjungan wisata dan baru pertama kalinya pula.

Sejak kecil memang penulis telah membayangkan Kota Paris sebagai kota yang cantik, modern dan sangat menyenangkan. Dalam benak terbesit bayangan bah­wa Paris itu lain dari yang lain, maksudnya tampil beda dengan suasana dan alam yang dirasakan sehari-hari di Indonesia bahkan begitu juga iklimnya.

Benar saja, Paris memang tampil beda, ras masyara­katnya beda, arsiteknya beda, udaranya juga beda yang memang berada di belahan dunia yang berbeda. Karena perbedaan itu pulalah an­tara lain yang membuat menarik bagi wisata­wan mancanegara.

Jika mengunjungi Paris tentu saja tidak akan menyia-nyiakan kesempatan mengujungi ikon Kota Paris, Menara Eiffle.

 Melangkahkan kaki di depan alun-alun menuju Eif­fel, luma­yan menarik. Dengan pepohonan yang rindang memberikan ke­teduhan sepanjang jalan. Selain jalan bagus dan teduh juga terasa nyaman tetapi bagaimana­pun perlu juga sedikit waspada kalau sedang berada di jalan yang ramai.

Mengunjungi Menara Eiffel adalah pengalaman yang sangat menarik sampai ke sana. Memang tergantung tempat sese­orang berpangkalan setidaknya akan menghabiskan waktu sete­ngah hari di sana.

Masuk ke kawasan favorit ini tidaklah sampai me­rogoh kocek untuk membeli tiket. Kecuali kalau ingin masuk langsung dan naik ke atas tentulah bayar tiket dan siap-siaplah untuk mengantri lumayan lama dengan barisan yang panjang.

Jika kaki diarahkan ke sisi kiri Menara Eiffel terdapat lapangan luas yang sudah ditata rapi dan cantik sekali dengan pemandangan Menara Eiffel sendiri dan Sungai Seine yang membentang luas, bening memantulkan cahaya dan bayang-bayang gedung dan pepohonan sekitar. Di kedua sisi sungai telah ditata rapi, indah sekali.

Di tempat ini akan bisa me­nyaksikan lalu lintas kapal-kapal, boat dan sarana transportasi air lainnya. Sambil beristirahat melepas lelah cukup asyik menikmati kudapan ringan, setelah sekian jauh jalan kaki dari stasiun tram, rasanya sungguh menye­nangkan ditambah lagi dengan hembusan angin segar menyenangkan. Cuma udara waktu itu tidak biasanya bagi penulis karena berada pada kisaran 6 drajat Celsius.

Berselfi

Selain itu, juga menyaksikan tingkah polah orang-orang yang berkunjung yang tentu saja berasal dari berbagai negara dan ras. Atau juga mencari keasyikan sendiri seperti berselfi ria sendiri atau dengan teman-teman.

Berkenalan dengan pengunjung-pengunjung yang berasal dari berbagai negara sesama wisatawan ternyata mengasyikkan juga. Wisatawan di tempat ini tak jarang bertemu dengan orang-orang yang berasal dari Asia atau bahkan Indonesia yang memang kawasan ini menjadi salah satu tujuan utama pelancong.

Tampaknya kalau bicara soal liburan ke Paris tapi tidak berkunjung ke Menara Eiffel, orang tidak akan percaya bahwa Anda sudah sempat menginjakkan kaki di Paris. Sebab inilah ikon utama kota Paris dan jangan sampai terlewat apabila sudah sampai di Paris dan keseruan akan lebih maksimal jika pengunjung naik ke atas untuk bisa mendapatkan pemandangan kota Paris.

Sangat asyik pula berada di tempat ini menjelang sori hingga malam hari sehingga cahaya lampu kota yang kerlap-kerlip bisa diabadikan.

Wisatawan pun semakin lebih terpuaskan dengan adanya restoran di menara ini sehingga bisa sekalian berwisata kuliner dengan kudapan hidangan khas Paris.

Hal lain yang bisa dilakukan di tempat ini tentu me­lakukan siar an langsung media sosial agar teman atau re­kan dan keluarga bisa saksikan di tanah air. Tetapi per­lu juga diingat selisih waktu antara Paris dengan Indonesia yaitu lima jam lebih cepat di Inedonesia.

Di tempat ini juga bisa membeli oleh-oleh untuk orang-orang tersayang, keluarga atau rekan sekantor dari toko souvenir yang ada di menara ini juga.

Sekadar mengingat ke belakang, Menara Eiffel dibangun pada tahun 1887-1889 dalam rangka perayaan seabad revolusi Perancis. Pembangunan menara ini sendiri pernah mendapat kritikan dari seluruh penjuru Perancis yang justru sekarang menjadi ikon Kota Paris.

Tiket

Tiket masuk untuk naik menara sampai ke lantai 2, pengunjung dewasa dikenakan biaya masuk sebesar EUR 11 atau sekitar Rp 170 ribu. Bagi pengunjung berusia 12-24 tahun dikenakan EUR 8.50 atau sekitar Rp 136 ribu. Para pengunjung berusia 4-11 tahun dan yang berkebutuhan khusus dikenakan sebesar EUR 4 atau sekitar Rp 64ribu.

Tiket masuk untuk dapat sampai ke puncak menara, pe­ngunjung dewasa dikenakan sebesar EUR 17 atau sekitar Rp 272 ribu. Pengunjung dengan usia 12-24 tahun dikenakan EUR 14.50 atau sekitar Rp 232 ribu. Khu­sus bagi pengunjung berusia 4-11 tahun dan yang berkebutuhan khusus dikenakan EUR 8 atau sekitar Rp 128 ribu.

Menara Eiffel buka setiap hari dan menerima pengunjung dari jam 9 pagi hingga 12 malam.

Nah, setelah puas di menara ini, kesempatan berkunjung masih tersisa alangkah baiknya pula langkah diarahkan ke sebelah kanan menara. Di tempat ini, cukup nyaman terutama dis iang hari. Tempat ini cukup luas berumput hijau dihiasi dengan tanaman bunga aneka warna.

Kegiatan yang bisa dilakukan di tempat ini selain beristirahat di bangku-bangku besi panjang yang tersedia cukup banyak, juga bisa menikmati makanan bawaan seperti kacang-kacangan atau dibeli dari penjaja makanan ringan yang bersimelir. Mereka itu pedagang asongan liar terutama berkulit hitam asal Afrika.

Mereka menjajakan bermacam-macam, mulai dari makanan ringan, mainan juga ber­bagai jenis souvenir khas Perancis. Harganya tentu selalu lebih murah dibanding di toko-toko souvenir. Hebatnya, kalau mereka bertemu dengan orang Indonesia mereka juga bisa menawarkannya dalam bahasa Indonesia, setidaknya untuk tawar menawar sampai jadi, mereka menguasai bahasa Indonesia.

Contohnya, souvenir gantungan kunci menara Eiffel kecil terbuat dari kaleng:

“Mari-mari, murah-murah, tiga sepuluh, tiga sepuluh Euro!” Ya, benar harganya lumayan mi­ring dalam ukuran uang disana. Tapi kalau dikurskan ke Indonesia berarti kira-kira Rp50 ribu satu.

Di Paris ternyata tidak berbeda dengan kota-kota besar lain. Di Paris yang cukup menonjol ada­lah pedagang asongan kulit hitam asal Afrika. Banyak di antara mereka menggelar daga­ng­an di alun-alun Menara Eiffel sendiri dan di jalan-jalan lintas pejalan kaki menuju kawasan ini.

Kalau Dinas Penertiban datang, merekapun dengan sigap buru-buru mengusung dagangan mereka kemudian mencari tempat yang aman atau menunggu petugas berlalu. Begitulah cara mereka mencari nafkah di Paris.** (Ar Harahap)

()

Baca Juga

Rekomendasi