Oleh: MH Heikal. PELUKIS Takashi Murakami, seniman kontemporer ternama asal Jepang. Minatnya pada seni berawal dari anime (animasi) dan manga (gambar komik). Memadu dua hal ini, ditambah gabungan seni tinggi dan bidang datar warna, dia mencipta teknik superflat. Lewat pendekatan ini, Takashi menjadi fenomena dunia seni internasional.
Tiga gelar akademik Takashi diraih dari Tokyo National University of Fine Arts and Music. Gelar BFA didapat pada 1986 , MFA pada 1988, dan gelar Ph.D pada 1993. Di sini dia juga belajar nihonga (lukisan tradisional Jepang). Gaya lukisan Jepang yang menggabungkan konvensi, teknik, dan subjek artistik tradisional. Padahal fokus studinya hendak menempa dirinya menjadi seorang animator.
Teori superflat lahir pada 2000. Ketika itu, Takashi menguratori sebuah pameran yang menampilkan karya-karya seniman Jepang. Pameran itu digelar di Museum Seni Kontemporer, Los Angeles, AS. Dengan teknik dan cara mensintesis berbagai aspek budaya visual Jepang. Dari ukiyo-e (cetakan balok kayu dari zaman Edo) dan anime bahkan kawaii (kelucuan gambar kartun).
Superflat merupakan satu pendekatan yang menyoroti “kerataan” budaya visual Jepang. Dari seni lukis tradisional, hingga subkultur kontemporer hingga pascaperang dunia kedua. Teori ini berpendapat ada warisan datar citra dua dimensi dari sejarah seni Jepang di manga dan anime.
Gaya ini membedakan dirinya dari pendekatan Barat dalam penekanannya pada permukaan dan penggunaan bidang datar warna. Superflat juga berfungsi sebagai persepsi pada masyarakat Jepang. Dimana perbedaan kelas sosial dan selera populer telah rata. Menghasilkan budaya dengan sedikit perbedaan antara tinggi dan rendah.
Karya-karya Takashi mewujudkan persimpangan budaya pop, sejarah, dan seni rupa. Takashi tidak hanya menggabungkan periode waktu yang berbeda, gaya, dan materi dalam karyanya. Pendekatannya terhadap seni melintasi batas-batas antara galeri, studio, pameran seni, dan media.
Tak hanya mengreasikan budaya populer Jepang kontemporer pada karyanya. Takashi juga menggambar budaya tradisional Jepang. Mulai dari citra Buddha, lukisan abad ke-12, lukisan Zen dan teknik komposisi dari lukisan eksentrik Edo abad ke-18. Terlihat dia berusaha menggabungkan fantasi, sains, dan sejarah. Sekaligus menunjukkan tidak ada kategori ini yang dapat dianggap terpisah.
Takashi berkecimpung dalam banyak hal. Selain sebagai seniman, dia mengambil peran sebagai kurator, dosen, koordinator acara, pembawa acara radio, dan kolumnis surat kabar. Hebatnya dia bahkan menjadi manajer bagi seniman yang baru muncul.
Didirikannya Kaikai Kiki Co.,Ltd, sebuah badan koorporasi khusus seni yang mengelola para seniman muda. Tujuannya untuk secara kreatif memperluas kapasitas distribusi seni kepada publik.
Superflat membuat Takashi menjadi terkenal. Sampai akhirnya menarik perhatian desainer Marc Jacobs. Pada 2002, direktur kreatif Louis Vuitton itu, berkolaborasi dengan Takashi untuk mem-perbarui logo LV-nya.
Hasil karyanya dengan LV membuatnya semakin tenar. Dia disebut-sebut tokoh yang mengaburkan batas antara seni tinggi dan komersialisme. Itu pula yang mengangkatnya ke status selebritas di negara asalnya, Jepang. Pada 2003, ArtNews mencatat jika karya Takashi sangat diminati.
Takashi juga telah bekerja sama dengan berbagai pencipta dan industri di Jepang. Bahkan dia sudah berkolaborasi dengan produser musik Pharrell Williams (2009). Sebelumnya pada 2007, dia membuatkan gambar sampul album Kanye West. Bahkan menyutradai video musik animasinya.
Pada 2018, Takashi berkolaborasi dengan perancang busana, Virgil Abloh. Pada serangkaian karya seninya membawa dunia mode ke dunia seni. Itu menuntut mereka untuk terus menciptakan sesuatu yang lebih.
“Kami ingin melihat hal-hal terbaru. Itu karena kita ingin melihat masa depan, walaupun hanya sebentar. Ini adalah saat dimana, bahkan jika kita tidak sepenuhnya memahami apa yang telah kita lihat, kita tetap tersentuh olehnya. Inilah yang kami sebut seni.” Itu yang diyakini Takashi Murakami.