Medan, (Analisa). Jika sejarah organisasi perempuan di Indonesia dimulai sejak masa kolonialisme Belanda, itu artinya rentang usia organisasi perempuan sudah 200 tahun lebih. Dari sisi pengorganisasian artinya sudah sangat maju. Organisasi perempuan yang dipimpin para feminis sudah bekerja keras. Mereka juga sudah menunjukkan hasil kerjanya dalam penguatan kapasitas sebagai sebuah lembaga yang profesional dan baik tata kelolanya.
“Namun pertanyaannya, kenapa angka perkawinan anak tetap tinggi, angka kekerasan terhadap perempuan masih tinggi? Angka Kematian Ibu saat melahirkan tetap tinggi? Kenapa musuh terhadap perempuan terus bercokol?”
Pertanyaan reflektif ini diungkapkan Master studi gender dari The London School Of Economic And Political Science, Inggris, Sita Ari Purnami dalam acara peluncuran Buku Jalan Panjang Kepemimpinan Feminis LSM Perempuan di Sumatera, yang diadakan PERMAMPU, koalisi 8 LSM Perempuan Sumatera di sebuah hotel di Medan, Jumat (29/3).
Menurut Sita Ari Purnami, yang pernah memimpin buletin Dongbret, berisi komik perjuangan buruh perempuan rumah tangga yang populer di kalangan LSM tahun 1985-an, musuh perempuan tetap bercokol karena aktivis LSM perempuan terjebak pada kerja-kerja administrasi organisasi.
Mereka berkutat membuat laporan kegiatan, laporan keuangan dan proposal program. Akibatnya waktu mereka untu melakukan kerja-kerja penguatan perempuan di lapangan kurang. Mereka juga akhirnya kurang melakukan refleksi atas program yang dijalankan. “Mungkin karena itulah ketidakadilan gender yang kita perjuangkan tidak runtuh-runtuh,”ujar Sita.
Kepemimpinan Perempuan
Buku Jalan Panjang Kepemimpinan Feminis LSM Perempuan di Sumatera, berisi dokumentasi dinamika kepemimpinan perempuan dalam memimpin berbagai lembaga yang fokus pada pemberdayaan perempuan di Sumatera, khususnya yang tergabung dalam Konsorsium PERMAMPU.
Konsorsium 8 organisasi perempuan ini dibentuk tahun 2012, terdiri dari Flower Aceh (Aceh), Perkumpulan Sada Ahmo (PESADA) (Sumatera Utara), Organiasai Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) (Sumatera Barat), Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita Sumatera (PPSW) (Riau), Aliansi Perempuan Merangin (APM) (Jambi), WCC Cahaya Perempuan (Bengkulu), WCC Palembang (Sumatra Selatan), dan DAMAR (Lampung).
Buku yang ditulis Dina Lumban Tobing, Lusi Herlina, Niken Lestari dan Ronald Silalahi itu diterbitkan Konsorsium PERMAMPU didukung MAMPU, program kemitraan antara Pemerintah Australia (DFAT) dan Pemerintah Indonesia (Bappenas).
Dinamika Suksesi
Buku ini menggambarkan dinamika suksesi kepemimpinan yang muncul pada 4 LSM Perempuan anggota PERMAMPU yang dijadikan studi kasus. Mereka adalah Flower Aceh, PESADA Sumatera Utara, LP2M Sumatera Barat dan Cahaya Perempuan WCC Bengkulu. Keempatnya merupakan LSM Perempuan yang umumnya telah berusia lebih dari 30 tahun.
Di Aceh, Flower Aceh pernah menghadapi susahnya merekrut staf baru paska program penanganan bencana yang dikerjakan LSM-LSM internasional di Aceh. Saat itu, banyak aktivis LSM lokal mendapat gaji dan mendapat berbagai fasilitas yang 'menggiurkan'. Imbasnya, saat rekrutmen, Flower Aceh dihadapkan pada tinggi posisi tawar calon aktivis yang hendak direkrut.
Sebagai LSM Perempuan senior, Flower Aceh juga menghadapi dinamika gaya komunikasi antara aktivis perempuan senior dan mereka yang junior. "Ada pemimpin yang sangat tegas terkesan sangat pemarah, sehingga membuat anak-anak muda menjadi ketakutan, akhirnya ada jarak antara mereka," ujar Ronald Silalahi, feminis laki-laki yang menulis bab khusus tentang Flower Aceh.
Di PESADA Sumut, suksesi kepemimpinan digambarkan Lusi Herlina, yang menulis khusus tentang kepemimpinan di PESADA, dengan istilah 'jatuh bangun tapi jalan terus'. Ada direktur yang hanya tak sampai 2 tahun menjabat lalu diganti, 6 bulan lagi, giliran direktur baru diganti lagi. Persoalan suksesi juga dihadapi di LP2M Sumatera Barat dan Cahaya Perempuan di Bengkulu.
Kekuatan Bersama
Wallia Keliat, aktivis perempuan senior dari Yayasan Pijar Podi mengatakan membaca isi buku Jalan Panjang Kepemimpinan Feminis LSM Perempuan di Sumatera ibarat melihat isi rumah tetangga. Konflik yang muncul pada suksesi kepemimpinan LSM Perempuan memang pahit, tapi ia percaya selalu ada hikmah dibaliknya. (ja)