Mengenal Islam Transitif

mengenal-islam-transitif

Selaras dengan tugas pokok dan fungsi, manusia diciptakan oleh Allah Swt. sebagai khalifah di muka bumi yaitu bertujuan untuk terciptanya kehidupan seimbang bahagia di dunia dan di akhirat, bukan sebaliknya menciptakan kerusakan dan kemudaratan bagi kehidupan manu­sia, karena Islam hadir mengemban misi yang mulia yaitu membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Misi rahmatan lil ‘alamin tidak akan tercapai hanya dengan petunjuk nilai semata yang hanya melahirkan kesalehan personal, akan tetapi memerlukan petunjuk keilmuan empiris lainnya agar terciptanya kesalehan saintifik yang secara langsung dapat melahirkan berbagai produksi yang memfasilitasi perangkat kehidupan umat manusia dalam melalukan berbagai aktivitas pembangunan peradaban yang tentu saja harus melahirkan kesejahteraan, keadilan, dan kemaslahatan baik bagi yang hidup (living things).

Salah satu bentuk kesa­lehan saintifik tersebut akan terlihat dalam bentuk gera­kan total produksi yang dita­warkan dalam buku gagasan Islam Transitif. Buku ini men­coba mengurai Islam sebagai sebuah ajaran yang mem­berikan perhatian sangat besar terhadap gerakan ber­pro­­duksi yang diawali dengan semangat pengembangan ilmu penge­tahuan, sains, dan teknologi melalui penelitian, penemuan, kreativitas, ima­jinasi, dan innovasi perangkat kehidupan yang pada gilirannya mela­hirkan peradaban yang rahmatan lil ‘alamin.

Islam Transitif merupakan sebuah gagasan tentang Islam yang bergerak, yang disebut dengan “Gerakan Total Pro­duksi”, yang memiliki empat karakter dasar sebagaimana tertera di dalam surah al-Qashash ayat 77, yaitu:berbasis gerak, bukan diam, sebagaimana tergambar da­lam perintah Tuhan untuk menyebar dan mengeksplorasi sumber daya yang ada dalam rangka mendapatkan dan mendis­tribusikan kebaikan dan kemasl­ahatan.

Melalui gagasan Islam Transitif, pe­ngertian Islam secara etimologi langsung merujuk pada bentuk kata kerja muta’ad­din (transitive) yaitu: sallama, yusallimu, tasliman yang menggam­barkan adanya sebuah gerak keluar, yaitu berupaya untuk membuat orang lain atau sesuatu yang lain agar mereka bisa mendapatkan keselamatan, keamanan, kedamaian, kesejahteraan, dan bahkan kebahagiaan. Sebuah gagasan yang digunakan untuk memahami Is-lam agama yang mengajar­kan umatnya untuk bergerak keluar dari lingkaran individual menuju hamparan kolektivitas sosial kemanusiaan dalam berbagai upaya produktif untuk peme­nuhan kebutuhan dan pengembangannya yang berbasis pada kemaslahatan baik dalam konteks lokal maupun global.

Di dalam buku ini penulis menggu­nakan tiga jenis ilmu, yaitu ilmu tafsir, dengan nama tafsir al-Wasi’, Ilmu ushul fiqh, dengan nama ushul fiqh sosiologis, dan ilmu filsafat, dengan filsafat milenial yang ditandai dengan masuknya fase pemikiran filsafat tahap kelima, disebut dengan fase pemikiran digital sentry. Nama tafsir al-Wasi’ (tafsir perluasan makna) ini berawal dari realitas sebagian besar umat Islam (mufasir-akademisi?) yang sangat tekstual dan sangat terikat dengan ilmu kebahasaan (linguistik) ketika me­mahami ayat-ayat Al-Qur’an. Maka harus ada perluasan makna dari akar kata bahasa, sehingga men­jadikan Islam bisa sesuai ruang dan waktu.

Dalam buku  Islam Transitif mengede­pankan ajaran Islam universal yang tidak berhenti pada kata “aku” dan “kami” se­­mata, akan tetapi bergerak keluar me­nuju kata “ka­lian”, “dia”, “mereka” yang berkolaborasi men­jadi “kita”. Di dalam ber­bagai dimensi per­gera­kannya demi menjaga dan memelihara keter­sam­bungan ge­neologis kehidupan umat ma­nusia baik dalam tataran sosial kultural, ekonomi, politik, dan bahkan ketersam­bungan dengan semua makhluk ciptaan Tuhan. Banyak sekali  Hadis yang berbi­cara dalam bentuk gagasan transitif, seba­gai contoh yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi yang artinya: “Tidaklah beriman kepadaku orang yang meng­habiskan ma­lamnya dalam keadaan kenyang dan ia tahu bahwa tetangga di sebelahnya sedang kelaparan”.

Buku ini sangat nampak orisina­litas­nya, kebetulan sebagai peresensi buku, saya mengenal betul karakter “gaya baha­sa” penulis buku ini, saat mengikuti se­­minar dan kajian beliau menjadi pe­ma­terinya. Buku setebal 106 lembar ini kum­pulan dari ide, hasil kontemplasi dan dis­kusi-diskusi beliau dengan para cen­dikiawan dan akademisi yang ada diling­kungan kampus. Buku ini baik untuk me­nambah khazanah bagi para cen­di­kiawan muda dan bisa dijadikan referensi.

Peresensi: Muhammad Ihsan MA, Dosen UMSU

()

Baca Juga

Rekomendasi