Biologi UMA Olah Sampah Jadi Briket

biologi-uma-olah-sampah-jadi-briket

Medan, (Analisa). Fakultas Biologi Universitas Medan Area (FB UMA) men­de­­mons­tra­sikan peng­olahan sampah atau limbah dengan metode bioaktivator menjadi pupuk kompos, briket dan etanol. Pengolahan dengan metode ter­sebut bekerja sama dengan  PT Nusantara Siana Eko Solusi (NSES) dipu­satkan di Rumah Kompos UMA, Jalan Kolam Medan Estate, Jumat pekan lalu.

Kegiatan itu dipimpin Dekan FB UMA Dr Mufti Sudibyo MSi, Wakil Dekan Bidang Kemahasis­waan Abdul Karim SSi MSi. Turut hadir Dirut PT NSES, Eva Hajri, Direktur Ope­­ra­sional Armawati Cha­ni­ago, Komisaris Amril K Sianturi, dan perwakilan Integrated Business Analysis Services, LLC (USA) Wilayah Asia (IBAS-AR) Muhammad Yani bin Abu Samah, dan  juga puluhan mahasiswa FB UMA.

Dekan FB UMA di sela-sela acara mengatakan, kegiatan ini merupakan tindaklanjut dari kerja sama UMA dan PT NSES yang ditandatangai beberapa waktu lalu. Metode bioaktivator ini, kata Mufti,  sudah sukses di­praktikkan di Thailand dan negara lainnya. Dengan metode bio­aktivator ini, lanjutnya, semua sampah baik organik maupun nonor­ganik bisa diolah menjadi produk bernilai ekonomi.

“Untuk tahap awal ini, kepada mahasiswa kami ajarkan cara mengolah sisa-sisa sayuran, eceng gondok, serbuk gergaji, kotoran ternak dan sampah lainnya menjadi pupuk organik. Metode ini sangat simpel, tidak berbau bahkan cende­rung wangi,” kata Mufti.

Dijelaskannya, bioak­ti­vator merupakan larutan yang mengandung mikro­organisme lokal (mol) yang bisa dibuat dari sampah rumah tangga. Bioaktivator ini memiliki kelebihan di antaranya mempercepat proses pengomposan, me­nghilangkan bau dari sampah, menyuburkan tanah, dan starter untuk membuat pupuk cair. “Rencana besarnya, UMA akan bekerja sama dengan Pemko Medan dan MMTC untuk mengelola dan meng­olah sampah warga Kota Medan. Sampah mereka kita tampung lalu kita olah menjadi  pupuk, briket dan etanol,” kata Sudibyo.

Kegiatan ini, tambahnya, sekaligus menanamkan ke­wira­­usahaan bagi mahasiswa, yakni mengolah produk yang selama ini dianggap masalah menjadi produk bernilai ekonomi. Hal senada disampaikan Muhammad Yani Bin Abu Samah. Menurut perwakilan IBAS-AR yang menjadi mitra PT NSES ini, sistem bioaktivator yang diterapkan sangat efektif dan berbiaya murah. 

Untuk tahap pertama pihaknya mendemonstrasikan cara-cara menghilangkan gas beracun dari Tempat Pem­buangan Akhir (TPA) sam­pah. Sebab tujuan akhir pro­gram ini nanti akan meng­garap TPA di Kota Medan.

“Kita juga punya teknologi untuk menghilangkan gas beracun dan risiko kebakaran di TPA. Sistem ini juga bisa menghilangkan bau sampah organik, kandang ternak. Lalu sampah-sampah organik ini diolah menjadi kompos dan briket. Sedangkan sampah nonorganik seperti plastik akan diolah menjadi etanol,” katanya. (twh)

()

Baca Juga

Rekomendasi