
Oleh: Rhinto Sustono
DALAM banyak tatanan kehidupan, ketika science (bidang ilmu) berpadu dengan art (seni), maka yang lahir bukan sekadar nilai benar, namun sudah meningkat menjadi baik, bahkan indah. Sandar nilai ini tidak berorientasi pada satu konsentrasi, namun juga melebar hingga menyentuh bidang arsitektur yang memang memuncak pada keindahan.
Kekinian, dengan semakin maraknya perubahan struktur lahan terbuka (hijau) menjadi area terbangun, arsitektur lanskap mengambil peran di dalamnya. Bukan sebatas menyentuh pada membangun lingkungan pemukiman dan perkotaan, pun selayaknya tetap ramah bagi ekosistem sekitarnya.
Dalam penerapannya, arsitektur lanskap berhulu pada ilmu ekologi, yang mengutamakan keseimbangan hidup dan hubungan timbal balik antara seluruh makhluk hidup. Sehingga keselarasan kehidupan manusia dengan alam bisa terjaga, antara keduanya bisa terus hidup seimbang dan saling menguntungkan.
Pada aplikasinya, aspek arsitektur lanskap semestinya menyentuh cakupan kawasannya. Jika arsitektur lanskap diterapkan pada sebuah penataan bangunan di alam terbuka, maka perlu ada perencanaan matang.
Sejatinya, istilah arsitektur lanskap pertama kali diperkenalkan oleh Frederik Law Olmsted (1858) di Amerika, setelah dia bersama Calvert Vaux menghasilkan karya Central Park, New York. Sejak itu Olmsted menyebut dirinya sebagai landscape architect.
Pada kehidupan kita kekinian, contoh aplikasi arsitektur lanskap yang sudah lazim terdengar adalah perencanaan ruang terbuka hijau (RTH), manajemen kawasan konservasi hutan alam, konservasi kawasan mangrove, dan taman-taman lingkungan. Arsitektur lanskap mengedepankan penataan suatu lanskap yang ukurannya tergantung luasan areanya.
Tidak melulu pada area sempit (lanskap mikro) pada pekarangan rumah, arsitektur lanskap menyentuh luasan area meso (sedang) hingga makro. Contoh lanskap meso misalnya taman-taman lingkungan dan lanskap makro meluas pada hutan kota dan taman nasional.
Sumatera Utara dengan kekayaan alam pantai, gunung, danau, lembah, hingga sungainya memungkinkan untuk ditata dan dengan perencanan matang. Sehingga memberikan nilai tambah bagi pembangunan berbasis ekologi. Ada banyak lokasi yang bisa dimaksimalkan penataannya dan tentu sja ini membutuhkan keseriusan dari para pengambil kebijaksanaan yakni pemko/pemkab setempat.
Ruas jalan dari Medan ke Berastagi hingga ke Merek, merupakan lahan garapan yang bisa diwujudkan penataannya melalui arsitektur lanskap. Begitu juga kekayaan alam sekitar Danau Toba yang meliputi 7 kabupaten/kota semesinya sudah dipikirkan dan dirancang sejak kini.
Untuk area menengah, taman kota juga semestinya dimaksimalkan penataannya dan tetap berorientasi pada arsitektur lanskap yang menyentuh keseimbangan antara kepentingan manusia dan kelestarian alamnya. Aplikasi seperi ini sudah banyak diterapkan di kota-kota besar di Indonesia, misalnya di Jogja, Surabaya,Bogor, Bandung, dan sejumlah kota lainnya.
Bercermin dari itu, ide Gubsu Edy Rahmayadi yang akan mengembalikan fungsi Lapangan Merdeka Medan yang kini direbut fungsi utamanya menjadi Merdeka Walk perlu mendapat sambutan dan dukungan semua pihak. Titik pusat kota bersejarah ini pantas jika ditata ulang dengan aplikasi arsitektrur lanskap yang kekinian.
Desain Kontemporer
Kota Manhattan yang berada di sebuah pulau di sebelah selatan ujung Sungai Hudson, merupakan satu dari lima kota bagian (atau borough dalam istilah lokalnya) yang membentuk Kota New York. Sepanjang 9 blok kota Manhattan menampilkan desain kontemporer dan go green yang diwakili dengan keberadaan Manhattan’s Highline Park. Taman kota ini mengusung konsep ramah lingkungan. Taman ini di bangun di bekas bangunan rel kereta api yang tidak lagi difungsikan sejak 1980.
Vulcano Buono adalah pusat perbelanjaan dan pusat rekreasi yang berlokasi di Nola, dekat frazione Polvica, Italia. Struktur bangunannya yang besar dirancang sebagai titik perdagangan dan pariwisata untuk salah satu kota utama di Italia. Struktur ini memiliki pusat perbelanjaan, sebuah teater terbuka dan sebuah hotel. Desain arsitektur lanskap untuk bangunan ini mencakup 2.500 tanaman yang membungkus di sekitar mata dari gunung berapi.
Sebuah taman dibangun menggantikan kawaan industri yang rusak di sepanjang Sungai Huangpu, Shanghai. Dikenal sebagai Houtan Park, menjadi sebuah tempat untuk relaksasi umum dan sistem ekologi yang kompleks dan merupakan lanskap hidup regeneratif. Arsitektur lansekap ini secara alami turut membersihkan lingkungan setempat.
Lahan basah yang disulap jadi taman nasional ini, berfungsi juga sebagai pengendalian banjir ekologis, struktur dan material industri yang direklamasi. Houtan Park terintegrasi dengan pertanian perkotaan yang merupakan komponen integral dari keseluruhan strategi desain restoratif untuk mengolah air sungai yang tercemar dan memulihkan tepi air yang terdegradasi dengan cara tepat secara estetika.
Sebuah kompleks bangunan memiliki fitur atap hijau yang dinamis dengan tumbuhan yang hidup dan di sinari mengunakan skylight. Di sekitarnya terdapat hamparan pohon hijau yang sangat menyejukkan pandangan. Bangunan tersebut adalah California Academy of Sciences-sebuah lembaga penelitian dan museum sejarah alam di San Francisco, California.
Musium terbesar sejarah alam di dunia ini didesain secara serius dengan gaya arsitektur lansekap. Di dalamnya menampung lebih dari 46 juta spesimen. Demi kepentingan ilmu pengetahuan.