
Oleh: Iqbal Nasution. Kota Medan telah berkembang menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia dengan 2 juta lebih penduduk dari berbagai etnis yang damai dan harmonis. Namun tidak semua mengetahui asal usul berdirinya Kota Medan dan nama Guru Patimpus Sembiring Pelawi.
Guru Patimpus Sembiring Pelawi merupakan Founding father atau pendiri Kota Medan sepertinya hampir dilupakan warga kota ini. Bahkan kuburannya saja pun tidak semua warga tahu di mana persisnya.
Salah satu penyebabnya, akibat kurangnya perhatian pemerintah terhadap pahlawan yang terasa kurang diberi penghargaan sebagai pendiri Kota Medan pada 1590. Ironisnya, walaupun menjadi pendiri Kota Medan, tetapi kuburannya ternyata tidak berada di Kota Medan, melainkan ada di Kabupaten Deliserdang, tepatnya di Desa Lama Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang.
Demikian diungkapkan cucu dari Guru Patimpus Sembiring Pelawi, Sidarta S Pelawi MBA salah seorang cucu Guru Patimpus, melalui siaran pers tertulis kepada wartawan di Medan, Sabtu (13/4).
Situasi ini menjadi perhatian serius Sidarta selaku cucu sang founding father Kota Medan. Berdasarkan hasil penelitian tim penyusun sejarah Kota Medan yang dipimpin Prof Mahadi pada 1972, Medan didirikan pada 1590 oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi. Sehingga Pemko Medan menetapkan hari jadinya pada 1 Juli dan sekaligus untuk mengenang Guru Patimpus Sembiring, Pemko Medan mendirikan tugunya di Jalan Guru Patimpus Kecamatan Medan Petisah yang berjarak dua ratusan meter dari Kantor Walikota Medan.
“Anehnya Guru Patimpus Sembiring Pelawi yang lahir di Desa Ajijahe Tanah Karo pada 1540, hingga akhir hayatnya tidak memiliki tanah warisan untuk anak cucunya. Mirisnya lagi, tanah ukuran 2x4 meter untuk makamnya saja tidak ada, sehingga harus dimakamkan di Hamparan Perak, Desa Lama asal kampung istrinya yang ke-4 terletak di bekas Pusat Benteng Kerajaan Aru. Makamnya pun hanya berupa gundukan tanah yang kurang layak untuk ukuran makam seorang pendiri Kota Medan,” keluh Sidarta Pelawi.
Sang cucu menuturkan, Guru Patimpus Pelawi merupakan sosok lelaki atau pria perkasa yang berjiwa petualang dan pengembara untuk menjalankan misi kemanusiaan, yaitu mengobati orang sakit dari satu daerah ke daerah lain, mulai dari dataran tinggi hingga ke Tanah Deli. Pada setiap tempat, ia mendirikan pemukiman yang kemudian menjadi desa sebanyak 12 desa yang kini dikenal sebagai Urung Sepuluh Dua Duta di Desultanan Deli.
Menurut sejarah, Guru Patimpus juga mendirikan Sepuluh Dua Kuta mulai dari Desa Ajijahe (Rumah Meseng), Desa Perbaji hingga terakhir Kuta Madan yang kini dikenal sebagai Kota Medan. Keteladanannya yang diwariskan ke anak cucunya bukan untuk menguasai warisan tetapi merintis dan mendirikan desa untuk tempat tinggal orang banyak dengan pemerintahan sendiri. Karena saat itu belum ada Pemerintahan Indonesia dan Belanda juga belum masuk.
Keteladanan ditiru anak-anaknya, di antaranya anak pertama dari istri pertama Br Sinuhaji di Ajijahe (Pelawi Ruah Tanduk), yaitu Bagelit Sembiring Pelawi yang mendirikan Desa Sukapiring dan keturunannya menjadi Raja Urung Datuq Sukapiring. Anak dan istri kedua yang juga Br Sinuhaji di Desa Ajijahe (Pelawi Rumah Tersek), yaitu Jenda Sembiring Pelawi yang menjadi Raja di Ajijahe.
Nini br Sinuhaji pertama dari keluarga Sinuhaji Rumah Julu dan Nini Br Sinuhaji kedua dari Keluarga Sinuhai Rumah Jahe di Ajijahe.
Istri ketiga Guru Patimpus adalah Br Bangun (Nini Ribu) di Desa Perbaji, yaitu Aji Sembiring Pelawi menjadi Raja di Desa Perbaji, anak keduanya diberi nama Raja Kita Sembiring Pelawi menjadi Raja di Desa Durin Kerajaan Langkat. Istri keempatnya Br Tarigan (Putri Raja Pulu Brayan).
Dari pernikahan keempat ini, memberinya dua anak laki-laki yang bernama Kolok (Hafiz Tua) Sembiring Pelawi dan Kocik (Hafiz Muda) Sembiring Pelawi yang kemudian menjadi Raja Urung Sepuluh Dua Kuta dan memeluk Islam ketika menikah dengan Br Tarigan (Putri Raja Pulu Brayan).
“Semestinya Pemko Medan bersama Kabupaten Deliserdang membangun makam Guru Patimpus, sekaligus menjadikan museum sejarah Kota Medan yang dapat menjadi objek wisata, sehingga warga tahu asal usul Kota Medan,” harap Sidarta Pelawi.
Saat ini, keturunannya merencanakan pembangunan makam untuk Guru Patimpus Pelawi dan diharapkan Pemko Medan dan Kabupaten Deliserdang memberikan perhatiannya.