Menakar Kemacetan Kota Medan di Tahun 2019

menakar-kemacetan-kota-medan-di-tahun-2019
Oleh: Ahmad Afandi. Salah satu problem yang belum terselesaikan di tahun 2018 bagi Kota Medan adalah perihal Kemacetan. Sampai di penghujung tahun 2018, Kota Medan masih mengalami kemacetan di level tinggi. Hal ini merupakan wujud dari keluhan masyarakat sebagai pengguna jalan. Namun, dengan percepatan roda pembangunan yang digagas oleh pemerintah, akankah tahun 2019 menjadi tahun penutupan permasalahan kemacetan yang ada di Kota Medan? Sebab dalam tujuan pembangunan infrastruktur pemerintah, mengurangi kemacetan menjadi prioritas pertama di Kota Medan. Pertanyaan tersebut bisa saja menemukan jawaban terbaik jika seluruh lapisan mampu mengkoordinir untuk menghasilkan stabilitas lalu lintas.

Titik kemacetan Kota Medan tersebar 60% di jalan kota, baik pusat kota maupun jalan penghubung Kota Medan. Sedangkan selebihnya merupakan jalan lintas menuju luar daerah yang ada di Sumatera Utara. Data yang diperoleh dari Kasat Lantas Polrestabes Medan beserta beberapa jajaran seperti walikota dan wakil walikota Medan pada acara Pekan Nasional Keselamatan Jalan 2018 di Area Parkir Lotte Mart, Jalan Gatot Subroto, Medan, Sabtu 15 Desember 2018. Pihaknya juga mengaitkan kemacetan yang membuat angka kecelakaan di Kota Medan yang semakin naik tahun ke tahun. Di mana pihaknya menjelaskan di tahun 2018 kecelakaan telah terjadi sebanyak 1.651 kali dengan korban meninggal sebanyak 221 orang. 

Jika menilik sejumlah data dan kenyataan di lapangan khususnya pada akhir tahun 2018, kemacetan masih terjadi di beberapa ruas jalan. Terkhususnya pada jam-jam tertentu seperti pagi dan sore hari ketika masa kerja. Lebih dari pada itu, kemacetan bisa saja terjadi lebih meningkat pada tahun 2019 dengan intensitas kendaraan lebih banyak. Informasi yang dilansir dari Pemko Medan menyebutkan total jumlah kendaraan bermotor di Kota Medan mencapai 2,7 juta unit. Jika penduduk Kota Medan diperkirakan berjumlah lebih dari 2,2 juta jiwa (BPS 2018), maka jumlah kendaraan bermotor jauh lebih besar dibanding jumlah penduduk. Belum lagi diperhitungkan menurut kondisi jalan. 

Berdasarkan data yang dirilis BPS Tahun 2015, Kota Medan memiliki 3.191,50 Km jalan. Terdiri dari 4,41 persen jalan negara; 1,05 persen jalan provinsi; dan 94,54 persen jalan kabupaten/kota. Jumlah itu sudah termasuk 207 Km jalan yang mengalami kerusakan, baik kerusakan ringan maupun kerusakan berat. Kabar baiknya, sejumlah ruas jalan dengan agenda yang padat pembangunan jalan tol yang menghubungkan Kota Medan. Sehingga memungkinkan akan ada pilihan masyarakat untuk beralih menggunakan infrastruktur yang dibangun pemerintah. Sangat kuat dugaan bahwa masyarakat telah menggunakan fasilitas infrastruktur pemerintah berupa jalan tol dengan efektivitas yang tinggi.

Pada laporan ujung tahun yang melintasi jalan tol wilayah Sumatera Utara meningkat hingga 80%. Laju kendaraan mencapai kepadatan paling maksimal terkhusus wilayah Medan-Tebing Tinggi. Begitu juga dengan jalan tol Sumut yang memiliki rute penting ke dalam kota. Persebarannya ialah Jalan Tol Medan-Binjai, Kisaran-Tebing Tinggi, Medan-Kualanamu, Binjai-Langsa, Rantau Parapat-Kisaran, Tebingtinggi -Pematang Siantar, hingga Dumai-Rantau Prapat. Keseluruhannya membuka kemungkinan peralihan para pengendara yang melintas. 

Namun, sejatinya jalan tol yang tertera di atas masih memiliki kekurangan dari segi fasilitas. Mulai dari jalan yang belum rata hingga persoalan lampu jalan serta keamanan pada malam hari. Memang secara jelas jalan tol yang digagas oleh pemerintah disesuaikan dengan rute terbaik guna menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lainnya. Sehingga kita menyadari suasana sekeliling jalan mestilah dengan kondisi yang jauh dari pemukiman penduduk di beberapa ruasnya. Oleh karenanya, wilayah Sumut yang masih sangat asri menekankan bentuk jalan tol multi fasilitas yang harus ditekankan. Permasalahannya adalah, andai saja terjadi peningkatan pengalihan dari jalan raya normal menuju jalan tol, itu hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu dengan intensitas masyarakat yang tinggi. 

Sudah pasti pengalihan pilihan jala n dari masyarakat berhasil memperkecil persentase kemacetan di Kota Medan. Tentu hal tersebut menjadi kabar baik bagi para pengguna jalan. Bila kita putar kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, kemacetan bisa saja semakin merambah naik andai volume kendaraan roda dua juga ikut naik. Sederhananya, jika penurunan volume kendaraan roda dua bisa dioptimalkan, maka kemacetan Kota Medan bisa dipastikan berkurang. Karena dalam beberapa tahun terakhir volume kendaraan roda dua yang melintas sangat tinggi intensitasnya. Memang tidak mudah untuk mengurangi hal demikian terlebih lagi harus menekan produksi dari sepeda motor dan membuat peraturan bagi perusahaan yang terkait. 

Kemudian, menilik kondisi jalanan yang menghubungkan Kota Medan terbesit harapan bahwa seharusnya kemacetan tidak ada lagi di kota ini. Sebab dalam kondisi pembangunan terakhir di tahun 2018, jalan yang menghubungkan Kota Medan khususnya untuk wilayah pusat kota jauh lebih baik kondisi ruas jalannya. Mulai dari struktur jalan dan juga kondisi sekitar jalan yang memang sangat diperhatikan pemerintah. Pelebaran jalan pada pemerintah kali ini selalu diprioritaskan. Tak hanya pelebaran tentunya, hal tersebut juga dilakukan dengan perawatan badan jalan dan perawatan selokan. Untuk itu, mustahil jika macet menjadi musuh lagi di tahun 2019 bagi kota ini. 

Yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah sistemasi jalan yang berkaitan dengan sistemasi traffic light, pemasangan baliho, pamflet, dan sebagainya. Pemerintah perlu melihat lebih jauh efektivitas dari sistem traffic light yang ada. Sebab dalam kenyataannya, sistem yang berlaku di Kota Medan masih cenderung buruk. Mulai dari terlalu singkat untuk waktu menyala hingga traffic light yang mati di beberapa persimpangan jalan. Sejumlah titik seperti pusat kota perlu pembenahan dengan sistem traffic light yang lebih baik, penyesuaian waktu dengan kondisi pengendara hendak dilakukan dengan cara menimbang secara seksama. Kemudian untuk atribut jalan yang kurang diperlukan, akan lebih baik jika pemerintah berhasil menata atribut yang terpampang di jalan-jalan Kota Medan. Mengingat di tahun 2019, pesta politik akan bergulir.

Terakhir, kemacetan di Kota Medan sedikit memberikan asa yang baru untuk teratasi mengingat kesadaran masyarakat mulai terbenahi atas beberapa faktor. Tingginya angka kecelakaan, efektivitas dan sebagainya menjadi faktor penting dalam kesadaran masyarakat dalam berkendara. Dibantu dengan pemerintah daerah yang terus mendorong untuk meniadakan kemacetan secara bertahap mampu diamini oleh para masyarakat. Kedewasaan ini yang perlu ditingkatkan dan juga dipertahankan bagi kota ini. Ketika semuanya tak pernah ingin mengalah maka bebas dari kemacetan hanya menjadi impian dan isapan jempol belaka. Seruan untuk sadar akan berkendara sudah sepantasnya kita gaungkan. Semoga saja, kemacetan Kota Medan berkurang di tahun 2019. ***

Penulis adalah mahasiswa perbankan syariah Universitas Potensi Utama Medan

()

Baca Juga

Rekomendasi