Singapura, (Analisa). Sebagian besar mata uang Asia melemah terhadap dolar AS, Senin (22/4) karena tertekan oleh kenaikan harga minyak. Laju mata uang Asia terhambat setelah reli harga minyak mentah dunia menyurutkan sentimen di pasar keuangan regional di mana banyak negara net importir minyak mentah dunia terkena dampak.
Pasaran minyak mentah melonjak ke level tertinggi sejak akhir 2018 menyusul kabar tentang AS yang mengancam seluruh negara importir minyak mentah Iran untuk menghentikan pembelian mereka atau AS akan menjatuhkan sanksi lainnya atas negara-negara tersebut. Menurut sebuah sumber yang telah dikonfirmasi oleh Reuters yakni laporan dari Washington Post, tim administrasi Presiden AS Donald Trump akan mengakhiri keringanan sanksi atas beberapa negara importir minyak mentah Iran pada akhir tahun lalu.
Pada November 2018, AS kembali menjatuhkan sanksi atas ekspor minyak mentah Iran setelah Trump secara sepihak menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir 2015 yang terjalin antara Iran dan enam negara lainnya. Tiongkok, India, Jepang Korea Selatan dan Taiwan termasuk dalam daftar delapan negara utama pengimpor minyak mentah Iran yang sempat mendapat keringanan sanksi dari AS.
Di antara sejumlah mata uang Asia, peso Pilipina memimpin pelemahan dengan penurunan 0,7 persen. Disusul oleh won dengan penurunan 0,5 persen.
Peso Pilipina beringsut lebih rendah dipicu oleh penurunan investasi asing langsung (FDI) Pilipina pada Januari. Bank sentral, The Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), baru-baru ini melaporkan total arus masuk bersih FDI ke Pilipina yang tercatat sampai Januari 2019 hanya mencapai 609 juta dolar AS, turun 38,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penurunan FDI itu sebagian besar disebabkan oleh kemerosotan sebesar 65,3 persen pada penanaman modal ekuitas yang hanya mencapai 184 juta dolar AS pada Januari. Total penanaman modal ekuitas itu turun tajam dari 531 juta dolar AS yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu.
Won melingsir dipicu oleh sentimen kekhawatiran pasar tentang risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang bisa berdampak pada laju ekspor Negeri Ginseng. Prospek hubungan dagang AS-Tiongkok yang belum pasti juga turut membebani mata uang Negeri Ginseng. Sebagai salah satu negara di Asia yang pertumbuhan ekonominya bertumpu pada perdagangan, jika konflik dagang AS-Tiongkok nantinya berlanjut akan berdampak pada laju ekspor Korea Selatan dan performa won. Selain itu, Bank Sentral Korea (BoK) juga khawatir pada berbagai tantangan di pasar global yang berisiko menghambat daya saing sektor manufaktur Korea Selatan.
Rupiah beringsut turun terhadap dolar AS pada Senin karena terpengaruh dampak negatif lonjakan harga minyak mentah dunia dan ketidakpastian hasil pemilu presiden Indonesia yang telah digelar pada pekan lalu.
Menurut Direktur Utama PT Garuda Berjangka di Jakarta, Ibrahim Assuaibi, penyelenggaraan pemilu masih turut menjadi sentimen dalam negeri yang memengaruhi laju rupiah pada perdagangan hari ini.
Dikatakannya, para pelaku pasar sangat menghindari aset berisiko -- termasuk rupiah -- di tengah situasi yang tidak pasti.
Pada awal perdagangan rupiah dibuka pada level 14.040
Pada pukul 10.00 rupiah berada pada level 14.068
Di akhir perdagangan rupiah berada pada tingkat 14.070, melemah dari 14.040 level sebelumnya.
Kurs terakhir berbagai mata uang Asia terhadap dolar AS, tercatat sebagai berikut:
Dolar Singapura: 1,356, turun dari 1,354
Dolar Taiwan: 30,85, turun dari 30,84
Won Korea: 1142,70, turun dari 1136,90
Baht Thailand: 31,88, turun dari 31,82
Peso Pilipina: 52,04, turun dari 51,67
Rupee India: 69,73, turun dari 69,36
Ringgit Malaysia: 4,135, turun dari 4,130
Yuan Tiongkok: 6,713, naik dari 6,704
Di Tokio, yen beringsut lebih rendah terhadap dolar AS pada Senin karena laju dolar AS didukung oleh kenaikan imbal hasil (yield) obligasi AS ke level tinggi empat pekan.
Penurunan mata uang Negeri Sakura itu juga dipicu oleh perdagangan yang tipis selama masa libur 10 hari dari akhir April sampai awal Mei sebagai momentum peringatan pengangkatan kaisar baru, Putra Mahkota Naruhito.
Dolar AS terakhir tercatat 111,94 yen, naik tipis 0,1 persen dibandingkan dengan level sebelumnya.
Di London, euro melanjutkan pelemahan terhadap dolar AS pada Rabu dipicu oleh penurunan produksi industri zona euro. Badan statistik Uni Eropa, Eurostat, melaporkan produksi indutsri zona euro menurun 0,2 persen pada Februari 2019.
Jika disesuaikan secara tahunan, produksi industri zona mata uang tunggal ini mengalami penurunan 0,3 persen.
Secara terpisah baru-baru ini, Reuters melaporkan rapat kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) pada pekan ini menghasilkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Eropa melemah berkesinambungan hingga kuartal kedua 2019.
Yen Jepang: 111,92, turun dari 111,99
Franc Swiss: 1,0150, naik dari 1,0089
Dolar Kanada: 1,3369, naik dari 1,3290
Sterling terhadap dolar: 1,2980, turun dari 1,3034
Euro terhadap dolar: 1,1248, turun dari 1,1294
HARGA EMAS
Di Comex New York, harga emas menguat pada pembukaan Senin.
Kontrak Juni 2019 diperdagangkan pada level $1.277,90 per ounce, naik $1,90.
Harga spot kitco pada pukul 13.30 GMT (20.30 WIB) tercatat $1.274,60 per ounce, turun 0,07 persen.
Di London, harga emas beringsut naik dari level rendah hampir lebih dari empat bulan pada Senin didukung oleh penurunan ekuitas dan kenaikan harga minyak mentah dunia.
Menurut analis komoditas Anand Rathi Shares & Stock Broker di Mumbai, Jigar Trivedi, lonjakan harga minyak berpengaruh pada harga emas. Lonjakan dipicu oleh ancaman Trump agar seluruh negara-negara importir minyak mentah Iran menghentikan pembelian mereka.
Di London, harga emas $1.279,32 per ounce, naik 0,3 persen dari penutupan sebelumnya di New York.
Harga perak tercatat $15,04 per ounce, naik 0,8 persen dari penutupan sebelumnya.
Di Singapura, harga emas di perdagangan Asia meningkat pada Senin karena para trader sudah kembali memulai pembelian mereka pasca libur Paskah. Kenaikan harga emas juga didukung oleh lonjakan harga minyak mentah dunia.
Di Singapura, harga emas $1.278,64 per ounce, naik 0,3 persen dari penutupan sebelumnya di New York.
Di Tokio, kontrak benchmark April 2019 mencapai 4.603 yen per gram, melemah 7 dari penutupan sebelumnya. (Rtr/AP/AFP/ant/asri)