Singapura, (Analisa). Sebagian besar mata uang Asia melemah terhadap dolar AS, Rabu (24/4) karena mata uang Negeri Paman Sam itu menguat didukung oleh penjualan rumah baru yang meningkat di AS pada Maret. Di sisi lain, lonjakan harga minyak masih membatasi laju mata uang Asia seiring surutnya sentimen investor di pasar keuangan regional yang banyak memengaruhi negara-negara net importir minyak dunia di kawasan itu.
Pemerintah AS baru-baru ini melaporkan, penjualan rumah baru melonjak di luar perkiraan pada Maret, dengan hampir seluruh wilayah di negara itu mencatatkan kenaikan penjualan. Berdasarkan data dari Departemen Perdagangan AS, kenaikan penjualan pada Maret merupakan kenaikan bulanan ketiga kali berturut-turut dan mematahkan estimasi angka penjualan rumah yang direvisi turun pada Februari. Kendati demikian, harga penjualan median rumah-rumah baru di AS pada Maret menurun ke 302.700 dolar AS dibandingkan dengan 315.200 dolar AS pada Februari.
Di antara sejumlah mata uang Asia, won memimpin pelemahan dengan penurunan 0,6 persen. Disusul oleh baht dengan penurunan 0,4 persen.
Won merosot menjelang rilis data pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan untuk kuartal pertama 2019 yang diprediksi melambat ke laju terlemah dalam lebih dari setahun. Hasil jajak pendapat yang dihimpun oleh Reuters menunjukkan pertumbuhan PDB Negeri Ginseng berpotensi melambat dipicu oleh penurunan ekspor dan inflasi yang lesu. Sentimen kekhawatiran pasar tentang risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan prospek hubungan dagang AS-Tiongkok yang belum pasti juga turut membebani mata uang Negeri Ginseng. Sebagai salah satu negara di Asia yang pertumbuhan ekonominya bertumpu pada perdagangan, jika pertumbuhan ekonomi global melambat dan konflik dagang AS-Tiongkok nantinya berlanjut, akan berdampak pada laju ekspor Korea Selatan dan performa won.
Baht melemah di tengah ketidakpastian pemerintahan baru yang dikhawatirkan akan menghambat kelancaran arus investasi di Thailand. Ketua Federasi Industri Thailand (FTI, Supant Mongkolsuthree, mengatakan meskipun proyek-proyek investasi yang sedang berjalan saat ini tidak akan terkena dampak, para calon investor yang akan berinvestasi mungkin akan menunda keputusan mereka akibat ketidakpastian politik Thailand. Di samping itu, belum lama ini Bank Sentral Thailand (BoT) juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Negeri Gajah Putih untuk 2019 menjadi 3,8 persen dari sebelumnya 4,0 persen.
Rupiah melanjutkan penurunan terhadap dolar AS pada Rabu menjelang Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang akan digelar pada pekan ini.
Menurut Direktur Utama PT Garuda Berjangka di Jakarta, Ibrahim Assuaibi, pada rapat 24-25 April nanti bank sentral diprediksi masih akan menahan suku bunga pada tingkat yang sama dengan saat ini. Sentimen eksternal seperti data penjualan rumah AS yang meningkat dan potensi ketegangan perdagangan AS-Eropa juga turut melemahkan rupiah.
Pada awal perdagangan rupiah dibuka pada level 14.070
Pada pukul 10.00 rupiah berada pada level 14.115
Di akhir perdagangan rupiah berada pada tingkat 14.090, melemah dari 14.070 level sebelumnya.
Kurs terakhir berbagai mata uang Asia terhadap dolar AS, tercatat sebagai berikut:
Dolar Singapura: 1,359, turun dari 1,356
Dolar Taiwan: 30,86, turun dari 30,84
Won Korea: 1149,20, turun dari 1141,80
Baht Thailand: 32,01, turun dari 31,89
Peso Pilipina: 52,18, turun dari 52,01
Rupee India: 69,84, turun dari 69,78
Ringgit Malaysia: 4,131, turun dari 4,126
Yuan Tiongkok: 6,723, turun dari 6,715
Di Tokio, laju yen terhadap dolar AS cenderung stagnan pada Rabu karena mata uang Negeri Paman Sam itu menguat didukung oleh data penjualan rumah AS yang mengalami peningkatan pada Maret.
Meski begitu, stabilitas dolar AS diprediksi hanya tipis karena penguatan ekuitas kemungkinan mereda di tengah kondisi ekonomi global yang saat ini masih dibayangi oleh risiko perlambatan.
Dolar AS terakhir tercatat 111,88 yen, stabil dibandingkan dengan level sebelumnya.
Di London, euro melanjutkan penurunan terhadap dolar AS pada Rabu menyusul penurunan produksi industri zona euro. Badan statistik Uni Eropa, Eurostat, melaporkan produksi indutsri zona euro menurun 0,2 persen pada Februari 2019.
Jika disesuaikan secara tahunan, produksi industri zona mata uang tunggal ini mengalami penurunan 0,3 persen.
Secara terpisah baru-baru ini, Reuters melaporkan rapat kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) pada pekan ini menghasilkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Eropa melemah berkesinambungan hingga kuartal kedua 2019.
Yen Jepang: 111,85, turun dari 111,99
Franc Swiss: 1,0191, turun dari 1,0224
Dolar Kanada: 1,3451, naik dari 1,3402
Sterling terhadap dolar: 1,2939, turun dari 1,2950
Euro terhadap dolar: 1,1186, turun dari 1,1208
HARGA EMAS
Di Comex New York, harga emas menguat pada pembukaan Rabu.
Kontrak Juni 2019 diperdagangkan pada level $1.274,50 per ounce, naik $1,30.
Harga spot kitco pada pukul 13.30 GMT (20.30 WIB) tercatat $1.271,70 per ounce, turun 0,04 persen.
Di London, harga emas beringsut lebih tinggi pada Rabu seiring meredanya reli dolar AS yang sempat didukung oleh penguatan data penjualan rumah AS. Pasaran logam mulia ini juga ditopang oleh pelemahan ekuitas.
Analis ABN AMRO, Georgette Bole, mengatakan reli dolar AS yang tidak berlanjut menjadi faktor yang mendukung kenaikan harga emas pada sesi perdagangan hari ini.
Di London, harga emas $1.273,00 per ounce, naik tipis 0,1 persen dari penutupan sebelumnya di New York.
Harga perak tercatat $14,87 per ounce, naik 0,4 persen dari penutupan sebelumnya.
Di Singapura, harga emas di perdagangan Asia beringsut lebih tinggi pada Rabu didukung oleh penguatan dolar AS yang tidak berkelanjutan dan penurunan ekuitas.
Di Singapura, harga emas $1.270,60 per ounce, naik tipis 0,1 persen dari penutupan sebelumnya di New York.
Di Tokio, kontrak benchmark Juni 2019 mencapai 4.566 yen per gram, menguat 9 dari penutupan sebelumnya. (Rtr/AP/AFP/ant/asri)