Oleh: Frengki S Purba. Dunia kembali berduka akibat tragedi yang terjadi di Sri Lanka, Minggu (21/04/2019). Tragedi tersebut adalah teror bom yang terjadi di delapan lokasi berbeda diantaranya tiga gereja, empat hotel dan satu rumah warga. Korban jiwa meninggal dunia sedikitnya 290 orang dan sekitar 400 orang terluka. Tragedi teror bom tersebut bertepatan saat umat Kristen Sri Lanka merayakan Paskah.
Tragedi ini menjadi salah satu kejadian yang memilukan bagi negara Sri Lanka. Salah satu lokasi sasaran pelaku adalah gereja bersejarah bagi Sri Lanka, yakni Gereja St Anthony di Kolombo. Beberapa jam setelah teror bom terjadi di tujuh lokasi berbeda, kepolisian Sri Lanka menggerebek rumah pelaku diduga terkait dengan teror tersebut.
Saat kepolisian menggerebek, bom kembali meledak dan sekaligus teror bom kedelapan yang meledak pada hari itu. Tiga polisi gugur saat menjalankan tugasnya akibat ledakan bom saat penggerebekan. Tetapi tujuh pelaku berhasil diamankan terkait teror bom di delapan lokasi. Pelaku lainnya diduga kuat melakukan aksi bom bunuh diri dibeberapa lokasi kejadian.
Tragedi ini mengundang reaksi para pemimpin dunia. Terutama pemimpin umat Katolik Paus Fransiskus yang menyampaikan pesan duka cita kepada seluruh korban. Paus juga menyampaikan solidaritasnya kepada umat manusia saat ceramah perayaan Paskah. Tidak ketinggalan, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyampaikan duka cita mendalam kepada korban dan keluarga yang mengalami tragedi tersebut.
“Indonesia mengecam keras serangan bom di beberapa tempat Sri Lanka, hari ini. Atas nama seluruh rakyat Indonesia, saya juga menyampaikan duka cita yang mendalam kepeda Pemerintah Sri Lanka dan seluruh keluarga korban. Semoga korban yang luka-luka dapat segera pulih,” Tulis Joko Widodo di akun Instagramnya
Blokir Media Sosial
Media sosial menjadi wadah informasi yang cepat. Tidak bisa dipungkiri pengaruh media sosial saat ini dapat mengetahui informasi dengan cepat di segala tempat di dunia ini. Sehingga jika terjadi sesuatu tragedi yang ironi, masyarakat dunia akan mendapatkan informasi dengan cepat karena isunya sangat hangat diperbincangkan, dibagikan, dan ditanggapi di media sosial.
Namun, penggunaan media sosial kerap kali mengundang tensi tinggi akibat berita miring (Hoax) yang beredar. Sehingga perlu mengontrol media sosial agar tidak timbul masalah baru akibat berita hoax yang menyebar luas di media sosial.
Pemerintah Sri Lanka mengambil tindakan yang tepat dalam mengontrol situasi dan kondisi pasca insiden teror bom. Demi menghindari tensi tinggi masyarakat, media sosial seperti Facebook, Instagram, WhatsApp dan YouTube di blokir untuk sementara sampai penyelidikan selesai.
Pemblokiran ini dilakukan guna berjalan penyelidikan dengan baik dan informasi yang di dapat kepolisian akurat. Sehingga setelah penyelidikan masyarakat dapat mengetahui informasi yang tepat dan faktual. Tentunya kebijakan tersebut lebih mengedepankan kondusifsitas masyarakat Sri Lanka.
Disisi lain jika tensi panas terjadi di masyarakat dan berita hoax menyebar luas di media sosial, maka akan dengan mudah teroris lainnya melakukan aksinya. Pemblokiran media sosial sementara dapat menekan para teroris lainnya supaya tidak terdorong untuk melakukan aksi baru.
Memang langkah pemblokiran bisa tidak efektif karena tidak ada pengganti sumber informasi yang didapat masyarakat. Masyarakat tidak bisa mencari informasi mengenai keadaan orang-orang terdekat mereka seperti keluarga dan teman.
Penutupan itu juga bisa menimbulkan kekosongan informasi mengenai lokasi yang harus di antisipasi apabila ada informasi yang diduga kuat bisa menjadi sasaran lagi. Maka dari itu kepolisian juga harus bekerja ekstra dalam hal ini. Menjadi sumber informasi bagi masyarakat dan tetap memberikan pelayanan agar masyarakat Sri Lanka tidak berjatuhan lagi akibat teror bom.
Tragedi Kemanusiaan
Tragedi teror bom Sri Lanka yang bertepatan saat umat Kristen merayakan Paskah adalah sebuah tragdi kemanusiaan yang tidak ada hubungannya terhadap agama. Tidak ada agama manapun di dunia ini yang membenarkan aksi tersebut karena sejatinya agama mengajarkan kebaikan untuk sesama manusia. Maka masyarakat dunia khususnya Indonesia, jangan terpancing dan mudah tersinggung akibat insiden ini. Cukup mendoakan dan memberikan dukungan moral kepada keluarga korban supaya tetap tabah.
Sangat disayangkan jika ada yang menyalahkan atau menganggap tragedi ini dilakukan oleh agama tertentu. Sehingga bisa menimbulkan pertikaian dan menjadi masalah. Ada juga yang mudah tersinggung karena agama yang di anutnya disalahkan dalam tragedi ini. Isu-isu tersebut biasanya terjadi di media sosial sehingga stigma terhadap agama sangat sensitif.
Sentimen masyarakat khususnya warganet dalam sebuah tragedi teror bom perlu di redam. Karena setiap tragedi bom, pendapat atau pandangan warganet selalu didasarkan pada perasaan yang berlebih-lebihan. Sehingga mengutamakan perasaan dari pada terlebih dahulu mengedepankan fakta.
Teror bom selalu juga dikaitkan dengan agama yang dianut pelaku, sehingga ada oknum yang beragama lain yang menyinggung, maka timbul konflik antar umat beragama. Konflik seperti ini biasanya sering terjadi di media sosial, bagaimana antar umat beragama saling mencibir, menghina dan hingga merusak kedamaian manusia.
Dalam meredam isu-isu negatif tentang bom Sri Lanka, MUI (Majelis Ulama Indonesia) memberikan penjelasan dan pernyataan sikap. MUI berpesan pada dunia untuk tidak mengaitkan tragedi bom Sri Lanka dengan agama. Dalam hal ini MUI juga mengutuk keras para pelaku dan mendorong penegak hukum di Sri Lanka agar pelaku di hukum seberat-beratnya yang sesuai kelaukaannya.
“MUI mengutuk dengan keras peledakan bom di beberapa gereja di Sri Lanka oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki rasa kemanusiaan. Sehingga telah menyebabkan sekitar 200 orang menjadi korban,” kata Sekjen MUI Anwar Abbas melalui keterangan tertulisnya, Senin (22/4/2019). Anwar mendorong pihak yang berwenang segera mengusut kasus tersebut.
MUI menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada para korban. Selain itu, MUI berpesan agar teror bom tersebut tidak dikaitkan dengan agama pelakunya. “MUI meminta masyarakat dunia untuk tidak mengaitkan tindakan yang tidak beradab ini dengan agama para pelakunya agar masalah tidak melebar ke mana-mana,” sebut Anwar. (news.detik.com, Senin 22/04 2019)
Marilah kita menghindari berita sensitif yang menyinggung agama agar tidak menimbulkan ujaran kebencian di media sosial. Marilah berdoa untuk para korban jiwa dan memberikan dukungan moral kepada keluarga dan para korban luka agar segera pulih.
Semoga setelah tragedi ini tidak ada lagi teror bom yang membahayakan kedamaian seluruh umat manusia dimanapun berada. Tidak ada lagi sentimen negatif tentang teror bom guna menjaga hubungan erat antar umat beragama. Tidak lupa kita mendoakan kondusifitas negara Sri Lanka agar cepat pulih dari kejadian ini dan negara tersebut segera membaik dan stabil kembali. Amin. ***
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Unika Santo Thomas Medan. Aktif di Komunitas Menulis Mahasiswa “Veritas” Unika Santo Thomas.