Deputi Bidang Pemberantasan BNN:

Karo Pengguna Narkoba Terbesar di Sumut

karo-pengguna-narkoba-terbesar-di-sumut

Berastagi, (Analisa). Keprihatinan terhadap ma­syarakat Tanah Karo, khu­susnya para generasi muda se­bagai peringkat pertama peng­guna narkoba tingkat Provinsi Sumatera Utara, sangat meng­khawatirkan dan harus segera ditanggulangi.

Demikian juga masyarakat Suma­tera Utara peringkat ter­besar nomor dua, sete­lah Ja­karta di tingkat nasional ja­­ng­an dianggap sepele kalau ingin mem­ba­ngun daerah ini maju dan bermartabat.

Hal itu ditegaskan Deputi Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN), Irjen Pol Drs Arman Depari dalam penyuluhan hukum dan narkoba yang diselenggara­kan Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Erkaliaga mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) di SMAN I Berastagi, Sabtu (27/4).

“Saya kecewa dengan kea­daan ini. Selaku putra daerah, lahir di Berastagi dan keluarga tinggal di sini tentu pasti ter­beban moral berat dengan si­tuasi ini. Walaupun jabatan se­bagai Deputi BNN, saya ti­dak pernah diundang datang ke sini sejak 1981. Kecuali per­tama saya da­tang diundang UISU dan ke­dua Imka Erka­liaga Maha­siswa Fakultas Hukum USU, selain itu tidak ada,” ucapnya.

Menurut Depari, penyu­luhan dan diskusi seperti ini penting dilakukan. Narkoba merupakan ancaman bagi ge­nerasi muda dan paling ber­bahaya. Pada dasarnya narko­ba harus ditanggulangi dari diri sendiri. Sebab, narkoba semakin hari makin mengkha­wa­tirkan.

“Ngeri itu sudah luar biasa artinya dan darurat sampai ke­pada fase kritis. Permasalahan yang dihadapi selain narkoba, juga hoax, teroris yang meng­ancam generasi muda bangsa, generasi muda daerah ini,” ujarnya.

Tak heran

Dia mengatakan, pengguna narkoba saat ini rata-rata 4- 4,5 juta/hari dan tidak heran juga kalau dampak dari narko­ba dimana-mana cepat menu­lar, membuat penggunanya me­ninggal rata-rata 30-37 orang/hari. Dampak lain juga dilihat di tengah-tengah ma­sya­rakat dengan kejadian tra­gis dan tidak masuk akal terjadi.

“Anak membunuh bapak atau ibunya. Ibu menjual bayi bahkan juga ada melacurkan diri untuk dapat membeli nar­koba. Berbahaya dan itu tidak mungkin dibiarkan. Selain nar­koba, AIDS/HIV juga tinggi di Karo, bahkan saya dengar menduduki peringkat pertama tingkat kabupaten/kota se-Sumut,” ujar Depari.

Depari mengatakan, me­mang pemakai narkoba bisa sembuh tapi tidak bisa pulih. Kalaupun direhabilitasi, 70 persen tidak akan kembali. Bahkan hasil survei BNN de­ngan Universitas Indonesia 2016, sebesar Rp72 triliun kerugian negara dari masya­rakat pengguna narkoba. “Ingat, teman merupakan orang pertama dan awal dapat memengaruhi kita menjadi pengguna narkoba,” jelas Ar­man.

Tanah Karo, surga peng­guna narkoba dan Depari da­pat memastikan, lurah, kepa­la desa, camat, bupati dan pimpinan DPRD di Karo tidak berani mengatakan, wilayah­nya bebas narkoba. Apalagi saat ini juga mulai berkem­bang merokok ala elektrik, se­hingga para pengguna narko­ba tidak memiliki rasa malu lagi.

“Bahkan, sebagai feno­me­na baru pengguna narkoba ma­buk pembalut wanita dan itu direbus dan diminum. Aduh! Sudah kronis dan berbahaya. Lalu kenapa kita anggap itu sepele dan narkoba dibiarkan berkembang di daerah ini,” je­las Arman.

Dr Suku Ginting menyam­paikan diskusi mengenai, nar­kotika dari prespektif kese­hatan dan dilanjutkan tanya-jawab yang diakhiri pem­berian cenderamata dipandu Yoga Alexander Depari dan Emia Rimtha Br Sembi­ring, Ketua dan Sekretaris IMKA Er­kaliaga FH USU. (alex)

()

Baca Juga

Rekomendasi