Di Akhir Masa Jabatan

Merah Sakti Wujudkan Masjid Agung Subulussalam

merah-sakti-wujudkan-masjid-agung-subulussalam

Oleh: Sudirman, S. Fil.I

WALIKOTA Subulussalam, H. Me­rah Sakti, SH mampu mewujudkan pem­ba­ngun­an Masjid Agung sebagai kado ter­­ak­hir perio­de kedua ia memimpin ko­ta ini, sej­ak 5 Mei 2014 dan berakhir 5 Mei menda­tang.

Masjid tidak hanya berfungsi sebagai sarana ibadah, namun juga harus menjadi tempat pemberdayaan umat, pendidikan serta penyelesaian masalah sosial yang terjadi di tengah-te­ngah masyarakat.

Terwujud Masjid Agung Kota Subulussalam menjadi ke­banggaan bagi dae­rah yang berpenduduk sekitar 86 ribu ji­wa ini, setelah mekar dari Kabupaten Aceh Singkil melalui Undang-Undang No­mor 8 pada 2 Januari 2007 lalu.

Berdirinya bangunan megah di pinggir jalan nasional ini ber­kat kerja sama keras dan perjuangan Walikota Subulus­salam Merah Sakti, sehingga Masjid Agung rampung di­bangun dan telah di­res­mikan oleh Plt Gubernur Aceh Ir No­va Iriansyah saat berkunjung ke Kota Su­bulussalam, baru-baru ini.

Di hadapan ratusan masyarakat yang menghadiri peres­mian Masjid Agung Kota Subulussalam, Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah tak segan-segan memuji prestasi Walikota Su­bulussalam Merah Sakti sebagai sosok pekerja keras. Me­rah Sakti memberikan kado terindah ba­gi masyarakat, mam­pu mewujudkan Mas­jid Agung yang sangat megah ini di akhir ma­sa jabatan setelah 10 tahun memim­pin Kota Su­bulussalam.

Simbol pemersatu

Nova mengapresiasi pembangunan Mas­jid Agung di bawah kepemimpinan Walikota Subulussalam telah terealisasi dan te­lah digunakan masyarakat untuk melaksanakan ibadah. Ke­be­ra­daan masjid diharapkan sebagai simbol pemersatu, men­jaga ukhuwah Islamiah serta menjadi pusat pemberdayaan masyarakat.

“Saya yakin, Pemerintah Kota Subulussalam mampu mem­bangun masjid tidak ha­nya dalam aspek fisik tapi juga sosial. Saya berharap dengan hadirnya masjid ini bi­sa menjadi tempat pemberdayaan ma­sya­rakat Subulussalam,” ungkap Nova.

Plt Gubernur juga menceritakan seja­rah masjid pertama yang dibangun di za­man Rasulullah, yakni Masjid Quba. Ra­sulullah tidak hanya menjadikan masjid untuk melakukan iba­dah semata, namun juga berfungsi sebagai pusat pemberda­ya­­an umat hingga tersebar ke seluruh pen­juru dunia.

Menurut Nova, berdasarkan firman Allah SWT dalam Al­quran, bahwa me­mak­murkan masjid dengan ibadah dan ke­­giatan sosial menjadi kewajiban semua umat Muslim. Menja­dikan masjid seba­gai benteng memperkuat ketakwaan kepada Allah SWT.

Kemudian, dalam upaya memakmurkan masjid, kata Plt Gubernur, semua pi­hak perlu memperhatikan empat aspek. Pertama, aspek pengelolaan keuangan. Kedua, aspek manaje­men pengelolaan. Menurutnya, dalam manajemen penge­lo­­laan harus ada transparansi dan memi­liki nilai syariah.

“Ketiga, aspek syariah. Kita berkewa­jiban memakmurkan masjid, serta mem­be­rikan gagasan untuk pembangunan umat. Keempat, aspek yang berkaitan de­ngan aktivitas di dalam mas­jid, seper­ti event keislaman,” sebutnya.

Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan provinsi lain, Nova me­minta masyarakat Subulussalam me­nguatkan ketakwaan dan nilai keislaman untuk mengantisipasi pengaruh pemahaman di zaman ini sangat meresahkan.

Permintaan Nova Iriansyah itu disampaikan mengingat ko­ta ini berbatasan lang­sung dengan Kabupaten Pak-Pak Bharat, Sumatera Utara (Sumut). Subulussalam adalah pintu masuk masyarakat luar dari wilayah Barat Selatan Aceh.

Subulussalam sebagai benteng perta­hanan bagi masyarakat di Serambi Mekah, khususnya wilayah Barat Selatan untuk menangkal radikalisme masuk ke Tanah Aceh. Keberadaan Masjid Agung di­harapkan semakin memperkuat keiman­an dan ketakwaan kepada Allah SWT ser­ta menjadi pemersatu umat di Bumi Syekh Hamzah Fansuri ini.

Sejak periode pertama

Walikota Subulussalam Merah Sakti me­ngatakan, Masjid Agung Subulussa­lam yang diresmikan itu telah dimulai pem­­ba­ngunannya sejak tahun 2010 peri­ode pertama ia me­mimpin. Aceh waktu itu di­pimpin oleh Irwandi-Nazar.

Ia menyampaikan anggaran yang di­ha­­biskan untuk pem­bangunan Masjid Agung ditaksir mencapai Rp60 miliar le­bih. Dana itu bersumber dari sumbang­an ma­syarakat Su­bulussalam, Anggaran Pen­dapatan Belanja Aceh, serta Doka Kota Subulussa­lam. “Terwujudnya mas­jid ini tidak terlepas dari dukungan dan sum­­bangan ma­syarakat, ada yang sumbang pasir, batu bata, semen dan seba­gai­nya,” kata Sakti mengenang sejarah ter­wujudnya Masjid Agung Subulussalam.

Meski kondisi di bagian luar masjid belum sempurna, namun rumah ibadah yang menggunakan motif ketimuran ini menjadi destinasi wisata religi bagi masyarakat. Terma­suk menjadi tempat melangsungkan akad pernikahan masya­rakat sejak masjid ini difungsikan setahun lalu.

Merah Sakti mengatakan, 5 Maret 2019 mo­men berseja­rah bagi masyarakat Su­bulussalam, Plt Gubernur Aceh me­no­­reh­kan tinta emas peresmian Masjid Agung Subulussa­lam. Merah Sakti meng­aku bangga hal ini terwujud dua bulan sebe­lum ia mengakhiri jabatan setelah 10 tahun me­mim­pin daerah ini. Tepat pada 5 Mei 2019, selesai sudah masa pe­ngabdian Me­rah Sakti menakhodai Kota Subulussa­lam yang telah banyak berbuat untuk kemajuan kota ini.

Pembangunan berkelanjutan

Pemerintah Merah Sakti bersama wa­kilnya Drs Salmaza MAP telah melekatkan pondasi pembangunan, seperti in­frastruktur jalan dua jalur, jalan menuju kecamatan, jalan sen­tral produksi, jembatan dan bangunan perkantoran dalam lima tahun terakhir.

Dalam Musyawarah Rencana Pemba­ngunan (Musrem­bang) penyusunan RKPK tahun 2020 yang digelar di Aula LPSE Ko­ta Subulussalam, Selasa (2/4) mengambil tema “Memacu pertumbuhan pembangun­an yang berkelanjutan dengan peningkat­an sumber daya manusia”.

Musrembang dibuka Walikota Merah Sakti dihadiri Se­kre­taris Bappeda Aceh, Fe­riyana SH,M.Hum, unsur Mus­pida Su­bulussalam, kepala dinas, para camat, imam mu­kim dan kepala desa.

Merah Sakti mengatakan dalam Musrenbang hal yang ter­pen­ting bagaimana me­wujudkan dan merealisasikan program-program pembangunan menyentuh eko­nomi rakyat kecil.

Untuk mewujudkan program pembangunan itu tidak ter­lepas dari indeks pembiayaan yang pasti, supaya pembangu­nan berkelanjutan tidak sepotong-sepotong. Hal ini telah di­buktikan Merah Sakti dalam 10 tahun memimpin Kota Su­bu­lus­salam terwujudnya pembangunan di Bumi Syekh Hamzah Fansuri ini. ***

()

Baca Juga

Rekomendasi