
Oleh : Khaddin.
Bagi sebagian masyarakat Aceh belum lengkap rasanya bila berbuka puasa tidak disuguhkan minuman segar yang diracik dari buah timun suri. Buah tersebut kini menghiasi pasar-pasar tradisional khususnya di Lhokseumawe dan Aceh Utara seiring datangnya bulan suci Ramadan.
Buah berwarna kuning yang memiliki banyak kandungan air dan rasanya hambar ini sangat cocok dijadikan minuman untuk pelepas dahaga saat berbuka puasa, sehingga tidak sedikit warga ‘berburu’ timun suri ini.
Di Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara khususnya, timun suri tampaknya dipersiapkan para petani dari daerah pedesaan khusus untuk memenuhi stok pada Ramadan, karena saat memasuki bulan suci ini, permintaan timun suri di pasar terutama pasar tradisional meningkat tajam sehingga butuh banyak persediaan.
Hal ini terkadang memaksa para pedagang untuk mendatangkan timun suri dari berbagai kabupaten/kota lainnya di Aceh, terutama bila persediaan dari petani lokal menipis sedangkan permintaan meningkat drastis.
Buah yang dibungkus menggunakan pelepah pisang itu mudah didapati pada bulan Ramadan, sedangkan pada bulan lainnya, timun suri sama sekali tidak tampak di pasar-pasar tradisional. Di luar Ramadan, sepertinya masyarakat tidak tertarik melakukan bududaya timun ini.
Selain itu, di kalangan masyarakat petani, di Aceh khususnya, budidaya timun suri sebelum Ramadan tiba seakan sudah menjadi tradisi, dengan harapan panen dipastikan bertepatan pada bulan suci Ramadan.
Mweningkat drastis
“Pada bulan Ramadan, biasanya permintaan timun suri meningkat drastis, mudah dipasarkan dan harganya juga sangat terjangkau semua lapisan masyarakat,” ujar Ridwan, petani timun suri di Gampong (desa) Keude Mane, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara, Kamis (9/5).
Sebagai persiapan menghadapi Ramadan, Ridwan memanfaatkan lahan kosong seluas sekitar 500 meter persegi, di belakang rumahnya untuk menanam timun suri. Tanaman ini dibudidayakan di sela-sela tanaman jagung dan kacang panjang.
Timun suri yang ia budidayakan kini mulai berbunga dan berbuah dan diperkirakan memasuki 15 atau 17 Ramadan mulai dipanen. “Saat ini persediaan timun suri masih minim, mungkin belum panen, sehingga harganya mahal berkisar Rp10.000 sampai Rp20.000/buah,” ujarnya.
Dia berharap harga timun suri terus meningkat sampai akhir Ramadan. “Saat belum panen, harga timun suri masih mahal. Semoga saja harga ini tetap bertahan sampai beberapa hari ke depan, setidaknya sampai selesai panen,” sebutnya.
Menurutnya, buah timun suri dapat diolah menjadi aneka minuman, antara lain setelah buah dikupas, diaduk dengan gula, dicampur air secukupnya, ditambah sirup dan es untuk menambah kesegaran, sehingga mampu melepas dahaga saat berbuka puasa jelang magrib.
Pantauan Analisa di pasar tradisional Krueng Mane, Aceh Utara, Kamis (9/5), buah timun suri mulai dijajakan pedagang, tetapi persediaannya masih terbatas. Harganya juga termasuk yakni, Rp15.000 sampai Rp 20.000/buah. Harga tergantung ukuran buah.
Kendati harga masih tergolong tinggi tetapi tidak menyurutkan keinginan warga untuk memburu buah timun suri yang menjadi minuman favorit berbuka puasa ini.
Berdasarkan referensi sejumlah bacaan dari beberapa sumber, timun suri yang memiliki banyak kandungan air dan berserat ini baik untuk kesehatan dan memiliki beberapa khasiat, yaitu membantu sistem pecernaan, melancarkan proses detoksifikasi, antikanker, menyehatkan mata, mempertajam daya ingat, menurunkan kolestrol dan tekanan darah tinggi.
Timun suri ini membawa berkah pada bulan suci Ramadan, terutama bagi petani dan para pedagang yang menjajakan buah ini di pasar-pasar tradisional.