Tingkatkan Ekonomi Pulau Nias

tingkatkan-ekonomi-pulau-nias

GUNUNGSITOLI salah satu daerah di Sumut yang masuk program Rumah Kita untuk mendukung tol laut. Sebagai salah satu daerah terluar di Sumut, diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tidak saja di Kota Gunungsitoli, tapi juga di Pulau Nias. Lantas seberapa besar dampak per­tumbuhan ekonomi di Pu­lau Nias dengan adanya program Rumah Kita?

Berikut ini petikan wa­wan­­cara dengan General Ma­nager (GM) Pelabuhan In­donesia 1 Cabang Gunung­sitoli, Jhoni Sitompul.

Analisa: Sejak kapan Gunungsitoli masuk program Rumah Kita untuk mendukung tol laut?

Jhoni: Pada mulanya Gunungsitoli tidak masuk dalam program Rumah Kita. Pada 2017 Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menetapkan program Rumah Kita tol laut trayek Pendhaga Nusantara 2 Telukbayur (Padang) - Engganau – Telukbayur. Lalu Pelindo 1 Cabang Gunungsitoli datang ke Kemenhub meminta agar dimasukkan da­e­rah program Rumah Kita untuk mendukung tol laut. Permintaan tersebut disetujui di akhir 2017, dengan trayek Kapal Pendhaga Nusantara 2, yakni Telukbayur – Sinabang – Gunungsitoli – Mentawai (Sikakap) – Telukbayur.

Analisa: Berapa hari sekali Pelabuhan Gunungsitoli disinggahi kapal tol laut?

Jhoni: Kapal tol laut yang melayani trayek itu pernah dicoba membutuhkan waktu 9 hari. Itu berarti setiap 9 hari sekali kapal tol laut singgah di Pelabuhan Gunungsitoli.

Analisa: Apakah trayek tol laut tersebut selalu rutin?

Jhoni: Beberapa kali tol laut sempat singgah ke Pelabuhan Gunungsitoli. Tapi belakangan ini kapal tol laut tidak lagi singgah. Bukan karena Pelabuhan Gunungsitoli tidak masuk daerah dilalui tol laut, tapi memang kapal tol laut yang berada di Telukbayur tidak beroperasi. Tidak tahu persis alasannya tidak beroperasi lagi.

Analisa: Sewaktu dilalui kapal tol laut berapa banyak muatan yang dibawa dari dan ke Gunungsitoli?

Jhoni: Barang yang dibawa ke Gunungsitoli tidak banyak, sekitar 800 ton. Sedangkan barang yang diangkut ke luar juga sedikit. Belum signifikannya barang dari dan ke Gunungsitoli menjadi kendala.

Analisa: Apa upaya agar barang yang dibawa dari dan ke Gunungsitoli bisa lebih banyak?

Jhoni: Pelindo 1 Cabang Gunungsitoli bersama pemerintah daerah telah melakukan langkah-langkah agar barang yang dibawa dari dan ke Gunungsitoli bisa meningkat, dengan menyosialisasikan kepada pedagang di Pulau Nias. Pedagang di Nias yang ingin membeli barang di Padang atau Jakarta bisa mengirim barang melalui kapal tol laut. Kapal trayek Tanjungpriok ke Telukbayur  cukup banyak.

Dari Telukbayur barang bisa dibawa ke Gunungsitoli melalui kapal tol laut tanpa harus membongkar barang dari petikemas. Ini yang belum dimanfaatkan pedagang di Nias. Begitu pula barang dari Nias bisa dibawa ke Telukbayur atau ke Jakarta. Sebenarnya Pulau Nias memiliki potensi untuk mengirim barang ke luar. Selain kelapa sawit dan kopra  yang merupakan komoditas andalan, di Nias banyak terdapat pisang. Tentu saja pisang yang dibawa ke luar harus diolah terlebih dulu, seperti menjadi kripik dan sebagainya agar bisa tahan lama. Begitu juga dengan hasil ikan dari Nias bisa dikirim ke luar.

Pelindo 1 memiliki 7 reefer container sehingga barang bisa lebih tahan lama dan tidak busuk sampai ke tempat tujuan dan masih banyak barang lainnya yang dapat dijual ke luar Pulau Nias, seperti sabut kelapa, batang kelapa, pinang, dan sebagainya. Bila dibandingkan harga transportasinya, tentu saja melalui laut lebih murah. Sebagai perbandingan barang dari Jakarta bila diangkut melalui darat tujuan Sibolga biaya yang dikeluarkan Rp7 juta per container dan dari Sibolga ke Gunungsitoli Rp6 juta per kontainer.

Sedangkan jika melalui Tanjungpriok ke Gunungsitoli bisa hemat sekitar Rp5 juta per kontainer. Bila biaya pengi­riman barang bisa lebih murah akan berpengaruh pada harga barang di daerah tujuan. Seperti harga semen, sebelum ada tol laut trayek Telukbayur – Gunungsitoli harga semen di Pulau Nias bisa mencapai Rp100 ribu per zak. Tapi kini harga semen di Nias sekitar Rp70 ribu per zak. Begitu juga dengan barang lainnya yang diangkut melalui jalur laut.

Analisa: Lantas trayek Sibolga – Gunungsitoli, apa tidak terganggu dengan adanya tol laut?

Jhoni: Tentu saja tidak. Trayek Sibolga – Gunungsitoli begitu pula sebaliknya punya pasar berbeda. Selain melayani trayek penyeberangan penumpang setiap hari, juga membawa barang yang diangkut truk. Barang dari Medan, kalau dibawa melalui Pelabuhan Belawan ke Gunungsitoli membutuhkan waktu lama dan biaya lebih mahal dari pada melalui darat. Begitu juga barang dari Pelembang biasanya terlebih dahulu ditumpuk di Padangsidempuan dan selanjutnya dibawa ke Sibolga untuk diseberangkan ke Gunungsitoli. Jadi trayek Sibolga – Gungungsitoli tidak terganggu dengan adanya tol laut.

Analisa: Bagaimana kesiapan Pelabuhan Gunungsitoli dalam mendukung tol laut?

Jhoni: Pelabuhannya terus dibenahi, tidak saja terminal penumpang, tapi juga peralatan bongkar-muat. Dengan adanya pembenahan, diharapkan dapat memberikan kemudahan keluar-masuk barang dari dan ke Gunungsitoli. Dengan adanya tol laut diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di Pulau Nias. (fahrin malau)

()

Baca Juga

Rekomendasi