Sammo Hung Ingin Jadi Koki

sammo-hung-ingin-jadi-koki

Sammo Hung adalah salah satu nama legenda kung fu dalam perfilman Hong Kong. Sosok ini sudah jarang terlihat di layar lebar. Bukan berarti dia tidak lagi bisa beraksi, tapi usia­nya yang kian merambat senja menjadi salah satu alasannya.

Dan setelah istirahat dari dunia film, di usianya yang sudah meng­injak 67 tahun ini, sang aktor berpikiran ingin banting stir. Dari seorang aktor menjadi koki atau juru masak.

Keinginan itu berangkat dari hobinya yang selalu masak untuk dinikmati bersama keluar­ga besar. Sammo juga mengaku sedang mendalami ilmu mema­sak agar menjadi keterampi­lann­ya yang dapat diandalkan di kemudian hari.

“Saya sedang men­dalami ke­terampilannya memasak. Jujur saja, saya pernah mem­per­tim­bangkan untuk menjadi seorang koki jika karier di dunia film berhenti,” akunya.

Keinginan menjadi seorang koki mungkin diawali karena usia yang sudah tak muda lagi. Selain itu, dia pernah merasa sudah lelah menyutradarai dan membintangi ‘My Beloved Body­guard’ pada 2016.

Sammo mengatakan, usianya telah membuatnya tidak lagi kuat untuk banyak ber­akti­vitas fisik. Selain karena usia, cedera yang dia dapatkan dari syuting juga mempengaruhi kond­isi fisiknya.

Dikutip dari AsiaOne belum lama ini, Sam­mo mengatakan, dia pernah mengalami patah lengan saat syuting Lucky Stars Go Places pada 1986. Saat itu, dia mendapatkan perawatan di rumah sakit, tapi kemudian kem­bali ke lokasi syuting.

Ini adalah salah satu bukti dedikasi Sammo terhadap peker­jaannya. Aktor itu sudah mem­berikan separuh hidupnya ke­pada pekerjaannya dan menda­patkan banyak pujian atas lebih dari 200 film selama kariernya. Dia juga dikenal sebagai seorang pria dengan badan besar, serta seorang seniman seni bela diri yang gesit.

Namun, puluhan tahun mem­bintangi film aksi telah membuat tubuhnya menjadi rapuh. Dalam beberapa kali kesempatan, dia ter­lihat memakai kursi roda, terutama setelah menjalani operasi lutut dua tahun lalu.

Dalam sebuah wawancara, menantunya, Janet Chow, me­nga­takan, Sammo bahkan sudah tidak kuat lagi menggendong cucunya. Sammo memang dike­nal sangat sayang cucunya. Tahun lalu, dia terlihat berbe­lan­ja mainan bersama cucunya ter­sebut.

“Dia bisa berjalan, tapi lebih nyaman untuk duduk kursi roda ketika pergi ke tempat seperti mall,” kata Janet yang dikutip AsiaOne.

Suram

Di sisi lain, Sammo Hung juga dikenal sebagai tokoh yang sangat dihormati di jagat hiburan Hong Kong. Dia dikenal atas bakat koreografi dan seni bela diri. Saat menghadiri 43rd Hong Kong International Film Festival beberapa waktu lalu, dia meng­gelar seminar dan meng­ung­kap­kan pengalamannya selama membuaat film serta pemiki­ran­nya atas masa depan perfilman Hong Kong.

Berbeda dengan kebanyakan orang yang biasanya meng­ung­kapkan optimisme atas masa depan sesuatu, Sammo justru memiliki pendapat sebaliknya. Menurut dia, masa depan per­film­an Hong Kong cukup suram.

“Perfilman Hong Kong tidak punya ha­rapan bagi generasi mendatang. Tidak ada film aksi lagi. Beda dengan dulu. Ada Jac­kie Chan dan Sammo Hung yang memberikan harapan bagi generasi yang lebih muda. Orang tidak lagi belajar bela diri se­telah nonton aksi bintang bela diri. Tan­pa film dan tanpa film seni bela diri, apa po­innya belajar seni bela diri? Setelah mem­pe­lajari seni bela diri, mereka akan men­jual roti panggang buat hidup keesokan harinya?” papar Sammo dikutip Jaynestars.

Sammo mengakui seka­rang lebih banyak orang memilih bergabung kompetisi menyanyi ketimbang belajar seni bela diri. Dia pun berharap sektor perfilm­an Hong Kong bisa melakukan lebih banyak untuk mendukung film lokal.

“Film Hong Kong itu populer sekitar 10 atau 20 tahun lalu. Sekarang negara lain melampaui Hong Kong. Ini membuat saya sakit hati, tapi saya tidak bisa ber­gerak, tidak bisa membantu dan tidak bisa berkata apa-apa. Saya tidak menghadiri event karena punya temperamen buruk dan akan membuat orang lain tersinggung. Saya tadi ber­diskusi dengan Direktur Dewan Pengembangan Film Hong Kong. Pemerintah menghabis­kan banyak yang untuk upacara pembukaan (43rd Hong Kong International Film Festival) dan lalu tidak ada apa-apa. Mengapa tidak terus berinvestasi ke per­filman Hong Kong dan me­ngem­bangkan mereka untuk mengubah masa depan film Hong Kong? Pikirkan dan beri tahu saya,” ujar Sammo.

Dikutip dari The Hollywood Repor­ter, Sammo lahir pada 1952. Dia belajar seni bela diri dari usia 9 tahun di genre opera Peking di Akademi Drama Tiongkok Hong Kong di bawah asuhan Master Yu Jim-yuen. Dia anggota terkenal dari aksi troupe Seven Little Fortune di Akademi itu. Sammo kemudian meng­ubah perfilman Hong Kong dengan koreografi aksi akroba­tik dan menantang maut yang didesain dan dilakukan anggota­nya. Salah satu anggota grup itu adalah Jackie Chan.

Sammo kali pertama tampil di layar lebar ketika berusia 14 tahun sebagai stunt man. De­ngan keterampilannya dalam seni bela diri, akrobat dan tari, dia kemudian menjadi pendu­kung film ‘Wuxia’ yang dipo­pulerkan Shaw Brothers Studio. Dia kemudian menjadi tokoh utama di film ‘Shaolin Plot’ pada 1977 yang diproduksi studio rivalnya, Golden Harvest. Pada 1978, dia debut sebagai sutra­dara di film ‘The Iron-Fisted Monk’.

Karya Sammo di era 1980-an turut membantu membentuk gaya film aksi Hong Kong, dengan mengantarkan genre ko­medi aksi dan subgenre komedi horor vampire Tiongkok, ter­utama dengan film ‘Encounter of the Spooky Kind’ (1980). Film-film seperti serial ‘Lucky Star’ (1982—1985)—yang juga dibintangi Jackie Chan, dan ‘Wheels on Meals’ (1984) me­miliki energi tinggi dan realitas dan dilengkapi elemen komedi.

Sammo juga membantu bin­tang Michelle Yeoh bersinar terang ketika dia memproduseri ‘Yes, Madam’ (1985). Pada 1998, Sammo menjadi orang Asia Timur pertama yang men­jadi tokoh utama serial prime­time di Amerika Serikat (AS) yaitu ‘Martial Law’.

Kontribusi Sammo terhadap film laga Hong Kong cukup banyak. Dia juga mendapatkan berbagai penghargaan untuk karyanya. Dia memenangkan Hong Kong Film Award per­tamanya untuk koreografi ter­baik di film ‘The Prodigal Son’ pada 1981. Dia juga menda­patkan penghargaan di kategori yang sama untuk film ‘Ip Man’ (2008), ‘Ip Man 2’ (2010) dan ‘Paradox’ (2017). Salah satu karya Sammo yang mungkin masih banyak diingat orang adalah koreografi yang dia ciptakan di ‘Kung Fu Hustle’. Di seminar tersebut, Sammo juga turut menayangkan film tersebut. Para peserta kemudian bertanya apakah Sammo secara pribadi mendesain adegan laga di film itu.

“Ketika triad (geng) datang melawan kelompok itu, ada buruh, tukang jahit dan seorang pria yang menjual adonan goreng. Ingat adegan itu? Saya mengkoreografikan adegan itu. Ada adegan lain saat tiga master yang memutuskan pergi tapi tiba-tiba mereka mulai berkelahi di tangga sebelum mengucapkan selamat tinggal. Saya juga mengkoreografikan itu. Saya lantas dipecat setelah itu,” tutup Sammo. (snc)

()

Baca Juga

Rekomendasi