Oleh: Azmi TS.
Budaya luar masuk ke Indonesia membuat lupa budayanya sendiri. Melalui sketsa seniman Yaqub Elka menggambarkan budaya Betawi seperti lenong, ondel-ondel, tanjidor. Misinya untuk melestarikan budaya Betawi agar tak lapuk diterpa (dilupakan) zaman.
Betawi sebagai salah satu etnis di nusantara ini, umumnya tinggal di Jakarta. Ada pendapat yang menuliskan, suku Betawi merupakan hasil perkawinan berbagai etnis. Perpaduan berbagai kelompok orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bugis, Ambon, dan Tionghoa ini dahulu didatangkan Belanda ke Batavia.
Jangan heran dalam budaya Betawi tercermin berbagai adat menyatu di dalamnya. Keseniannya sudah pasti banyak mengalir adat istiadat penduduk lokal dan juga dari Eropa. Saat ini budaya Betawi masih bisa bertahan sebagai indentitas di tengah-tengah Kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan.
Gemerlap Jakarta sebagai kota metropolitan ditambah budaya-budaya luar masuk ke Indonesia masih rentan buat budaya Betawi. Sehebat apa pun orang Betawi ingin dipertahankan sekaligus melestarikan memerlukan kebijaksanaan yang arif. Satu sisi ada keinginan masyarakatnya memang budaya Betawi jangan sampai punah. Di sisi lain, Betawi dihadapkan pada serbuan budaya luar masuk deras.
Hal yang remeh-temeh tapi dalam benak seorang pelukis Yaqub Elka, hal itu sudah lama dia bersikap tegas. Ia harus merekam setiap dinamika budaya Betawi ke dalam ciptaan seni rupanya. Ratusan karya sketsa dan juga lukisan sudah tercipta dari hasil pemikirannya. Saat ini mungkin Yaqub Elka dan Sarnadi Adam yang konsisten berkarya mengangkat budaya Betawi dalam sketsa dan lukisan.
Walaupun keduanya getol melukiskan budaya Betawi, tapi Yaqub Elka lebih tertarik mengoreskan penanya membuat sketsa. Dia menggambarkan budaya Betawi secara spesifik dan sangat detail. Hal sekecil apa pun, tetap dia tuangkan ke dalam karya sketsanya, walaupun banyak datang kritikan.
Karya sketsa Yaqub banyak yang belum layak dikategorikan karya jadi, sebab figur-figur yang ditampilkan sangat kekanak-kanakan. Artinya sosok-sosok seperti wajah dan simbol Betawi belum total ditampilkan. Dalam berekspresi memang tak mungkin dimunculkan sekaligus, walaupun bisa, tapi itulah gaya naifnya Yaqub Elka.
Gambar yang digoreskan dengan pena itu adalah kekuatan sekaligus ciri khas yang tak dimiliki pelukis sketsa lainnya. Kekuatan garis sketsa Yaqub tersirat dalam simpulan budaya Betawi yang di dalamnya terangkum dari berbagai etnis. Dari segi bahasa Betawi punya dialek khas, begitu pula musiknya sangat beragam.
Gambang kromong dan lenong berasal dari Tiongha, rebana dari Arab, orkes samrah berakar Melayu. Selanjutnya budaya Portugis-Arab masuk dalam musik keroncong dan tanjidor konon berasal dari Belanda. Betawi juga punya bentuk seni pertunjukan seperti wayang topeng Betawi.
Betawi juga punya tempat hunian tradisonal berjuluk rumah kebaya, senjata golok dan juga kuliner yang unik. Semua bentuk budaya tradisi Betawi ini sudah masuk ke dalam radar imajinasi seniman Yaqub Elka. Karya lukisan sketsa memang memerlukan sedikit literasi karena ia suka menumpuk objeknya dalam satu tatapan.
Begitu pula ketika dia menggambarkan kehidupan, tak gamblang memunculkan figur nan realitas tetapi cukup dengan simbol. Dalam bersketsa segi kreatif selalu menjadi kesulitan tersendiri. Buat seniman yang otodidak seperti Yaqub sudah punya taktik jitu tentang hal itu.
Beberapa garis sengaja ia tegaskan tapi sebagian lagi ia samarkan, itulah kejernihan Yaqub melihat objek yang dilukisnya. Melihat sebahagian sketsa budaya Betawi yang dibuat Yaqub sudah bisa menyiratkan kegalauan itu. Rasa khawatir dan juga resah terhadap banyak orang Betawi sendiri sudah pesimis.
Keyakinan seniman lukis Betawi ini begitu konsisten, di tengah hiruk-pikuk Jakarta masih bisa berbuat sesuatu. Sikap untuk terus melestarikan begitu kental dalam benak Yaqub, suatu saat jejaknya ini akan dilanjutkan orang lain. Sebagai seniman lukis yang memang lahir dan besar di Jakarta berkewajiban untuk misi itu.
Langkah yang ditempuh Yaqub terbilang terjal, sketsa tidak banyak peminatnya di bandingkan lukisan. Sesekali dia juga menuangkan idenya lewat lukisan pastel dan cat minyak, tetapi tetap koridornya Betawi. Itulah kebulatan tekad yang awet dan tak pernah mengendur hingga saat ini.
Pria yang bertubuh gempal ini meyakini langkah yang dipilihnya tetap saja terus terlampaui hingga kapan pun. Yang pasti sejak ia berprofesi sebagai pelukis rezeki terus saja mengalir, dia pun bersyukur untuk itu. Berkat kegigihannya ia sudah beberapa kali ikut pameran di galeri nasional dan juga internasional.