Solusi Atasi Kemacetan Arus Lalu Lintas

Pelebaran dan Jalan Layang Diperlukan

pelebaran-dan-jalan-layang-diperlukan

Kabanjahe, (Analisa). Pelebaran jalan nasional dan pem­bangunan jalan la­yang di dua lokasi jurusan Me­dan-Berastagi lebih logika di­perjuangkan daripada dituntut pembangunan jalan tol.

Program pembangunan ja­lan tol atau bebas hambatan harus dipikirkan, berapa desa yang harus ditinggalkan dari jalan nasional perlu diper­timbang­kan dari sektor eko­nominya.

Termasuk lokasi mata air untuk masya­rakat Kota Me­dan didistri­bu­sikan PDAM Tir­tatandi berada di ra­dius ju­rusan Desa Sembahe sampai pintu gerbang Cagar Alam Si­bolangit berjarak 3 km.

Belum termasuk di wilayah itu lokasi alam penuh curam dan rawan long­sor, paling ide­al pembangunan jalan layang, jelas Kadis PUPR Karo, Paten Purba di ruang kerjanya saat di­wawancarai Analisa, Rabu (8/5) pe­rihal wacana pemba­ngunan jalan tol jurusan Me­dan-Berastagi yang terus-me­nerus dituntut masyarakat se­bagai salah satu solusi menga­tasi kemacetan yang terus terjadi akhir-akhir ini.

 Dua lokasi pembangunan jalan layang paling strategis dibangun me­ngatasi kema­cetan jurusan Medan-Be­ras­­tagi. Pertama dari jembatan Sem­bahe ke pintu gerbang Ca­gar Alam, Sibolangit. Kedua, dari lokasi wisata wisata “ba­kar jagung” batas Karo (km 53.1) dengan wilayah Kabu­paten Deli­serdang ke lapangan Pramuka, Sibo­la­ngit, km 47 atau sepanjang 6 km (panjang menurut ruas jalan saat ini).

“Di luar dari jalan layang ini, lebih strategis dipro­gramkan dengan pele­bar­an jalan. Kalau hal ini pasti pem­bangunan ekonomi ma­syarakat luas tidak akan ter­ganggu dan kelancaran ber­la­lu-lintas pun dipastikan lancar dan lebih nyaman. Arus wi­satawan ke Karo dipasti­kan akan membuka sua­sana baru dan menambah objek wisata alam seperti “Kelok Sembi­lan Suma­tera Barat,” tutur Kadis.

Pantauan, akhir-akhir ini se­makin se­ring terjadi kema­cetan ber­jam-jam hampir tiap hari. Bukan hanya faktor ben­cana alam seperti kayu tum­bang dan longsor. Tapi faktor truk rusak atau tabrakan men­jadi faktor utama kemacetan terjadi.

Peristiwa ini kerap terjadi mulai km 35 Desa Sembahe sampai km 38 memasuki Desa Sibolangit. Mulai km 48 Desa Bandarbaru sampai 53,1 batas wi­layah Deli Serdang-Kabu­paten Karo. Km 55 Desa Do­ulu sampai km 57 Tahura Bu­kit Barisan. Lokasi ini pa­ling rawan dan selalu terjadi ke­ma­cetan, akibat bencana alam atau pun disebabkan karena truk atau bus pa­riwisata rusak atau gangguan lainnya, seperti tabrakan. (alex)

()

Baca Juga

Rekomendasi