
Medan, (Analisa). Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi kekayaan alam yang luar biasa. Tidak hanya di sektor pertanian, bahkan sektor perikanan Sumatera Utara memiliki potensi besar untuk dikelola dengan baik.
Hal itu diungkapkan Pakar Perikanan dan Kelautan Prof Ir Moch Sudjana PhD, pada buka puasa bersama Dewan Riset Daerah (DRD) Sumatera Utara di Garuda Plaza Hotel, Selasa (14/5), sekaligus penandatanganan kerja sama dengan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) di bidang penelitian, pengabdian masyarakat dan inovasi khususnya di bidang sosial keagamaan dan kemasyarakatan, untuk mendukung religius Sumut Bermartabat yang ditandangani Ketua DRD Sumut Prof Dr Ir Harmein Nasution MSIE dan Rektor UINSU Prof Dr H Saidurrahman MAg.
Hadir pada kesempatan itu Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara Ir H Irman MSi, Sekretaris H Makrum Rambe SE MM, Ketua DRD Sumut Prof Dr Ir Harmein Nasution MSIE, Sekretaris Dr Azizul Kholis SE MSi CMA CSP, Wakil Ketua Ir H Tohar Suhartono IP MT serta anggota DRD Johannes Tarigan MEng, Dr H Surya Perdana SH MHum, Prof Dr Ir Basyaruddin MS, Prof Dr Dra Ida Yustina MSi, Dr Ir Zahari Zein MSc, Wahyu Ario Pratomo SE MSc, dr Delyuzar.
Menurut Prof Sudjana yang juga tim peneliti bidang mikrobiologi ini, kekayaan perikanan Provinsi Sumatera Utara diketahui setelah dia melakukan penelitian. Dari hasil risetnya kapasitas perikanan yang ada sudah memenuhi kebutuhan masyarakat.
Meski potensinya besar, namun kata Sudjana, pengelolaan ikan belum maksimal dan sangat susah mendapatkan ikan segar dari nelayan.
Padahal, Sumatera Utara yakni kawasan laut Belawan dan Sibolga menjadi perhatian utama Kementerian Kelautan dan Perikanan.
“Mungkin kurang penyuluhan dan perhatian pemerintah membuat nelayan nakal menggunakan formalin. Saya sangat susah mencari ikan yang segar. Yang ada sudah berbau formalin. Saya menyayangkan sekali sumber daya alam yang kaya tapi tidak ada pemanfataan yang baik. Saya melihat potensinya hampir sama dengan Makassar, tapi disana mudah mendapatkan ikan segar,” jelasnya seraya menambahkan sementara ikan segar Sumatera Utara diekspor ke luar negeri.
Selain itu jarak tempuh dibawa dari Sibolga atau Tanjungbalai menuju Medan menjadi kekhawatiran nelayan terjadi pembusukan sehingga dilakukan pembekuan terhadap ikan.
“Padahal menurut WHO, ikan yang dibekukan tidak ada kandungan gizinya lagi. Selama ini ikan demikian yang kita konsumsi,” katanya lagi.
Prof Sudjana mengajak semua pihak khususnya Dewan Riset Daerah Sumatera Utara untuk bersama melakukan riset terhadap potensi sumber daya alam dan menjadikan provinsi ini menjadi sentra ketergantungan daerah lain bahkan luar negeri karena kekayaan alamnya yang bisa diandalkan serta dimanfaatkan.
“Riset itu tidak membutuhkan alat yang tinggi, tapi sangat memerlukan ilmu yang tinggi. Amerika maju karena riset. Ketika riset ada temuan, maka dibangun teknologi dan selanjutnya sistem. Maka sistem dan teknologi harus berdampingan. Jika tidak dibarengi, maka teknologi akan hancur,” tegasnya sembari mengatakan suatu negara terus berkembang dan maju karena mengedepankan riset.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pemprovsu Ir H Irman MSi berharap temuan Prof Sudjana menjadi perhatian untuk mengelola dengan baik potensi sektor perikanan yang ada di provinsi ini.
Irman mengatakan akan mengoptimalkan peranan Balitbang Provsu yang didukung DRD Sumatera Utara melakukan kajian atau penelitian yang berbasis kepada ekonomi masyarakat seperti sektor agraris, perikanan, perkebunan dan UMKM dalam rangka mendukung Sumatera Utara bermartabat. (rel/sug)