
ANTARTIKA merupakan benua yang meliputi Kutub Selatan Bumi, hampir seluruhnya terletak di Lingkar Antartika dan dikelilingi Samudra Pasifik, Samudra Atlantik dan Samudra Hindia. Dengan luas 14.0 juta km2 (5.4 juta sq mi), antartika adalah benua terluas kelima setelah Eurasia, Afrika, Amerika Utara, dan Amerika Selatan.
Sebagai perbandingan, Antartika hampir dua kali seluas Australia. Sekitar 98% dari Antartika ditutupi es yang rata-rata ketebalan minimal 1,9 km, seluruh daratan meluas tetapi di bagian utara mencapai Semenanjung Antartika.
Kini, seperempat luas lapisan es di Antartika Barat saat ini sedang tidak stabil. Hal ini diketahui berdasarkan suatu penelitian terbaru yang mempelajari data satelit selama 25 tahun,
Beberapa gletser terbesarnya mengalami penipisan lebih 120 meter. Selain itu, es juga mencair lima kali lebih cepat dibanding tahun 1990-an.
Saat iklim menghangat, kenaikan permukaan laut menjadi salah satu ancaman paling signifikan yang dihadapi umat manusia. Hilangnya lapisan es di Antartika Barat saja dapat meningkatkan permukaan air laut hingga lima meter.
“Kita bisa melihat dengan jelas sekarang bahwa gelombang penipisan telah menyebar dengan cepat di beberapa gletser Antartika yang paling rentan,” ujar Andy Shepherd, pemimpin penelitian dari University of Leeds.
“Secara bersamaan, kehilangan es di Antartika Barat dan Timur sudah menyumbang kenaikan laut global sebanyak 4,6 milimeter sejak 1992,” tambahnya.
Para ilmuwan mendeskripsikan sebuah wilayah dengan kata ‘tidak stabil’ ketika es mencair dengan kecepatan yang lebih tinggi dibanding saat mereka terisi kembali dengan salju.
Para ilmuwan dari UK Centre for Polar Observation and Modelling menggunakan data satelit dari European Space Agency untuk melacak perubahan salju dan lapisan es di seluruh benua. Mereka membuat lebih 800 juta pengukuran secara menyeluruh.
Studi yang lebih detail memungkinkan mereka mengetahui perubahan mana yang disebabkan pola cuaca dan mana yang dari perubahan iklim jangka panjang.
Fluktuasi salju yang turun menciptakan ketidakseimbangan gletser yang telah bertahan selama beberapa dekade.
Profesor Shepherd mengatakan: “Mengetahui berapa banyak salju yang berkurang benar-benar membantu kami mendeteksi perubahan mendasar pada gletser es di dalam catatan satelit.”
Menurut perkiraan peneliti, dampak kenaikan permukaan laut akan membahayakan ratusan juta orang pada akhir abad ini.
Dr Marcus Engdahl, wakil pemimpin penelitian dari European Space Agency mengatakan, studi ini menunjukkan betapa pentingnya misi satelit dalam membantu mereka memahami bagaimana planet berubah.
“Wilayah kutub adalah lingkungan ekstrem yang susah diakses dari daratan. Oleh karena itu, citra dari luar angkasa merupakan hal penting dalam melacak efek perubahan iklim,” terangnya. (ngi/independent/cnn/wsfa.c/es)