Haluwa, Makanan Khas Melayu Sajian Idulfitri

haluwa-makanan-khas-melayu-sajian-idulfitri

Oleh: Amirul Khair

Meski Idufitri 1440 Hijriah ma­sih menyisakan separuh dari bu­lan Ramadan, umat Islam khu­sus­nya kalangan “Emak-emak” sudah mu­lai tampak sibuk melakukan per­siapan menyambut datangnya le­baran Idulfitri. Sudah menjadi tra­disi umat Islam di Indonesia me­nyam­but lebaran Idulfitri dengan ber­bagai kemeriahan termasuk ma­kanan kuliner lezat untuk disajikan pada hari lebaran.

Aktivitas kesibukan itu terekam salah satunya di kediaman Erna­wati, di Desa Durian, Kecamatan Pan­tailabu, Kabupaten Deliser­dang. Ditemani ibunya Nuriah dan adiknya Bariah, ketiganya tampak sedang asyik di bawah sebuah pon­dok beratapkan nipah tanpa din­ding sedang meramu makanan khas melayu yang mereka sebut dengan haluwa atau manisan.

Haluwa menjadi istilah bagi orang melayu untuk menyebut ma­nisan yang sebenarnya berasal dari bahasa Arab yakni, Hulwun (manis) atau Halawah (manisan).

Menurut Ernawati, Haluwa me­rupakan jenis makanan khas orang Melayu yang selalu menjadi sajian pada lebaran Idulfitri. Selain se­ma­kin sedikit orang melayu yang pa­ham cara membuatnya, makanan khas ini jarang sekali ditemukan ke­cuali bila ada hajatan seperti, le­baran Idulfitri atau pesta perka­winan.

Untuk jenis haluwa yang sering dia buat lebih dominan dari jenis buah-buahan mes­ki bisa pula dibuat dari jenis sayuran atau pun dedaunan. Untuk Idulfitri tahun ini ia lebih fokus membuat haluwa dari tiga jenis buah-buahan aneka rasa asalnya yakni, buah pe­paya mentah (rasa ke­lat), buah pala (pahit dan pedar) dan buah asam ge­lugur (rasa asam).

Alasan memilih tiga jenis buah ini selain ba­han­­nya mudah didapat ju­ga proses pem­bua­tan­nya hampir sama sehingga tidak berbelit-belit mau­pun memakan waktu yang hanya tinggal beberapa ha­ri untuk bisa meng­ha­silkan kualitas haluwa ber­cita rasa agar bisa disa­jikan pada lebaran Idul­fitri nanti.

Proses pembuatan

Secara ringkas Erna­wati juga me­nguraikan proses pem­buatan haluwa dari tiga jenis buah-buahan yang sedang diramunya.

Untuk haluwa jenis pepaya, pro­ses pembuatannya diawali de­ngan merendam menggunakan air garam sekira 10-15 menit yang ber­fungsi melenturkan sehingga bisa diben­tuk sesuai keinginan setelah diku­pas kulitnya.

Usai dibentuk sesuai keinginan, pe­paya tersebut direndam meng­gu­nakan air kapur sirih sekira satu jam dan selanjutnya dicelur meng­gu­nakan air mendidik 10-15 menit. La­lu diangkat dan dikeringkan dan setelah dingin dimasukkan gula pa­sir secukupnya secara merata. Se­telah sepekan proses penggu­laan, ha­luwa tersebut sudah bisa dinikmati.

Adapun proses pembuatan Ha­luwa Asam Gelugur, usai diku­pas kulitnya sembari dibentuk sesuai dengan keinginan, asam gelugur tersebut direndam selama 3 hari dilanjutkan dengan perendaman sehari menggunakan air biasa.

Setelah proses perendaman ma­sih dilanjutkan menggunakan air ka­pur sekira satu jam dan setelah itu kembali direndam meng­gu­na­kan air biasa. Usai dicelur sekira 15 menit sampai terasa lembut meng­gunakan air buah kelapa, pro­ses penggulaan dilakukan sembari menunggu sekira 10 hari sampai menghasilkan cita rasa haluwa asam gelugur yang awalnya terasa asam menjadi manis.

Sementara proses untuk haluwa buah Pala juga tidak jauh beda de­ngan proses pembuatan haluwa asam gelugur dan buah papaya. Un­tuk proses pembuatan haluwa buah pala, langkah awal merendam buah pala selama satu hari meng­gu­nakan air garam dan selanjutnya dilakukan proses pengupasan kulit sembari membentuk sesuai ke­inginan.

Setela dikupas dan bijinya di­buang terlebih dulu, selanjutnya direndam menggunakan air biasa dan langsung dicelur serta di­ke­ringkan. Selanjutnya ditaburi gula da­lam wadah secukupnya sesuai takaran, dan dalam kurun waktu se­kira 10 hari haluwa pala yang awal­nya terasa pahit dan pedar ber­u­bah rasa menjadi manis di lidah.

Terima pesanan

Selain membuat haluwa untuk makanan yang bakal disajikan un­tuk kerabat dan tetangga yang datang bersilaturahmi pada lebaran Idulfitri nanti, Ernawati mengaku menerima pesanan dari pihak lain. Na­mun ia membatasi jumlah pesa­nan itu karena proses membuatnya dikhawatirkan tidak terpenuhi sesui pesanan.

“Biasanya banyak yang pesan haluwa jelang seminggu lagi Idul­fitri sehingga tidak mungkin bi­sa dikerjakan secara maksimal. Dan bila terlalu banyak diterima, juga takut mengecewakan konsumen,” terangnya.

Karena tidak untuk industri, pe­mesanan jenis haluwa yang diha­sil­kan juga tidak mematok harga. Namun untuk tiga jenis halu­wa ter­sebut ia sering membanderol harga Rp 70 ribu per kilogram untuk jenis asam gelugur dan pepaya. Dan untuk haluwa dari buah pala diban­derol dengan harga Rp80 ribu per kilogramnya.

Adapun bila konsumen hanya membeli sebelum dilakukan peng­gulaan, harganya bisa separuh dari harga siap saji. Namun proses peng­gulaannya dilakukan sendiri kon­su­men termasuk membiayai dana pembelian gula tersebut.

“Sebenarnya, bila bisnis ini dite­kuni, untungnya cukup menjan­ji­kan. Tapi kerjanya cukup rumit dan me­makan waktu,” ungkap Erna­wati.

()

Baca Juga

Rekomendasi