WACANA pemakzulan terhadap Trump selalu dilontarkan kubu Demokrat terkait tindakan sang presiden itu sendiri yang dinilai melenceng. Belum lama ini kubu Demokrat mewacanakan pemakzulan Trump terkait laporan campur tangan Rusia selama pemilu presiden 2016 lalu.
Kini wacana pemakzulan Trump kembali mencuat. Kali ini kubu Republik sendiri yang menyerukan pemakzulan itu. Adalah seorang anggota Kongres Amerika Serikat (AS), Justin Amash, menjadi politikus pertama Partai Republik yang menyerukan pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump.
Keberanian Amash ini harus dibayar mahal. Pasalnya dia menghadapi kemarahan dari partainya sendiri. Keberanian itu bukan tanpa alasan. Amash meyakini Presiden Trump telah melakukan "tindakan yang berpotensi dimakzulkan."
Anggota Kongres yang mewakili daerah Michigan itu juga menuduh Jaksa Agung AS, William Barr, "sengaja" menyesatkan publik atas rangkuman hasil penyelidikan jaksa khusus Robert Mueller terkait campur tangan Rusia dalam pemilu 2016.
Dalam rangkumannya, Barr menyimpulkan bahwa penyelidikan Mueller tidak cukup membuktikan Trump berkolusi dengan Rusia dalam pemilu lalu.
Sementara itu, menurut Ammash "beberapa anggota Kongres yang membaca laporan Mueller" bahkan mengidentifikasi "beberapa contoh perilaku Trump yang mencerminkan upaya menghalangi proses hukum."
"Tidak diragukan lagi siapa pun yang bukan Presiden AS akan didakwa berdasarkan bukti seperti (dalam laporan Mueller) itu," jelas Amash melalui Twitter, Senin (20/5).
"Bertolak belakang dengan penggambaran Barr, laporan Mueller mengungkapkan bahwa Presiden Trump terlibat dalam tindakan spesifik dan pola perilaku yang memenuhi syarat untuk dimakzulkan," lanjutnya.
Komentar Amash itu bahkan dinilai sangat keras, melebihi sejumlah petinggi Partai Demokrat di Kongres yang telah mendorong wacana pemakzulan Trump selama ini.
Sesama anggota Kongres dari Michigan, politikus Demokrat Rashida Tlaib, mendesak Amash untuk mendukung resolusi pemakzulan Trump yang digagasnya.
Hasil penyelidikan Mueller memang menjadi sorotan besar di AS. Dalam penyelidikannya, Mueller sudah mewawancarai sejumlah pejabat penting, baik dari tim kampanye Trump maupun Rusia.
Beberapa mantan orang kepercayaan Trump sendiri sudah mengaku bersalah atas sejumlah tuduhan berkaitan dengan Rusia.
Namun, Barr menyatakan bahwa investigasi Mueller tidak menemukan bukti Trump berkolusi dengan Rusia. Barr juga menganggap Mueller belum memiliki cukup bukti atas tuduhan Trump berupaya mengganggu proses penyelidikan.
Dengan kesimpulan Barr, Trump mengklaim dirinya terbebas sepenuhnya dari tuduhan Mueller. Meski begitu, Mueller menegaskan bahwa walau belum cukup bukti, bukan berarti Trump terbebas dari segala kecurigaan. (cnn/guardian/nytc/es)