Letusan Gunung Kilauea, Hawaii Semburkan Permata

letusan-gunung-kilauea-hawaii-semburkan-permata

SUNGGUH suatu peristiwa fenomenal bahkan bisa dikatakan termasuk langka dibalik letusan gunung berapi Kilauea di Hawaii baru-baru ini. Letusan gunung yang terjadi di pulau terbesar di Hawaii tersebut, “membuat” batu-batu permata yang sangat cantik dan juga terjadi sem­buran api-api dari dalam tanah berwarna biru yang sangat langka.

Batu-batu kristal yang indah itu ke­luar dari kawah dengan cara ter­lon­tar bersama material-material lain seperti kerikil dan abu dalam letusan gunung Kilauea di Hawaii tersebut. Batu Olivine tersebar di wilayah gu­nung Kilauea seakan jatuh dari langit. Penduduk lokal juga menunjukkan di media so­sial setelah menemukan batu-batu permata yang diketahui bernama Olivine (Olivin) di antara lava dan abu yang ada di tanah.

Ahli meteorologi Erin Jordan me­nga­takan pada media bahwa teman­nya ada yang tinggal di Hawaii, tepat berada di daerah aliran lava baru-baru ini. Di tengah kerusakan yang terjadi dan stres akan hal yang tak diketahui, mereka kaget dengan pe­nemuan spektakuler, pecahan-pe­cahan batu permata olivine di seluruh tanah di sekitarnya.

Secara harfiah ini seperti “hujan batu permata”, alam memang sangat luar biasa, jelas Ahli meteorologi, Erin Jordan. Sementara itu ada se­orang netter yang menulis di Twitter: “Gunung berapi Hawaii memuntah­kan area sekitarnya dengan batu permata.”

Mengapa batu permata Olivi­ne bisa terbentuk?

Seorang geologis dari Universitas Hawaii-Hilo, Cheryl Gansecki, yang mempelajari komposisi lava gunung Kilauea mengatakan bahwa ada dua alasan penyebab batu permata tersebut bisa mudah ditemukan saat erupsi terjadi, yaitu:

1. Lava yang dimuntahkan saat ini sangat kaya akan kristal, dan sangat mungkin penduduk sekitar menemukan kristal olivine tersebut.

2. Olivine juga bisa terbawa di da­lam lava yang cepat mengeras dan mungkin menghujani area setempat atau terbawa lava yang lunak.

Jika Anda dilihat lebih dekat, orang dapat melihat permata kecil yang sama tertanam di bebatuan dan aspal di seluruh Hawaii. Seiring wak­tu, batu-batu itu bahkan bisa terkikis men­jadi pasir halus, menyiptakan pan­tai hijau yang menakjubkan se­perti Pantai Mahana di pantai Pa­pakolea Hawaii.

Erupsi gunung berapi ini sudah di­mulai awal bulan Mei 2018 silam dan sudah merusak ribuan rumah war­ga setempat di Big Island, Ha­waii, dan hingga bulan Juni belum ada tanda akan surutnya aktivitas gu­nung Kilauea tersebut.

Ditemukan

Olivine banyak ditemukan di ba­wah permukaan Bumi, namun ba­nyak yang kemudian lapuk dengan cepat di permukaan Bumi.

Olivine dengan sifat tembus ca­haya kadang-kadang juga digunakan se­bagai batu mulia yang disebut pe­ridot (kata bahasa Pe­rancis untuk oli­vin), juga disebut krisolit (dari kata bahasa Yunani “emas” dan “batu”).

Olivine adalah mineral berwarna hijau dengan komposisi magnesium yang tinggi dan biasa dibuat sebagai peridot. Namun untuk perhiasan, permata olivine dengan warna zaitun gelap adalah yang paling berharga. Pe­ridot sendiri biasa digunakan se­bagai mata dari perhiasan dan dalam beberapa kasus harganya bisa men­capai Rp 6,25 juta per karatnya.

Olivine dinamai berdasarkan war­nanya yang hijau seperti zaitun. Te­tapi untuk dianggap sebagai batu per­mata semi mulia, sebongkah oli­vine tidak hanya harus memiliki war­na yang tepat, tetapi juga ukuran yang tepat, tembus cahaya, dan me­miliki kekerasan yang tinggi.

Olivine dinamai berdasarkan war­nanya yang hijau seperti zaitun (di­anggap sebagai hasil dari bekas n­ikel), meskipun bisa juga berubah men­jadi kemerahan sebagai hasil dari perkaratan besi.

Peduduk mengambil dan mengo­leksi batu Olivine, bahkan mungkin akan dijual di internet.

Tetapi, Polar Nerd meng­ungkap di Twitter bahwa kualitas batu per­mata Olivine dari gunung api Kilauea di Hawaii tersebut sebe­narnya ku­rang baik dan tidak terlalu berharga.

Tetapi mereka para penduduk lo­kal dan turis, tetap akan meng­am­bil dan mengoleksinya sebagai kena­ngan dari sebuah fenomena atau se­bagai cinderamata akan peristiwa lang­ka ini, bahkan beberapa di antara mereka mungkin akan dijual di in­ternet.

Foto-foto permata Kilauea yang di­­poskan ke Twitter juga menun­juk­kan bahwa semuanya berukuran sa­ngat kecil, dan karena itu, mungkin tidak menimbulkan bahaya bagi orang-orang di jalur jatuhnya mereka.

Tapi secara umum, olivine sangat keras, sedikit lebih keras daripada ka­ca. Jadi mungkin hal yang lebih baik adalah orang tidak menemukan batu permata tersebut dengan ukuran yang lebih besar.

Olivine dengan sifat tembus ca­haya kadang-kadang juga digunakan sebagai batu mulia yang disebut peridot (kata bahasa Pe­rancis untuk olivin), juga disebut krisolit (dari ka­ta bahasa Yunani “emas” dan “batu”).

Biru

Erupsi gunung Kuilauea di Hawaii sejak beberapa waktu lalu memun­cul­kan fenomena baru, yaitu keluar­nya api biru dari bawah tanah. Badan Geo­logi AS (USGS) menang­kap re­ka­man yang menunjukkan se­jum­lah retakan akibat erupsi gunung me­ngeluarkan api biru.

Api biru ini mirip air mancur lava yang keluar dari tanah. Ini memun­cul­kan pertanyaan, darimana api biru tersebut berasal?

USGS dalam situs resminya me­nyatakan, ketika lava me­ngubur tana­man dan semak, dihasilkan gas me­tana sebagai produk sampingan dari vegetasi (tanaman) yang terbakar.

Gas metana dapat meresap ke da­lam rongga bawah permukaan dan muncul dari retakan tanah beberapa meter dari lava. Ketika dinyalakan, metana menghasilkan nyala biru.

Api biru di Pulau Besar Hawaii ini mirip air mancur lava yang keluar dari retakan tanah ketika terjadi letusan Gunung Kilauea.

Selain terbakar sebagai nyala biru, metana juga bisa terperangkap di bawah tanah. Jika gas ini dinyalakan saat sudah terkumpul, ia berpotensi menghasilkan ledakan kuat.

Di luar kemungkinan ledakan yang kuat, api biru di Kilauea terlihat familiar bagi mata manusia karena terlepas dari pengaturan dramatis, itu persis dengan serpihan warna biru dari api unggun.

Janine Krippner, ahli vulkanologi menyatakan, “Api biru ini hanya ter­lihat pada malam hari. Ini mem­buat para ahli tidak mengetahui dengan tepat seberapa luasnya dan berapa lama mereka terbakar.

“Ini bukan fenomena umum, satu-satunya tempat lain yang saya tahu adalah Indonesia,”kat anya.

Fenomena api biru di Indonesia yang dimaksud oleh Krippner berada di Gunung Ijen, Banyuwangi.

Di Gunung Ijen, api biru terbentuk oleh gas sulfur yang di­nyalakan oleh vetilasi panas. Di luar wilayah terse­but, api biru juga sempat terdo­ku­mentasikan di gunung api Dallol, Et­hiopia. (icc/berbagai sumber/ar)

()

Baca Juga

Rekomendasi