
Oleh: Rhinto Sustono
LAMA tak menyaksikan pajangan batu akik dalam jumlah banyak, tentu akan memunculkan kerinduan. Memang setelah Pameran dan Kontes Batu Akik Mulia Nusantara Piala Kapoldasu di Plaza Medan Fair akhir November 2018, nyaris tak pernah ada lagi kontes besar di Medan.
Beruntung, pada gelaran Bazar Ramadan Expo di Tanjung Morawa beberapa waktu lalu, penulis sempat mampir di salah satu stan yang khusus menggelar dagangan batu akik. Uniknya, akik yang dijual itu semuanya merupakan hasil bumi dari Kalimantan.
Sayangnya, meski sudah dirayu, tak satu pun pramuniaga di stan tersebut yang bersedia menyebut identitasnya. Tak juga mereka mau memberitahukan nama majikannya. Kendati begitu, salah seorang pramuniaga berjilbab yang murah senyum di tempat itu bersedia diajak berbincang.
“Semuanya batu akik asal Kalimantan, Bang,” terangnya disertai senyum. Ia lalu mempersilakan penulis melihat-lihat ratusan butir akik berbagai jenis dan warna yang dipajang menggunakan wadah piring putih.
Ragam varian batu kecubung pun ia tunjukkan. “Yang ini dari Kalimantan Barat,” katanya sambil menunjukkan butiran akik kecubung berbagai varian. Harganya juga bervariasi.
“Apa yang membuat harganya berbeda-beda?” tanya penulis. “Banyak sebabnya, Bang. Variasi harga bisa ditentukan jenisnya, warna, kualitas, bentuk, ukuran, sampai kekilapannya,” jawabnya piawai.
Perempuan yang kulitnya terlihat terang saat ditingkahi cahaya ruangan stan itu, juga menyebut aspek transparansi, goresan, kekerasan, hingga pecahan batunya turut menjadi pertimbangan mahal-tidaknya harga akik. “Pun untuk jenis kecubung kualitas super warnanya harus cukup. Kecukupan sangat menentukan kualitas batu,” imbuhnya.
Memang, untuk jenis kecubung juga ada spektrum warna yang harus terpenuhi. Apabila kecubung ungu, warna yang lebih tua juga tidak baik. Warna paling baik itu ungu kebiruan. “Tapi tidak yang seperti ini ya,” jelasnya sambil menunjukkan secawan berisi belasan akik yang birunya bentol-bentol. Kalau yang biru bentol, harganya lebih murah.
Dari banyak literasi, sejatinya hampir semuanya daerah di Kalimantan memiliki potensi akik kecubung, kecuali Pontianak. Khusus batu mulai yang ada di perut bumi Kalimantan Barat lebih bervariasi, mulai dari kualitas terbaik sampai yang rendah. Misalnya jenis diamond, amethyest, citrine, rose quartz, corundum, chalcedony, pyritic jasper, milky quartz, quartz crystal, tourmaline, hematite, kuarsit, granit, sampai jenis serpentinit pun ada.
Ada sejumlah kecubung bensin, teh, dan cincau yang warnanya mendekati hitam turut dijual di stan tersebut. Bahkan pada seutas gelang, ada perpaduan ragam jenis tersebut dijadikan satu. Meskipun bundaran batunya hanya berdiameter kecil, namun harganya cukup lumayan, antara Rp150 ribu sampai Rp300-an ribu.
Hanya gelang dari jenis kecubung hitam yang harganya di bawah. Katanya jenis itu jarang diminati. Tapi kalau untuk perhiasan gelang, tak kalah menawan saat dikenakan.
Selain keempat jenis kecubung itu, di setiap wadah juga dipajang jenis kecubung lainnya yang berbeda-beda. Ada kecubung ungu dan kecubung ungu muda. Keindahan warna ungu muda pada kecubung menjadi kekhasan batu asal Kalimantan. Jenis kecubung lainnya, yakni kecubung kopi, kecubung otak udang, dan lainnya. Di deretan wadah lainnya ada pula jenis pancawarna, badarbesi belang macan, biduri hijau, blue safire, yakut kuning afrika, barjat india borneo, topas biru, mata kucing biru, mustika kelabang, dan jenis lainnya.
Jenis batu akik cats eye (mata kucing) dipajang tersendiri. Akik yang masuk kategori peringkat ketiga dalam hal kekerasan, setelah zamrud serta berlian ini, termasuk paling diminati pencinta akik.
Tak jauh beda dengan jenis panca warna khas Kalimantan yang menjadi salah satu potensi kekayaan nusantara. Konon selain menawan dikenakan, sejak zaman dulu batu panca warna populer sebagai batu yang dipakai untuk media penyembuhan penyakit.
Apa pun itu, yang pasti meskipun pasar akik tidak lagi semeriah tiga atau empat tahun lalu, namun siapa pun masih akan tetap tertarik jika melihat pajangan ratusan bahkan ribuan butir batu akik. Apalagi akik asal Kalimantan, yang kerap akan terkesan menawan jika dikenakan sebagai perhiasan. Baik untuk laki-laki, maupun dipakai perempuan.