
Oleh: Dwi Utami Amalia.
Di Desa Helvetia, Candra memiliki dua orang teman bernama Nino dan Taufan. Rumah mereka berdekatan. Setiap sore Taufan selalu menjemput Candra dan Nino untuk bermain bersama.
“Candra…Ayo kita main bola.” kata Taufan.
“Ayo.”
“Kita jemput Nino juga ya biar ramai.” kata Taufan.
Setelah mereka bertiga telah berkumpul, mereka bermain bola dengan asyiknya melawan anak kampung sebelah. Walaupun Candra, Nino, dan Taufan kalah mereka tidak marah karena itu hanyalah permainan. Langit sudah mulai gelap mereka bergegas pulang ke rumah masing-masing dan melaksanakan salat Magrib.
“Bu, besok kita puasa ya?” tanya Candra begitu sampai rumah.
“Iya, besok kita sudah puasa. Kamu puasanya tidak boleh bolong-bolong lagi, nanti Ibu tambah uang THR-nya.” kata Ibu.
“Asyik.”
“Nanti malam kamu salat tarawih ya, ajak Nino dan Taufan juga biar ada temannya.”
“Baik Bu, nanti malam Candra ajak mereka,” kata Candra.
Malam pun tiba, sekitar jam setengah delapan Candra menjemput Nino dan Taufan untuk salat Isya dan tarawih di masjid.
“Nino…”
“Ada apa Can?” tanya Nino.
“Yuk kita tarawihan di masjid.” kata Candra.
“Oke, Aku ganti baju dulu ya. Kamu jemput Taufan aja nanti aku nyusul,” kata Nino.
Candra pun pergi ke rumah Taufan yang tidak jauh dari rumah Nino.
“Taufan…Yuk salat tarawih ke mesjid.”
“ Baik, aku uda siap. Yuk kita pergi, Nino juga sudah datang.” kata Tufan
Mereka bertiga pun pergi ke masjid tidak jauh dari rumah mereka. Ternyata di sana juga ada anak kampung sebelah yang salat di masjid, ketika salat telah dimulai Candra, Nino dan Taufan mengikuti imam dan tidak main-main di dalam mesjid. Tetapi anak kampung sebelah malah bermain petasan ketika orang sedang salat tarawih.
“Can kita main petasan aja yuk, aku sudah bosan lama sekali sholatnya.” kata Nino.
“Jangan, nanti kita dimarahi kalau ketahuan orangtua kita.” kata Candra.
“Lagian kita juga tidak membawa uang buat beli petasan,” sahut Taufan.
“Kalau tidak besok kita bawa saja petasan dari rumah biar kita main bareng sama anak kampung sebelah.” kata Nino.
“Betul juga, orangtua kitakan di rumah. Mereka tidak tahu.” kata Taufan.
“Sudah lah. Kita lanjut salat dulu,” kata Candra.
Ketika sudah selesai salat tarawih, mereka pulang bersama. Di perjalanan Nino dan Taufan membujuk Candra agar mau ikut bermain petasan. Awalnya Candra tidak setuju, lama-kelamaan Candra akhirnya mau bermain petasan.
Di siang hari karena lapar dan haus, Candra memilih untuk tidur siang sampai hampir dekat dengan jam berbuka puasa.
“Candra bangun, sepuluh menit lagi sudah mau berbuka.” kata Ibu.
“Iya Bu,” kata Candra sambil mengucek matanya.
Waktu berbuka pun tiba, Candra sangat senang sekali. Ketika memasuki jam setengah delapan Taufan menjemput Candra untuk salat tarawih.
“Candra…”
“Yuk kita salat,” kata Taufan.
“Jangan main petasan ya Nak, nanti terkena tangan bisa luka.” sahut Ibu Candra.
“Baik, Bu.” jawab Candra dan Taufan.
Mereka pun pergi ke masjid bersama, kebetulan Nino sudah pergi terlebih dahulu untuk beli petasan. Ketika Candra dan Taufan sampai di masjid, tidak lama kemudian Nino juga sampai dengan memebawa petasan yang telah dibelinya.
“Banyak sekali kamu beli petasannya?” tanya Candra.
“Ini buat kita bertiga,” kata Nino.
“Aku lihat aja lah, tidak mau main,” kata Candra.
Ketika orang-orang sedang melaksanakan salat tarawih, Candra bersama temannya bermain petasan bersama anak kampung sebelah. Awalnya Candra hanya melihat saja, karena sepertinya asyik, Candra pun ikut bermain dengan gembira. Tenyata ketika melempar petasan, Candra kurang cepat melemparnya dan petasan tersebut meledak di tangannya. Tangan Candra pun bengkatk. Teman-temannya langsung mengantarnya ke rumah.
“Bu, maafkan kami. Ini semua salah kami, kami yang bujuk Candra buat main petasan.” kata Taufan.
“Yasudah, kalau kejadian seperti ini kalian baru dengar apa kata Ibu.”
“Maaf Bu, Candra tidak mendengar nasihat Ibu.” kata Candra sambil menangis kesakitan.
Ibu Candra pun mengobati luka di tangan Candra dengan perlahan dan juga menasihati Candra agar mendengarkan nasihat orangtuanya. Setelah kejadian itu Candra berubah, Candra selalu mendengarkan nasihat orangtuanya dan mengurangi jadwal bermain dengan temannya serta memilih membantu orangtuanya daripada bermain.***