Waka Kadin Bidang Perbankan Hendra Arbie

Blockchain Awalnya Bikin Cemas Bank

blockchain-awalnya-bikin-cemas-bank
Medan, (Analisa). Pada awal kemunculannya, blockchain ditakuti perbankan dan instansi keuangan lainnya. Institusi keuangan melihat block­chain menjadikan fungsi intermediasi tidak ada lagi. Kini, lebih dipertimbangkan se­bagai kawan daripada lawan. Perbankan mu­lai melirik blockchain sebagai ‘kawan’ dalam bisnis keuangan.

“Anda harus menganggap perkembangan teknologi blockchain dengan serius seperti Anda melihat perkembangan internet di awal  1990?” Demikian Wakil Ketua Kadin Bidang PerbankanHendra Arbie, mengutip Blythe Masters (investment banker), kemarin.

Apakah itu blockchain? Apakah yang membedakan nya dengan cryptocurrency? Dijelaskan, blockchain adalah sistem pen­catatan transaksi di banyak database yang tersebar luas di banyak komputer, yang ma­­sing-masing memuat catatan yang iden­tikal. Sistem ini disebut juga dengan istilah distributed ledger.

Menurut Hendra, dengan catatan tran­saksi yang ter-desentralisasi ini, maka ham­pir tidak mungkin untuk di-retas/hack atau dirubah secara sepihak, tanpa mengubah jumlah mayo­ritas dari semua database terse­but.

“Sistem transaksi tradisional contohnya ketika kita belanja dengan menggunakan kartu kredit atau pun debit, kita mempercayai ada pihak ketiga yang menjadi ‘gerbang’ atau ‘gateway’, ketika kita menggunakan kartu kredit/debit, di sini telah terjadi transfer uang dari kita kepada merchant/toko. Mengapa merchant/toko percaya bahwa kita transfer ini benar terjadi ? Dikarenakan ada pihak ketiga yang dipercaya oleh kita dan merchant/toko, dalam hal ini pihak ketiga itu adalah bank atau jaringan penerbit kartu kredit,” ujarnya.

Sementara  blockchain lanjutnya, tidak menggunakan pihak ketiga tersebut, ketika kita berbelanja menggunakan cryptocurren­cy, pembayaran yang kita lakukan langsung di transfer dari alamat kita ke alamat merchant secara peer to peer dan transaksi ini akan dicatat di seluruh komputer yang terse­bar di jaringan cryptocurrency.

Cryptocurrency adalah mata uang digital, yang didapat dengan cara menambang (mining), dengan banyak nama yang paling dikenal adalah Bitcoin (BTC), Euthe­reum(ETH), Ripple (XRP), LiteCoin (LTC), Stellar (XLM). “Kalau dianalogikan, Blockchain itu ada operating systems seperti MS Windows dan cryptocurrency adalah ap­likasi yng berjalan di atas OS tersebu,” ungkapnya.

Lima prinsip

Dikatakan Hendra, menurut Harvard Bu­siness Review ada lima prinsip kerja block­chain, pertama database terdistribusi (peng­guna punya akses yang sama ke seluruh data), kedua transmisi peer to peer (transaksi tanpa melalui node perantara), ketiga trans­paransi tanpa pseudonimitas/identitas palsu (tiap pengguna memiliki alamat berisi 30 karakter alfanumerik atau lebih), keempat catatan yang irreversible (transaksi tersusun secara urutan kronologi menggunakan peng­amanan cryptography), kelima logika kom­putasional (transaksi bisa otomatis dilaku­kan ketika kriteria tertentu terpenuhi).

Saat ini IBM Indonesia menggandeng sem­bilan perbankan Indonesia dan OJK agar PoC (proof of concept) ini bisa di uji­coba di regulatory sandbox dan diterap­kan secara masif oleh perusahaan-perusa­haan perbankan yang sudah mapan. Karena blockchain akan menjadi business driver yang menghasilkan pendapatan dan me­mungkinkan perbankan Indonesia menjadi pemimpin di kawasan.

“Menurut survey Delloite, penerimaan atau implementasi blockchain di perusaha­an-perusahaan yang mapan semakin mem­baik. Sebanyak 39 persen responden menya­takan bakal berinvestasi di blockchain minimal 5 dolar AS juta tahun ini. Mereka, ter­utama perusahaan di bidang otomotif, migas, kesehatan, jasa keuangan, TI, media dan telekomunikasi, serta makanan sangat bullish terhadap potensi blockchain. Potensi tersebut, berupa kecepatan yang lebih besar dari sistem existing (32 persen), mencip­takan model bisnis dan sumber pendapatan baru (28 persen) serta efisiensi biaya (16 persen). Dari sisi keamanan, sebanyak 84 persen responden merasa blockchain lebih aman dari sistem TI konvensional,” ujarnya.

Bahkan lanjutnya, menurut pengakuan dirut sebuah bank swasta terbesar nasional, menyatakan pihaknya menggunakan solusi blockchain untuk membantu bank tersebut mempercepat transaksi pembayaran, me­ngu­rangi kompleksitas transaksi terutama di bagian back office, sekaligus menekan biaya operasional.

Bukan hanya untuk dunia perbankan,  me­nurutnya, teknologi blockchain ini bahkan sudah di terapkan di berbagai bidang, termasuk dalam bidang perkebunan, se­hing­ga seorang konsumen di Eropa menge­tahui. Asal lahan dari bagian mana sebotol minyak goreng yang di belinya. Informasi ini di ketahui dengan memindai QR code yang ada di kemasan minyak goreng tersebut.

Beberapa penggunaan/ use case block­chain yang diterapkan pada perusahaan Ro­yal Bank of Canada mengembangkan sistem distributed ledger berbasiskan teknologi blockchain, penerapan sistem ini terbukti mempercepat transaksi pembayaran, me­ngurangi kompleksitas transaksi terutama di bagian back office, sekaligus menekan biaya.

“Walmart menggunakan teknologi block­chain untuk melacak informasi produk da­ging dari petani, tengkulak, distributor untuk mengetahui asal usul sapi untuk mencegah adanya virus atau bakteri dalam daging ter­sebut. Di bidang supply chain/rantai paso­kan sudah digunakan oleh Nestle, Samsung, BHP Biliton. Jangan takut terhadap tekno­logi, pelajari, amati dan pilih yang cocok dengan model bisnis yang disesuaikan de­ngan kebutuhan,” ujarnya. (rel/rrs)

()

Baca Juga

Rekomendasi