
PENGOBATAN gratis yang dilakukan Rotaract Medan Diversity di halaman Panti Jompo Fo Shi An, tak urung juga membuat sibuk Ketua Pembina Yayasan Buddha Pantai Labu, Amat Kusno (Abok) dan anggota pembina yayasan, Samsuddin Zhang. Keduanya terlihat ikut mencek menu makan siang dan jajan pasar untuk konsumsi para dokter dan panitia. Mereka juga menemui para dokter dan panitia untuk memastikan kegiatan berjalan lancar.
Sejumlah penghuni panti, juga terlihat antusias menyambut acara tersebut. Hari-hari yang biasanya dipenuhi kesunyian, hari itu seolah hilang berganti keramaian. Tak heran jika seorang penghuni panti, Lie A Kang (74), tampak hilir mudik di selasar deretan kamar panti. Bibirnya tak henti menyenandungkan sebuah lagu hokian.
Bagi Abok, sebenarnya bukan kali ini saja Panti Jompo Fo Shi An menjadi titik kumpul kegiatan pengobatan gratis. Sejak berdiri 2012 dan diresmikan pada 2013, sudah beberapakali kegiatan sama dilakukan.
Keberadaan panti jompo yang tak jauh dari bibir Pantai Labu ini kerap diibaratkan orang bak sekeping surga kecil bagi para penghuni panti. Mereka umumnya orang-orang uzur seperti Lie A Kang tadi. Kisah hidup mereka juga hampir serupa, tersingkir dari lingkungan sosial, tak terkecuali lingkungan terdekat mereka.
Sebagian dari mereka bahkan sempat hidup menggelandang, terlunta-lunta digerus arus keras persaingan hidup. Tak heran, jika untuk mendapat sesuap nasi pun, mereka harus berjuang keras.
Namun sejak tinggal di panti, hidup mereka berubah.Tak lagi ada kekhawatiran soal isi perut. Kesehatan juga dijamin. Mereka juga tinggal di panti tanpa dipungut biaya sepeser pun. Untuk melakukan ibadah, tinggal berjalan tak sampai 5 menit dari panti.
Desa Rugemuk adalah desa pantai, desa terpencil. Transportasi umum tak nenjulur sampai ke tempat mereka. Hiburan amat terbatas. Pesawat televisi, jadi satu-satunya sarana hiburan untuk mengusir rasa sepi. Tentu disamping sendau gurau dengan kawan sekamar atau sepanti. Tak heran, kegiatan pengobatan gratis di halaman panti jadi hiburan tersendiri bagi mereka.
Dokter Klinik
“Bagi kami, kegiatan pengobatan gratis ini akan kami jadikan agenda resmi yayasan,” ujar Samsudin saat ditemui di tengah kesibukannya berdialog dengan sejumlah dokter, Minggu (16/6). Soal waktu pelaksanaannya, akan segera didiskusikan bersama pengurus. Namun ia punya ancang-ancang minimal setahun sekali, bahkan bisa lebih, tergantung kesediaan dana yayasan.
Memang, bersamaan acara pengobatan gratis, pengurus Yayasan Buddha Pantai Labu juga menggelar rapat. Agendanya mencari masukan untuk menyusun program baru, termasuk menyusun pengurus baru. Hal ini mengingat pengurus lama telah selesai menunaikan masa bakti mereka. Samsudin Zhang sendiri terpilih sebagai anggota dewan pembina baru. Sedangkan Ketua Yayasan dijabat Bian.
Berbagai pembenahan program memang tengah serius dikaji dan didiskusikan para pengurus yayasan. Tujuannya agar Fo Shi An benar-benar menjadi sekeping surga bagi penghuni panti. Untuk panti jompo misalnya, pengurus memutuskan akan segera mendatangkan dokter di klinik yang memiliki jadwal tugas secara reguler.
“Keberadaan dokter di klinik mutlak, karena penghuni panti umumnya sudah tua-tua, butuh perhatian serius terhadap kesehatan mereka,” ujar Samsudin Zhang. Untuk tenaga dokter, sudah ada calonnya. Tinggal mengatur jadwal dan beberapa persiapan teknis. Ini mengingat jarak Medan – Desa Rugemuk memang cukup jauh.
Klinik seiring waktu juga akan difungsikan menerima pasien dari warga kurang mampu di sekitar panti. Pengadaan air bersih untuk warga sekitar panti juga tengah digagas pengurus.
“Keberadaan Yayasan Buddha Pantai Labu juga harus dirasakan oleh warga yang tinggal tak jauh dari panti dan vihara,” tambahnya. Fasilitas olahraga juga akan diadakan agar penghuni panti bisa berolahraga ringan, namun berdampak pada kesehatan mereka. Untuk relaksasi, taman yang ada akan ditata kembali agar lebih rimbun, teduh, dan artistik.
“Muaranyanya bisa membuat nyaman mata penghuni,” ujar Samsudin. Sebagai desa pantai, hawa panas laut tak terhindarkan berhembus sampai ke kawasan panti. Beberapa penghuni panti memimpikan kamar mereka memiliki mesin penyejuk udara. Usulan ini tengah dikaji secara cermat oleh pengurus.
Kegiatan Dhamma
Vihara Buddha Pantai Labu sebenarnya merupakan satu-satunya vihara yang ada di Kecamatan Pantai Labu. Saat ini, menurut Bian, ada sekitar 40 muda-mudi vihara. Banyak potensi yang masih bisa dikembangkan di kalangan mereka.
“Saya ingin mereka tak hanya datang ke vihara untuk beribadah. Habis ibadah lalu pulang,” ujarnya. Ada kegiatan dhamma yang bisa dilakukan muda-mudi vihara usai ibadah. Ia memberi contoh sederhana, misalnya membantu bersih-bersih kamar para penghuni panti atau menyiram tanaman di taman, dsb.
“Namun jangan salah paham, kita tidak sedang mempekerjakan mereka,” tambahnya buru-buru. Kegiatan membantu bersih-bersih kamar lebih sebagai wujud dhamma. Bagian dari pendidikan karakter dan membudayakan tradisi berbakti kepada yang lebih tua.
Keberadaan vihara untuk tempat penyimpanan abu jenazah juga hendak ditingkatkan kapasitasnya. Saat ini baru ada 57 lemari tempat mentyimpan abu jenazah, padahal kapasitas yang ada di mencapai 200 lebih. Karena itu bagi warga yang ingin menyimpan abu jenazah mereka, pihak vihara mempersilakan dengan tangan terbuka. “Kita tidak akan memungut biaya,” tambah Abok.
Abok juga menambahkan, saat ini Yayasan Buddha Pantai Labu telah mempunyai kantor perwakilan di Medan. Tempatnya di Kompleks Jemadi Indah, Jalan Jemadi No 4, Medan. Kantortersebu difungsikan sebagai basecamp untuk berbagai kegiatan yang dilakukan di Vihara Buddha Pantai Labu dan Panti Fo Shi An di Pantai Labu. (J Anto)