Alumni Fakultas Ekonomi Sukses Bisnis Pupuk Organik

alumni-fakultas-ekonomi-sukses-bisnis-pupuk-organik

SERINGKALI latar bela­kang pen­di­dikan dijadikan seseo­rang sebagai jenis bisnis yang ingin dirintisnya. Na­mun pakem tersebut sepertinya tidak berlaku bagi Freddy.

Lulusan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) ini membuktikan diri mampu merambah bisnis yang jauh dari latar belakang pendidikannya.

Bersama 4 rekannya, Freddy mulai merintis bisnis pupuk organik sekitar 4 tahun lalu atau sekitar tahun 2015.

"Awalnya ini belum berorien­tasi bis­nis. Kita awalnya cuma ingin memban­tu petani Jagung di Flores," tutur Fre­ddy dihubungi Detikfinance baru-baru ini.

Kala itu, lanjut dia, petani jagung di Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Teng­gara Timur, kesilatan menanam jagung. Bibit jagung yang mereka tanam tak pernah menghasilkan jagung. Akhirnya, peternak setempat menjadi­kan batang jagung hasil tanaman seba­gai pakan ternak.

"Sedihnya, mereka itu tanam jagung tapi tak pernah panen jagung," tutur dia mengisahkan.

Biang masalah para petani adalah sulitnya memperoleh pupuk kimia yang biasanya harus didatangkan dari Pulau Jawa.

Dari latar belakang itu, Freddy dan rekan-rekannya tercetus memproduksi pupuk organik memanfaatkan bahan da­sar yang ada di sekitar lokasi perta­ni­an. Dari mulai buah-buahan, hingga ko­toran ternak yang difermentasi jadi pupuk.

"Bahan bakunya luar biasa melim­pah. Dah hasilnya ter­nya­ta luar biasa. Dari yang semula nggak pernah panen, sekarang mereka langsung panen. Bah­kan petaninya ada yang telpon kita, 'te­rimakasih bapak, akhirnya kita berhasil panen jagung'," tutur Freddy.

Pengalamannya itu lantas diseriusi dengan merintis bisnis yang diberi na­ma Pupuk Hayati Dinosaurus pada ta­hun 2017. Mulai dari situ, Freddy seba­gai Co-Founder Pupuk Dinosaurus dan rekannya menseriusi bisnis yang dirin­tis tersebut dengan mengurus berbagai keperluan dari mulai produksi hingga perizinan­nya.

"Kita urus perizinannya. De­sem­ber 2018 lalu kita sudah dapat izin dari Ke­menterian Pertanian," jelas dia.

Saat ini Pupuk Dinosaurus memiliki kapasitas produksi hingga 100 ribu liter per bulan yang basis produksinya ber­lokasi di Gunung Putri Bogor, Jawa Barat.

Pupuk itu dipasarkannya seca­ra on­line dengan harga mulai Rp 66 ribu/liter.

"Konsumen kita saat ini sudah ham­pir seluruh Indonesia. Ada Indramayu, Padang dan lain-lain," sambung dia.

Bicara keunggulan dibanding pupuk kimia, lanjut dia, adalah keberlanjutan kualitas tanahnya. Berbeda dengan pu­puk berbahan kimia yang punya efek menurun­kan kualitas unsur hara dalam tanah, pupuk organik justru bisa me­ngembalikan kualitas tanah seperti se­mula.

"Makanya kita beri nama 'Dino­sau­rus' karena kita ingin mengajak masya­rakat kembali ke masa lalu di mana ta­na­man dan tumbuhan bisa tumbuh besar deng­an bahan-bahan alami," jelasnya.

Sebagai contoh, lanjut Freddy, di sa­lah satu pelanggannya di Padang mengi­sahkan hasil panen padi mereka me­ning­kat lebih dari dua kali lipat dari se­mula hanya dua ton per hektar menjadi 4,8 ton per hektar setelah mengguna­kan pupuk produksinya.

Ia pun berharap penggunaan pupuk Dinosaurus ini lebih luas lagi bahkan bisa menembus pasar ekspor dengan menyasar petani-petani milenial.

"Dari desain kemasan kami ingin me­nunjukkan bahwa bisnis kami ini se­rius dan kita menyasar mile­nial. Supaya sektor perta­nian ini nggak semakin di­ting­gal­kan, jadi perlu pendekatan yang sesuai dengan milenial. Harapan­nya, kita bisa tembus pasar ekspor," tandas dia. (dtf)

()

Baca Juga

Rekomendasi