Radiologi Intervensi, Pengobatan Tanpa Operasi Besar

radiologi-intervensi-pengobatan-tanpa-operasi-besar

Oleh: dr. Wilson Nugraha. Perkembangan tek­no­logi beberapa dekade ter­akhir terutama dalam bidang kedokteran sangat memban­tu, baik untuk dokter maupun pasien. Salah satu perkem­bangan teknologi tersebut adalah radiologi intervensi. Saat ini banyak pasien yang memilih metode radiologi intervensi sebagai penyem­buhan terhadap penyakitnya.

Metode ini lebih tidak me­nakutkan dibanding ope­rasi besar yang seperti biasa dila­kukan selama ini. Mungkin masih banyak yang belum mengenal bidang ini karena umumnya bagi masyarakat, yang terpikir dari spe­sialis ra­diologi adalah orang yang ha­nya membaca foto rontgen, CT scan dan melakukan USG.

Sejarah radiologi inter­ven­si di­mulai saat seorang dokter radiologi Swedia ber­nama Sven-Ivar Sel­dinger, yang berhasil menemukan teknik untuk memasukkan selang ke dalam pembuluh darah sehingga dapat melihat adanya kelainan di dalam pembuluh darah lebih jelas dibandingkan sebelumnya.

Kemudian tahun 1963, se­orang dokter radiologi Ame­rika Serikat bernama Charles Theodore Dotter mengusul­kan ide radiologi intervensi untuk pertama kalinya. Lalu pada tahun 1964 dia mene­mu­kan suatu prosedur percutaneous angioplasty yaitu suatu teknik untuk melan­car­kan sumbatan pada pembu­luh darah yang menyuplai darah ke jantung tanpa mela­lui operasi besar. Sejak saat itu, radiologi intervensi terus berkembang dan hingga saat ini telah banyak digunakan dalam tatalaksana berbagai macam penyakit. 

Radiologi intervensi me­rupakan subspesialisasi di bi­dang radiologi yang meman­fa­atkan prosedur minimal in­vasif untuk melakukan diagnosis dan terapi pada hampir semua organ tubuh dengan menggunakan panduan gam­bar/foto yang dihasil­kan dari alat-alat radiologi (USG, CT Scan, MRI). Minimal invasif berarti tindakan dilakukan hanya dengan sayatan kecil. Hal tersebut tentunya akan lebih aman karena luka bekas operasi lebih kecil diban­dingkan operasi besar.

Jadi dengan sayatan hanya 0.5 cm, bahkan kurang, tin­dakan yang dilakukan mam­pu meminimalisasi rasa sakit pada pasien dan kesalahan dalam operasi. Peluang ter­jadinya infeksi juga menjadi sangat kecil, dan pasien pun dapat lebih cepat kembali beraktivitas normal karena pemulihan pasien lebih sing­kat serta dapat memperpen­dek masa rawatan di rumah sakit.

Radiologi Intervensi ini sudah berkembang pesat di negara seperti Amerika Seri­kat dan Inggris, namun di In­donesia, bidang yang masih relatif baru ini punya potensi sangat besar untuk berkem­bang karena baru diterapkan di beberapa rumah sakit be­sar di Indonesia. Radiologi in­tervensi me­rupakan alter­natif pilihan tin­dakan tanpa operasi untuk proses pe­nyem­buhan suatu penyakit.

Banyak tindakan yang da­pat dilakukan oleh seorang radiologi intervensi di anta­ranya seperti me­lakukan biopsi jaringan tumor yang dibantu dengan alat radiolo­gi, mem­berikan obat kemote­rapi pada pasien kanker yang langsung menuju ke pembu­luh darah tumor tersebut, menutup peredaran darah yang mem­beri makan bagi tumor untuk mengu­rangi ri­siko perdarahan sebe­lum di­operasi, maupun sebagai sa­lah satu terapi seperti pema­sangan stent pada pasien yang mengalami pe­nyem­­pit­an pembuluh darah, dan se­ba­gainya.

Secara garis besar, radio­logi in­tervensi dapat dibagi menjadi radiologi intervensi vaskular dan non vaskular. Radiologi intervensi vaskular berhubungan atau melalui pembuluh darah dalam pro­se­dur tindakannya. Sedang­kan radiologi intervensi non vaskular tidak melalui atau berhubungan dengan pembu­luh darah.

1. Radiologi Intervensi Vaskular

Tindakan yang dilakukan teru­tama untuk radiologi intervensi vaskular adalah de­ngan memasukkan selang kecil atau yang biasa dikenal dengan kateter melalui sa­yat­an sepanjang kurang dari 0,5 cm di lipat paha atau di dae­rah lengan, dengan didahului tindakan pembiusan lokal, se­hingga selama dilakukan tin­dakan pasien dalam keadaan sadar. Jadi tindakan dilaku­kan hanya dengan luka sayat­an yang kecil, sehingga dapat memi­nimalisir resiko yang ter­jadi.

Jenis tindakan yang dapat dila­kukan diantaranya:

• Angiography, adalah sua­tu prosedur membuat gam­bar dari pembuluh darah sua­tu organ. Sering dilakukan bi­la dicurigai adanya pe­nyumbatan pada pembuluh darah seperti pada kasus pe­nyakit jantung koroner atau kasus stroke, dan lainnya.

• Intravascular Ultrasound, adalah suatu tindakan memasukkan alat ultrasound ke dalam pembuluh darah se­hingga dapat terlihat gam­baran pembuluh darah yang bermasalah lebih jelas.

• Angioplasty, adalah sua­tu prosedur yang dilakukan untuk memperlebar diameter pembuluh darah dengan meng­gunakan sema­cam alat seperti balon dan dapat di­lan­jutkan dengan pemasangan stent untuk mempertahankan diameter yang telah dilebar­kan.

Tindakan ter­sebut biasa­nya dila­ku­kan terhadap pa­sien dengan penyempitan pem­buluh darah seperti pada penyakit jantung koroner ataupun bila ada penyempit­an pada pembuluh darah di kaki yang sering terjadi pada perokok, penderita diabetes atau hal lain.

• Flushing (Injeksi Trom­bolisis) adalah tindakan un­tuk melarutkan gumpalan yang menyumbat di pembu­luh darah. Tindakan ini am­puh untuk menangani pasien penyakit jantung koroner akibat adanya gumpalan pada pembuluh darah jantung mau­pun pada pasien stroke akibat bekuan darah pada pembuluh darah otak.

• Embolisasi, adalah tin­dakan untuk menyumbat pembuluh darah yang meng­alami kebocoran menggu­na­kan coil (logam setipis be­nang) sehingga perdarahan dapat berhenti. Misalnya pa­da keadaan perdarahan salur­an cerna maupun pada perda­rahan di tempat lain dalam tu­buh.

• Uterine Arterial Embolization (UAE) adalah suatu tindakan dalam mengobati tu­mor jinak pada rahim se­perti mioma. Prinsip dari terapi ini adalah melakukan penyumbatan pembuluh da­rah pada rahim, se­hingga tumor yang ada dapat me­ngecil. Terapi ini dapat menjadi pi­lihan untuk pasien yang me­miliki resiko jika harus men­jalani operasi atau untuk pa­sien yang tidak mau menja­lani operasi.

• Prostate Arterial Embolization (PAE) adalah tindak­an melakukan penyumbatan pada arteri yang memper­da­rahi prostat pada pasien de­ngan pembesaran prostat, se­hingga ukuran prostat dapat mengecil.

• TACI/TACE  adalah pro­sedur yang dilakukan pada pasien kanker dengan mem­be­rikan obat kemoterapi me­lalui kateter ke pembuluh da­rah yang memberi makan sel-sel tumor, setelah itu dapat di­lanjutkan dengan menutup pembuluh darah tersebut, se­hingga diharapkan tumor akan mati/mengecil.

2. Radiologi Intervensi Non Vaskular

Radiologi intervensi non vaskular banyak dipakai un­tuk melakukan biopsi dengan panduan USG, CT scan atau­pun alat lainnya.

Jenis tindakan yang dapat dilaku­kan diantaranya:

• Needle Biopsy. Biopsi yang dilakukan dengan pan­duan alat seperti USG, CT scan, dan alat lainnya se­hing­ga akurasi dalam pengam­bil­an sampel jauh lebih baik. Teknik biopsi ini menggu­na­kan jarum yang sangat kecil jadi bersifat amat dan resiko lebih rendah.

• Ekstraksi benda asing. Dilakukan untuk mengambil benda asing yang masuk da­lam tubuh kita, seperti terte­lan logam atau peniti ataupun benda lainnya yang sulit di­jangkau. Cara ekstraksi ini yakni dengan mema­sukkan selang kateter setelah sebe­lumnya dilakukan pemerik­saan imaging seperti Foto Rontgen, USG, CT scan un­tuk mengetahui dimana letak pasti benda asing tersebut.

()

Baca Juga

Rekomendasi