Kisah Inspiratif Para Pencinta Buku

kisah-inspiratif-para-pencinta-buku

Buku merupakan sumbernya be­ragam ilmu pengetahuan. Setiap orang tentu tahu dan memahami hal ini. Maka, tak heran bila ada pepatah mengatakan, “Buku adalah jendela dunia.” Melalui buku, wawasan keil­muan seseorang menjadi semakin luas, sehingga kehidupan yang dija­laninya menjadi lebih baik dari hari-hari sebelumnya.

Membaca buku penting dijadikan sebagai kebiasaan positif dan berman­faat oleh setiap orang. Dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitarnya. Selain itu, budaya mem­baca juga mestinya diiringi dengan budaya berbelanja buku-buku origi­nal, bukan buku-buku bajakan yang keberadaannya kian menjamur di negeri ini. Jangan sampai mengaku pencinta buku, tapi buku-buku yang dibeli malah buku bajakan yang sa­ngat merugikan para penulis dan penerbit.

Buku ini merangkum 33 kisah “Kehidupan Berbuku” yang ditulis oleh para penulis yang memiliki kecintaan pada buku yang begitu tinggi dan layak dijadikan sebagai percontohan oleh para pembaca. Harapannya, setelah membaca buku ini, akan lahir sosok-sosok pembaca buku yang akan terus berjuang menebarkan virus membaca di negeri ini.

Oky E. Noorsari, perempuan kela­hiran Banjarnegara yang saat ini mukim di Bantul DIY, memiliki kisah mengharu-biru tentang kecintaanya terhadap buku. Oky mulai menyukai buku sejak kecil. Kelas 3 SD, bapak mulai mengenalkannya dengan buku serial Lima Sekawan. Sejak saat itu, ia mulai keranjingan membaca. Saat kelas 5 SD, ia dan keluarganya pindah ke Semarang. Bagi Oky, hal paling menyenangkan saat tinggal di kota besar adalah keberadaan toko buku.

Namun, keinginan untuk membeli buku sebanyak-banyaknya harus direm. Karena saat itu buku bukan prioritas bila dibandingkan kebutu­han buku-buku sekolah. Namun, kecintaan Oky pada buku tak pernah surut. Bersama teman-temannya sesa­ma pencinta buku, mereka bera­mai-ramai naik bus ke kota, menuju toko buku Gramedia. Setiba di sana, mereka berpencar ke rak-rak incaran. Waktu itu komik adalah buku yang menarik minat mereka. Di sana, tanpa membeli, mereka bisa sepuas hati membaca buku-buku. Kadang mere­ka diomeli penjaga karena pose duduk mereka mengganggu lalu-lalang pengunjung (halaman 19).

Kini, setelah bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, Oky bisa sepuas hati melunaskan dahaga masa kecil­nya terhadap buku-buku. Ia menyisih­kan sebagian uangnya untuk berbe­lanja buku. Tak hanya itu, kecin­taan­nya terhadap buku mengantarkan Oky menjadi penulis, menjadi penjual buku, bahkan memiliki penerbitan sendiri.

Kisah Noer Ima Kaltsum, perem­puan kelahiran Yogyakarta yang begitu menyukai buku-buku juga layak disimak. Kegemarannya mem­baca dimulai sejak SD. Saking suka­nya pada buku, ia bahkan mengang­gap buku adalah barang yang sangat berharga. Saat duduk di bangku SMA dan perguruan tinggi, kegemarannya terhadap membaca kian meningkat. Meskipun saat itu hanya mampu me­minjam buku-buku lewat teman, taman bacaan, atau perpustakaan, ka­rena ia tak memiliki uang yang cukup untuk membeli buku-buku.

Kecintaannya terhadap buku tak pernah surut bahkan setelah ia menikah. Justru setelah menikah ia bisa melampiaskan keinginannya yang belum sempat terpenuhi, mem­beli buku-buku yang ia sukai. Setiap bulan, ia menyisihkan sebagian gaji bulanan untuk membeli beragam buku, mulai buku agama, pertanian, kesehatan, peternakan, parenting, novel, dan lain sebagainya. Kecin­taannya pada buku juga mengan­tarkannya menjadi penulis, penjual buku online, sekaligus mengajak teman guru dan siswa agar gemar membaca dan menulis (halaman 53).

Masih banyak kisah lainnya ten­tang orang-orang yang mencintai buku, misalnya kisah Wahyu Wibo­wo, pemuda pendiri “Bacaan Kita”. Kegemarannya pada buku mem­buatnya rela menabung untuk mem­beli buku (halaman 97). Ada juga kisah Sugianto, pemuda yang lebih senang berbelanja buku daripada baju (halaman 43), Kistiana, perempuan yang tinggal di Blora dan menggemari buku sejak kecil, hingga mengan­tar­kannya menjadi penjual buku online (halaman 137), Erdittya Ekanovie, perempuan yang begitu menyukai buku sampai rela jualan buku-buku, dan hasil penjualannya bisa untuk membeli buku-buku kesukaannya (halaman149). Kisah-kisah mereka dalam buku ini sangat inspiratif dan bisa memotivasi lebih banyak orang agar gemar membaca sejak dini. ***

Peresensi: Adalah penulis lepas mukim di Kebumen.

()

Baca Juga

Rekomendasi