
SUDAH beberapa kali Iko Uwais digandeng produksi film Hollywood untuk ambil bagian berperan di film. Dari kebanyakan peran, dia kerap didapuk menghidupkan karakter antagonis.
Muncul pertanyaan apakah dirinya khawatir dengan image karakter semacam itu akan melekat padanya?
Menanggapi hal tersebut, Iko punya jawaban. Ia tak menampik awalnya sempat merasa khawatir soal image tersebut.
"Kita juga diskusi sama tim, dan manajemen tidak takut dengan image itu dari protagonis ke antagonis. Tapi saya lebih suka dengan tantangan, kalau misalnya orang terbiasa dengan karakter yang sama iitu tidak akan istilahnya, berkembang," ucapnya saat berbincang dalam sebuah wawancara terbatas belum lama ini.
Iko menambahkan, dirinya sudah terbiasa memerankan karakter-karakter semacam ini. Dan sebagai seorang aktor ia tak ambil pusing bila image tersebut menempel padanya.
"Karena itu saya sama sekali tak peduli dengan image yang dilontarkan ke saya bakal jadi orang jahat melulu. Di manapun proyeknya, tuntutan saya sebagai aktor saya harus bisa memerankan tersebut," imbuh Iko.
Ada satu pesan yang ia ingat sampai sekarang perihal bagaimana menjadi aktor yang baik. Dan itu bukan permasalahan soal memilih-milih peran.
"Ada satu hal yang nyangkut di kepala saya sampai sekarang, namanya peran atau akting itu salah satu perbedaan seperti ketika saya berbicara dengan ibu, berbicara dengan teman, berbicara dengan pacar, istri atau polisi, masing-masing tempat kita menempatkan posisi. Itulah sebuah akting, itulah sebuah karakter, itulah seorang aktor bisa menempatkan posisi," tandasnya.
Berkiblat
Diketahui, bersama Dave Bautista dan Kumail Nanjiani, Iko Uwais turut berperan dalam film garapan 20th Century Fox berjudul ‘Stuber’. Dijadwalkan film bergenre aksi komedi itu rilis 24 Juli mendatang di Indonesia.
suami Audy Item itu mengatakan film-film Hollywood mulai mengambil referensi dari Indonesia. Terlebih lagi pada adegan-adegan laganya.
“Produksi di sana mulai berkiblat kepada kita dengan adanya film action. Mereka mengakui banget beberapa (adegan laga) terinspirasi dari film The Raid, film Indonesia,” kata Iko.
Hal ini tentu membanggakan lantaran film Indonesia khususnya genre aksi sudah tidak dipandang sebelah mata lagi di kancah perfilman sekelas Hollywood.
“Saya kaget juga, ada beberapa film kita juga masuk festival film sana. Jadi, tidak dipandang sebelah mata film-film Indonesia,” tutur pria 36 tahun itu. (dtc/vn)