Tirta Sibayakindo Raih Penghargaan

tirta-sibayakindo-raih-penghargaan

Tarutung, (Analisa). PT Tirta Sibayakindo (Pabrik AQUA Berastagi) meraih penghargaan Kemen­terian Lingkungan Hidup (LH) dan Kehutanan RI pada 27 Juni 2019 atas upaya konservasi di kawasan daerah tangkapan air (DTA) Danau Toba mela­lui penanaman pohon Macadamia. Peng­hargaan tersebut diserahkan Direk­tur Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung-Kementerian Ling­kung­an Hidup dan Kehutanan RI. Ir. Hudoyo, MM dan diterima oleh Sahat Esron Si­ringoringo, Stakeholder Relations Manager PT Tirta Sibayakindo, Kamis (27/6).

Penyerahan penghargaan itu dilak­sanakan bertepatan dengan peluncuran program Pengembangan Tanaman Macadamia di Persemaian Permanen Huta Ginjang, Kabupaten Tapanuli Utara oleh Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI yang dirang­kaikan dengan Peringatan Hari Penang­gulang an Degradasi Lahan Sedunia (World Day to Combat Desertification).

Acara dihadiri Gubsu Edy Rahma­yadi bersama semua bupati di kawasan Danau Toba, Menteri Koordinator Pere­konomian RI Darmin Nasution, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehu­tanan RI, tokoh-tokoh masyarakat, para pemerhati lingkungan hidup, dan masyarakat Tapanuli.

Program yang diluncurkan ini me­rupakan salah satu terobosan untuk mengatasi lahan kritis. Permasalahan dalam penanganan lahan kritis adalah pilihan tanaman yang cocok untuk reha­bilitasi hutan dan lahan (RHL). Pilihan terhadap Macadamia adalah pilihan tepat untuk kawasan Tapanuli Utara. Macadamia merupakan tanaman lokal yang sudah dikenal masyarakat di ka­wasan Danau Toba dan sesuai untuk suhu rendah dan dataran tinggi, sehingga cocok untuk penanganan hulu DAS.

Hasilnya pun berupa kacang Macadamia dapat menjadi produk unggulan kuliner kawasan Danau Toba.

Dengan demikian masyarakat dapat memperoleh manfaat ekonomi lebih dari lahan mereka yang ditanami Macadamia. Masyarakat dapat memperoleh penghasil­an kotor sekitar Rp200 juta – Rp1 miliar dari tiap hektar saat tanaman Macadamia berusia lebih dari 6 tahun. Bahkan Macadamia mempunyai pros­pek ekspor.

"Hal-hal tersebut di atas merupakan hasil penelitian Balai Litbang Aek Nauli yang telah melakukan penelitian Macadamia dan mempunyai kebun perco­baan sejak tahun 2009," kata Ir. Hudoyo, MM, Direktur Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung-Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehuttanan RI.

Banyak faktor

Di Indonesia degradasi lahan diaki­batkan oleh banyak faktor; yaitu per­tambahan jumlah populasi manusia, kemiskinan, bencana alam, penggunaan dan pengelolaan lahan yang tidak tepat, penggunaan bahan kimia yang berle­bihan, proses reklamasi dan rehabilitasi pasca tambang yang tidak dilakukan dengan kaidah dan aturan yang berlaku. Penanganan lahan kritis di Indonesia perlu dicarikan solusi dan dikerjakan secara bersama-sama. Oleh karena itu penanganan lahan kritis di kawasan Da­nau Toba yang dilakukan melalui pe­ngem­bangan dan penanaman Macadamia dilakukan dengan melibatkan ber­ba­gai pihak; yaitu pemerintah, BUMN, BUMD, BUMS, dan masya­rakat.

Pemerintah RI dalam hal ini Kemen­terian Lingkungan Hidup dan Kehu­tanan (KLHK) memiliki perhatian khusus tentang penanggulangan degra­dasi lahan. Tahun 2018, terdapat 14,01 juta hektar lahan kritis di Indonesia. Karenanya, KLHK menargetkan reha­bilitasi hutan dan lahan pada tahun 2019 seluas 207.000 Hektar, yang akan difo­kuskan pada 15 DAS prioritas, 15 danau prioritas , dan 65 bendungan dan daerah rawan bencana.

Danone-AQUA melalui Pabrik AQUA Berastagi (PT Tirta Sibaya­kindo) berpartisipasi untuk mengem­bangkan tanaman Macadamia di daerah tangkapan air (DTA) Danau Toba guna mendukung program pemerintah dalam hal rehabilitasi hutan dan lahan di kawasan tersebut. "Kami bekerja sama dengan Cipta Fondasi Komunitas telah melakukan kon­ser­vasi di kawasan Da­nau Toba sejak tahun 2017 dengan mena­nam 31.500 po­hon di atas lahan se­luas 15 Hektare. Ke­banyakan yang dita­nam adalah po­hon Kopi, sedangkan Ma­ca­damia itu me­rupa­kan tanaman pe­lin­dung untuk Kopi. Se­tiap pohon yang kami tanam diberi iden­titas, sehingga me­mu­dahkan dalam pe­man­tauan terha­dap pertumbuhan dan pe­rawatan pohon-po­hon itu," ujar Esron.

Program Kon­ser­vasi Danau Toba yang dilakukan Da­no­ne-AQUA ini dise­suai­kan dengan kon­disi alam sekitar Da­nau Toba dan ber­basis pember­daya­an eko­nomi masyarakat. "Budi­daya tanaman kopi ini sangat cocok untuk memberi man­faat ekonomi kepada ma­syarakat. Untuk mendukung hal itu para petani yang terli­bat dalam program kon­servasi Da­none-AQUA ini juga beter­nak lebah madu untuk me­ning­katkan penghasilan mereka," tambah Esron penuh se­mangat.

Budidaya kopi dan ternak lebah madu itu dilakukan secara terintegrasi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui pertanian dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Ditambah lagi dengan manfaat ekonomis yang dapat diperoleh dari pohon Macadamia.

Peduli lingkungan

Danone-AQUA yang memiliki visi One Planet One Health sangat peduli terhadap pelestarian lingkungan. Ber­bagai upaya dijalankan untuk menjaga agar bumi sehat dan lestari. Untuk

Konservasi Danone-AQUA hingga saat ini telah melakukan penanaman lebih dari 3 juta pohon dengan sistem pemantauan pertumbuhan menggu­nakan MRV (monitoring - reporting - validation) system dan database online system, membuat 1351 buah sumur resapan air, membuat 57.749 biopori resapan air, membuat 53 buah fasilitas Panen Air Hujan,, membangun 25 buah waterpond untuk menampung dan me­resapkan air ke dalam tanah, mem­ba­ngun 13.870 buah rorak kebun ma­sya­rakat untuk konservasi air dan tanah, pe­ngembangan 325.150 pohon di per­semaian sekolah bersama sama anak-anak sekolah sebagai sarana pendidikan lingkungan, mem­bangun 4 sumur im­buhan dalam, dan 2 buah DAM Penahan air.

"Semua itu diwujudkan melalui ke­mitraan dengan pemerintah, LSM, ma­syarakat, dan pihak-pihak terkait, serta dilaksanakan secara berkelanjutan", ujarnya. (rel/hers)

()

Baca Juga

Rekomendasi