Membangun Generasi Muda Berkarakter Pancasila

membangun-generasi-muda-berkarakter-pancasila
Oleh: Al Mahfud. Setiap tanggal 1 Juni, bangsa ini memeringati Hari Lahir Pancasila. Tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila karena pada tanggal tersebut, tepatnya pada 1 Juni 1945, kata “Pancasila” pertama kali diucapkan oleh Sang Proklamator Bung Karno dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). 

Soekarno, yang saat itu belum diangkat menjadi presiden, dalam pidato bersejarah tersebut berusaha menyatukan perbedaan pendapat mengenai dasar negara merdeka di antara para anggota BPUPKI. Di momen tersebut, Bung Karno menawarkan lima sila yang terdiri dari: Kebangsaan Indonesia; Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan; Mufakat atau Demokrasi; Kesejahteraan Sosial; dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Gagasan Bung Karno ini mendapatkan sambutan yang positif dari para anggota BPUPKI. Kelak, kita mengenalnya sebagai Pancasila, dengan perubahan susunan sebagaimana kita kenal sekarang.  

Peringatan Hari Lahir Pancasila membawa kita pada permenungan menganai Pancasila sebagai dasar negara, sekaligus nilai yang mesti dijaga dan ditumbuhkan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila mesti terus dijaga, di samping sebagai karakter dan ciri khas masyarakat Indonesia, juga sebagai benteng yang bisa melindungi kita dari ancaman masuknya berbagai nilai dan budaya dari luar yang kadang tak sesuai dengan jati diri dan kepribadian bangsa.   

Generasi Muda

Kita tahu, saat ini budaya dan tatanan nilai di masyarakat mendapatkan ancaman budaya dan nilai dari luar yang dibawa arus globalisasi informasi. Masyarakat, terutama generasi muda yang sedang tenggelam dalam euforia era digital, internet, media sosial, dan berbagai informasi online, tak jarang terpengaruh nilai-nilai dan budaya luar yang tak sesuai dengan nilai-nilai bangsa kita.

Maraknya kasus kekerasan di kalangan remaja, bullying, tindak kriminal, kekerasan, hingga banyaknya anak muda yang terjerat paham radikalisme-terorisme adalah contoh-contoh nyata bagaimana Pancasila mendapatkan tantangan serius terkait mengikisnya nilai-nilai adab, moralitas, dan nilai-nilai kebangsaan dan persaudaraan. 

Kita tak bisa membendung derasnya arus globalisasi informasi dan kita memang tak perlu membendungnya. Sebab, itu adalah geliat zaman yang menjadi keniscayaan. Namun, sebagai sebuah bangsa besar yang memiliki prinsip, jati diri, dan memiliki cita-cita ke depan, kita mesti menghadapi pesatnya globalisasi informasi dengan tetap memberi bekal bagi generasi muda. Kita tak bisa begitu saja hanyut dalam derasnya arus globalisasi informasi dengan segala nilai yang dibawanya.  

Kita butuh bekal yang akan menjadi benteng sekaligus karakter yang tertanam kuat dalam diri setiap individu generasi muda kita guna. Sebab, itu semua adalah bekal paling mendasar membangun kehidupan bangsa yang harmonis, damai, dalam ikatan persaudaraan. 

Di saat bersamaan, karakter tersebut juga akan melindungi generasi muda dari pengaruh-pengaruh negatif era globalisasi informasi. Seperti merebaknya kekerasan, cyberbullying, kejahatan atau cyberchrime, hingga pengaruh paham radikalisme-terorisme.  

Karakter Pancasila

Karakter merupakan ciri atau karakteristik, gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir (Sjarkawi, 2006). Membangun karakter bukan perkara gampang. Karakter tak muncul begitu saja secara instan. Ia (membangun karakter) adalah kerja panjang yang dilakukan secara intens untuk membentuk sikap, sifat, dan berbagai ciri khas kepribadian seseorang. 

Sebagai sebuah bangsa yang memiliki Pancasila sebagai filosofi hidup dan dasar negara, jelas karakter yang terkandung di dalamnya mesti menjadi bagian dari jati diri setiap generasi muda. Karakter Pancasila inilah yang akan menjadi fondasi sikap kebangsaan sekaligus benteng yang akan melindungi generasi muda kita dari ancaman pengaruh negatif arus globalisasi informasi seperti kekerasan hingga paham radikalisme-terorisme.  

Zaim Uchrowi dalam bukunya Karakter Pancasila (2012) menjelaskan, penanaman karakter dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yakni keteladanan (role modeling), pembiasaan (conditioning), pengajaran (teaching). Ketiga pendekatan tersebut mesti ditanamkan dan dikembangkan di tiga area penanaman karakter, yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat. Artinya, proses keteladanan, pembiasan, dan pengajaran nilai-nilai Pancasila mesti dilakukan secara intens, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. 

Di lingkungan keluarga, orangtua adalah aktor utama yang menentukan sejauh mana nilai-nilai Pancasila seperti ketuhanan, persaudaraan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, gotong royong, hingga keadilan, bisa terserap dan tertanamkan dalam diri anak-anak mereka lewat proses pengasuhan (pengajaran), keteladanan, dan pembiasaan. Hal yang sama juga menjadi tanggungjawab pendidik di lingkungan sekolah, serta masyarakat luas di lingkungan sekitar anak.   

Jika seorang anak dikondisikan dengan pengajaran, keteladanan, dan pembiasaan sejak kecil dari keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat mengenai nilai-nilai Pancasila tersebut, maka ia akan tumbuh dan berkembang menjadi remaja dan anak muda berkarakter Pancasila yang siap hidup di tengah kemajemukan masyarakat Indonesia, bahkan menjadi bagian dari masyarakat dunia. Akan lahir generasi muda cinta Tanah Air, toleran, sanggup berdialog di tengah perbedaan, dan bisa hidup berdampingan secara harmonis dalam kemajemukan. 

Di era globalisasi informasi, generasi muda dengan karakter Pancasila akan menjadi para punggawa penjaga bangsa. Generasi muda yang tak sekadar cakap memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi, namun juga cerdas dan bijak memanfaatkanya untuk kebaikan hidup berbangsa dan bernegara. Akan lahir generasi milenial yang tak gampang terpengaruh dampak negatif era internet. Generasi yang kebal dari pengaruh konten-konten negatif seperti hoaks, ujaran kebencian, serta berbagai konten bermuatan paham-paham kekerasan, hingga radikalisme-terorisme. 

Peringatan Hari Lahir Pancasila selalu menjadi momentum bagi kita untuk kembali menguatkan nilai-nilai Pancasila dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Di sini, generasi muda menempati posisi penting untuk mendapatkan penguatan nilai-nilai tersebut. Sebab, generasi muda saat ini akan sangat menentukan wajah masa depan bangsa ke depan. Jadi, demi terus tegaknya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bangsa di masa depan, sudah menjadi keharusan bagi kita untuk menanamkan dan mengembangkannya di kalangan generasi muda kita saat ini.***

 Penulis bergiat di Paradigma Institute/menulis artikel dan esai di berbagai media massa.

()

Baca Juga

Rekomendasi