
Oleh: Nindya Lisandri. Game merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenang-senang dan mengisi waktu luang. Bermain game memang tidak seburuk anggapan orang. Namun, untuk para pecandu game wajib berhati-hati terhadap dampak dari game itu sendiri. Di era digital ini, game bukan lagi kegiatan untuk mengisi waktu kosong, melainkan sebagai “pendamping” kegiatan utama sehari-hari.
Bagaimanakah ciri orang yang dikatakan candu terhadap game? Candu terhadap game dapat ditandai dengan sulitnya diri untuk mengendalikan atau menahan rasa ingin bermain game. Para gamers akan selalu menghabiskan waktu yang lama untuk bermain game. Durasi itu dapat meningkat dari hari ke hari.
Perasaan para pecandu game juga lebih sensitif ketika dilarang atau diminta berhenti untuk bermain game. Dan mereka akan selalu memikirkan game dalam setiap mengerjakan aktivitas lain.
Pernahkah anda berfikir mengapa game dapat menyebabkan candu? Bermain game dapat mempengaruhi otak agar merasa senang dengan rangsangan dopamin (hormon pembuat bahagia). Hal ini tidak akan berdampak dan menyebabkan kecanduan jika dalam keadaan normal. Karena dalam keadaan normal rasa yang ditimbulkan hanya rasa bahagia dan kepuasan yang masih wajar.
Berbeda hal nya jika sudah mengalami kecanduan, dalam hal ini otak akan menghasilkan dopamin yang berlebihan. Dopamin yang berlebih dapat mengacaukan sistem kerja hipotalamus. Bagian hipotalamus bertanggung jawab atas emosi dan suasana hati.
Inilah mengapa pecandu game sering merasa sangat bahagia yang berlebih, bersemangat, dan meningkatnya rasa percaya diri. Semua itu akan secara otomatis membuat tubuh/otak ketagihan dan ingin merasakannya lagi. Pada akhirnya otak akan mencari “sumber bahagia” itu lagi dan melakukannya secara berulang dengan frekuensi dan durasi yang lebih sehingga akan terus bertambah setiap hari.
Hal ini sangat berpengaruh pada kinerja otak sehingga menyebabkan kecanduan. Disebut kecanduan apabila terjadi terus menerus sampai menimbulkan efek samping seperti perubahan kepribadian, karakteristik, perilaku, kebiasaan, hingga bahkan fungsi otak. Juga menghambat aktivitas dan hubungannya pada lingkungan sekeliling.
Masalah lain yang akan muncul pada otak juga dapat disebabkan pengaruh radiasi yang diterima mata yang disampaikan ke otak dan memengaruhi sistem neurotransmitter sehingga akan mempengaruhi fungsi hormon dan saraf. Penurunan konsentrasi belajar dan gangguan fungsi daya ingat juga harus diwaspadai dari candu bermain game.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) kini menggolongkan kecanduan main game sebagai gangguan mental dan berencana menerbitkan buku panduan International Classification of Diseases (ICD-11) dengan memasukkan kecanduan main game sebagai salah satu kategori gangguan jiwa baru, yang disebut sebagai gaming disorder (GD).
Ini mengartikan bahwa pakar kesehatan di seluruh dunia berpendapat bahwa kecanduan main game dapat menyebabkan dampak yang setara dengan pecandu alkohol atau obat-obatan terlarang.
Namun semua hal itu berlaku pada pecandu game yang menghabiskan waktu dan hari-harinya untuk bermain game. Di sisi lain, game juga memiliki manfaat bagi perkembangan otak jika masih dilakukan pada batas yang wajar.
Game dapat menjadi aktivitas pengusir stres yang bermanfaat bagi kesehatan otak. Contohnya pada penderita alzheimer, bermain game dapat dijadikan terapi pengobatan gangguan mental.
Dengan bermain game, otak akan dituntut untuk bekerja keras mengatur fungsi kognitif yang dibarengi dengan kerja fungsi motorik yang kompleks, misalnya menyelaraskan penglihatan dan pergerakan tangan dibarengi dengan perencanaan dalam menyelesaikan game.
Dari semua dampak dan manfaat game baik berbasis internet (game online) maupun tidak, sebaiknya seimbangkan antara waktu produktif dengan waktu kosong. Batasi waktu bermain game dengan tetap memprioritaskan kegiatan utama. Jadikan game hanya sebagai hiburan bukan aktivitas pokok. Segala sesuatu yang berlebihan akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh.
(Penulis adalah mahasiswa Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara)