
Oleh: Azmi TS
TAK berlebihan kalau memposisikan sosok pemimpin negeri ini paling sering divisualkan ke atas kanvas oleh publik menyebutkan Bung Karno. Bukan berarti yang lainnya tak diabadikan oleh seniman lukis, saat aktif memimpin ataupun setelahnya. Bisa jadi ada daya tarik tersendiri sehingga pelukis tak pernah berhenti menangkap spirit itu.
Masalahnya mengapa wajah Soekarno ini selalu saja jadi ide untuk dibuatkan gambar atau lukisannya? Beberapa pelukis maestro dunia juga sering memilih para pemimpin yang populis, hingga kontroversial. Basuki Bawono memilih pemimpin di republik ini untuk direproduksi kembali agar publik tak cepat melupakan jasanya.
Pelukis yang mencoba menghidupkan kembali ingatan masa lalu terhadap orang nomor satu RI ini menyimpan kesan tersendiri. Konon pula masa lalu pernah ada pemimpin negeri RI menjalin hubungan istimewa kepada pelukis. Istana. Keakraban Soekarno dengan para seniman berdampak kepada banyaknya koleksi lukisan menghiasi istana negara. Masa itu ditaksir lebih dari 200 ragam karya seni sempat terpampang di sana.
Bahkan bisa jadi ada pelukis yang sudah melukiskan wajah Soekarno tetapi karena tak mau dipublikasikan itu juga sebetulnya ada. Bukti itu menunjukkan kecintaan rakyat kepada pemimpinnya, walaupun tak sempat bertatap muka aslinya dengan lukisan pun jadilah. Banyaklah potret lukisan Soekarno ada di mana-mana bahkan lebih dari satu tertempel erat di dinding rumahnya.
Uniknya lagi pelukis yang dahulu sering melukiskan figur kharismatik ini sudah tiada, kinipun muncul pula penggantinya. Basuki Bambang Heruwono boleh disebut sebagai penerus gaya Basoeki Abdullah, dalam teknik maupun pengungkapannya. Belum tentu semua pelukis bisa mengikuti gaya dan penampilan sang flamboyan dan legendaris itu.
Mengingat karya lukisan potret yang digarap Basuki Hernowo bukan hanya sekedar gambar separuh badan semata. Dia bisa mereduksi kembali bagaimana dahulu gesturnya. Mulai mimik, hingga anatominya sangat proporsional sekali, sehingga efek Soekarno seperti hidup kembali. Semua itu didukung oleh konsistensi dan melewati proses studi karakter yang berlapis.
Mulai sketsa awal wajah, hingga sosok utuh tentu sudah diperhitungkan semaksimal mungkin. Peneraan warna dasar dalam proses melukis potret di kanvas pelukis punya trik khusus termasuk melapis kembali warna persis aslinya. Menciptakan warna naturalis butuh waktu dan pengalaman sampai tingkat kematangan yang spesifik.
Misalnya warna kulit, roman wajah, mata, rambut, lengan, kaki hingga busanapun tak luput dari hasil studi berulang-ulang. Hasil ini tentu saja akan menimbulkan kualitas lukisan yang betul-betul apik dan tak membosankan ketika menatapnya. Karakter itu juga yang meneguhkan bahwa pelukis harus melewati ini dulu barulah ia bisa bergaya yang lain.
Melukis pemimpin tentu akan meningkatkan rasa kekaguman atas setiap hal yang positif untuk di tauladani bukan sebaliknya. Pemimpin yang dielu-elukan rakyatnya bukan dengan konvoi di jalanan, tetapi banyak cara. Bisa dengan melukis wajahnya, atau menuliskan tentang rekam jejak karir politik, hingga sumbangsihnya kepada negeri ini.
Menceritakan kembali kepada anak cucunya bahwa sosok yang dibicarakan itu bukanlah orang sembarangan. Intelektual negara lain saja begitu mengagumi apalagi seharusnya bangsa yang dipimpinnya juga lebih lagi. Mengkritik pemimpin tak ditabukan dalam era demokrasi para kartunis juga banyak memparodikan pemimpinnya.
Gaya kritik kartunis lewat wajah yang diplesetkan (karikatur) itu tak membuat tersinggung malah menertawakannya. Negeri yang persnya sudah modern memanfaatkan gambar sindiran ini untuk menyalurkan otokritik pemimpinnya yang sudah melenceng. Ilustrator yang jadi andalan media juga banjir orderan dengan resiko kalau ada bantahan balik malah akan jadi bumerang pendukung fanatiknya.
Melukis pemimpin belum jadi perhatian generasi milineal kini, artinya kreativitasnya masih sibuk dengan sebaran konten negatif. Sebaiknya yang punya bakat melukis lewat alat canggih bisa dijadikan pasilitas berlomba mempublis pemimpin pilihannya. Generasi muda harus mengambil peran ini lewat media sosial, tak jangan lupa sisi kulturalnya.
Gambar pemimpim yang dihasilkan alat canggih juga belum tentu mewakili karakter jika kontennya masih negatif. Masing-masing daerah juga punya pemimpin yang bisa mengayomi rakyat simpatisannya. Generasi muda mungkin bisa diberikan fasilitas atau wadah yang bisa menampung kreasi terbaiknya.
Kepekaan para pemimpinlah yang terlebih dahulu harus merangkul generasi muda kita. Mereka ini aset yang tak hanya cerdas intelektualnya tapi juga emosinya itu dikendalikan ke arah positif. Dalam strata pendidikan juga tak hanya memperkenalkan para tokoh pejuang atau pemimpin terhormat. Harus ada kesadaran pendidik menyelipkan cerita lewat menunjukkan lukisan yang terkait pimpinan.
Anak muda yang terlahir dizaman digital harus disentuh dengan gaya yang sama oleh kaum tua seperti gurunya. Kini anak muda cenderung sudah tak lagi bisa merasakan betapa dahulu para pejuang negeri ini membebaskan diri dari kolonial. Melihat kembali lukisan Soekarno yang dibuat oleh seniman kini, juga menumbuhkan rasa empati dan simpati buat publik.
Mungkin saja akan masa datang akan terlahir lagi pelukis berbakat berbakat yang siap meneruskan gaya pelukis seperti Basuki Heruwono ini. Selagi para seniman melukiskan pemimpin yang tak melanggar hukum tentunya patut diapresiasi. Melukiskan pemimpin yang dipilih Basuki ini adalah bentuk kesadarannya sendiri,
Ia bahkan membuat rasa kagumnya pada dua tokoh sekaligus dalam satu kanvas itu diperlihatkan kembali. Soekarno dan Basoeki Abdullah adalah dua tokoh yang legendaris dalam karir yakni proklamator dan pelukis spesialis istana. Saat melihat lukisan dua tokoh ini publik tentu akan terkenang akan kontroversialnya tentang wanita.
Basoeki Abdullah selain pelukis nyentrik menciptakan lukisan tentang wanita cantik dipercantik, ia juga berbusana rapi pakai jas. Kebiasaan melukiskan sosok wanita ini yang menjadikan beliau selalu diundang oleh pemimpin top dunia untuk dilukisnya. Sementara Basuki Bawono tak kalah hebat untuk mengungkapkan kembali presiden Soeharto.
Sosok yang juga pernah memimpin negeri cukup lama (orde baru) dengan atribut militernya. Dua tokoh pemimpin ini menjadi sumber ide bagi dua seniman beda zaman ini. Keduanya menunjukkan kualitas dan konsisten yang luar biasa dalam jalur yang sama yakni gaya realis. Kehadiran karya seni rupa realis hingga kini masih tetap menjadi perhatian, selain gaya – gaya lain yang terus saja bermunculan.