
Oleh: Rhinto Sustono. KATA kaderisasi sangat berarti bagi kelangsungan sebuah organisasi/komunitas. Tidak terkecuali bagi Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Deliserdang. Kesulitan muncul ketika akan menyatukan persepsi orang-orang yang sudah terhimpun.
Tanpa sosok kepemimpinan yang mumpuni, mampu mengayomi dan memutuskan sesuatu hal dalam petimbangan matang yang singkat, maka akan terasa sulit untuk meramu banyak persepsi dan aspirasi dari para mahasiswa.
“Yah, memang harus pintar-pintar mengambil kebijakan, Bang. Kalau tidak, komunitas sehebat apa pun akan segera bubar,” ungkap Ketua Bakorcab Fokusmaker Deliserdang, Darma Ade Putra Hutasuhut didampingi Sekretaris Agung Adipa Dewantara Siregar kepada Analisa, Kamis (2/7).
Organisasi kepemudaan berbasis mahasiswa dan alumni mahasiswa itu, menurutnya, berupaya tampil secara independen dan mandiri di dalam kebersamaan keluarga besar Soksi. Mengambil peran sebagai wadah pembentukan, pelatihan, peningkatan, dan pengembangan mutu (kawah candradimuka) para anggotanya, serta sekaligus menjadi sarana pengabdian mahasiswa kepada masyarakat, diakuinya bukan suatu pekerjaan ringan.
Apalagi, kader Fokusmaker juga dituntut berperan dalam mengabdikan dirinya demi kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Secara keorganisasian, Fokusmaker Deliserdang sudah terbentuk sejak orde baru, yakni pada 1995. Tokoh pemrakarsanya, yakni HMA Yusuf Siregar yang kini menjadi Wakil Bupati Deliserdang. Dalam sepak terjang pengabdian selama kurun waktu lebih dua dekade, kepemimpinan sejak 2017 dipercayakan kepada Darma Hutasuhut yang akrab disapa Dedek.
Banyak tugas yang diemban demi mempersiapkan kader pembangunan, terutama di internal keorganisasian. Terpenting, imbuh Dedek, yakni memberikali para anggota dengan berbgai pelatihan kepemimpinan untuk meningkatkan kemampuan SDM-nya.
Tugas berat itu terasa ringan jika diselesaikan secara ikhlas. Pun adanya personal yang mengurusi bidang-bidang di internal Fokusmaker turut aktif berperan. Sejumlah bidang itu, terdiri bidang organisasi, pengkaderan dan keorganisasian (OKK), bidang hukum dan HAM, bidang pendidikan dan pelatihan profesi, bidang peranan wanita kesetaraan gender dan perlindungan anak, dan bidang pemberantasan, pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika (P4GN).
Kemudian bidang ekonomi keuangan, industri dan teknologi, bidang pengabdian masyarakat, bidang perkebunan, kehutanan dan lingkungan hidup, bidang koperasi dan pemberdayaan UKM, bidang pertanian dan kelautan, serta bidang olahraga, kebudayaan dan pariwisata.
“Ke-11 bidang inilah yang berperan dan menentukan maju-mundurnya Fokusmaker. Sedangkan tugas kami sebagai ketua hanya mengarahkan dan menjaga rambu-rambu yang menjadi rel organisasi,” papar Dedek.
Multikegiatan
Untuk meningkatkan SDM anggota, sejumlah rangkaian pelatihan yang diselenggarakan mitra Fokusmaker, baik dari instansi pemerintah maupun swasta mereka ikuti. Misalnya Pelatihan Pendidikan Politik dan Kader Bangsa (P2KB) yang dihadiri Ketua Depinas Soksi, Ade Komaruddin.
Aktivitas pengabdian masyarakat pun digelar melalui berbagai program. Gotong royong menjadi menu utama dalam hal pengabdin masyarakat. “Gotong royong merupakan warisan leluhur yang tidak boleh hilang. Banyak makna yang bisa diambil dari kegiatan ini,” jelas Dedek.
Karena keseluruhan anggotanya tergolong anak muda, kegiatan kepemudaan terkait olahraga juga sering digelar dengan melibatkan masyarakat. Sedangkan untuk memacu prestasi generasi muda, ajang kompetisi bola voli juga pernah digelar di Kecamatan Percut Seituan.
Kepedulian terhadap generasi muda tidak sebatas pada usia sebaya mereka, tapi penyiapan kemampuan anak-anak untuk meraih prestasi juga pernah digelar melalui Kids Colouring Competition. Fokusmaker juga berpartisipasi pada peringatan Hari Anak Nasional 2018 yang dihadiri Ketua Umum Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait di Tanjungmorawa.
Agung Siregar menimpali, keutamaan dalam menyiapkan generasi muda tidak terlepas dari ragam kegiatan keagamaan. Hal tersebut penting agar segala aktivitas yang dilakukan tetap berharap kerdaan dari Tuhan yang Mahaesa. Karena itu, layaknya kegiatan safari Ramadan dan sahur on the road, sudah menjadi agenda tahunan.
Dalam waktu dekat, tambah Agung, Fokusmaker Deliserdang juga akan menggelar Festival Musik Akustik pada 22 Agustus 2019 dan babak final 24 Agustus 2019 di salah satu kafe di Desa Limaumanis, Tanjungmorawa. Ajang itu dimaksudkan guna memulihkan semangat musik anak muda Deliserdang agar selalu terhindar dari bencana narkoba melalui kegiatan positif dan kompetitif.
Di akhir perbincangan, baik Dedek maupun Agung sepakat, sekuat apa pun sebuah organisasi/komunitas yang melibatkan generasi muda, tanpa mampu berbuat untuk kepentingan masyarakat banyak, hanya akan menjadi kumpulan orang-orang semata.