Melepas Buaya yang Terperangkap di Hutan Bakau

melepas-buaya-yang-terperangkap-di-hutan-bakau

HUTAN bakau jika dikelola dan direstorasi kembali menjadi hutan bakau alami bisa dijadikan sebagai salah satu objek wisata alam yang menyenangkan. Selain bisa menyak­sikan keanekaragaman hayatinya, hutan bakau memiliki fungsi yang sangat penting dalam menahan abrasi, menjadi tempat hewan laut untuk bertelur, memiliki nilai ekonomi yang multikompleks bagi masyarakat disekitarnya.

Upaya konkrit yang dilakukan Sugianto Makmur dalam menyelamatkan hutan bakau telah dibuktikan dengan melakukan konservasi mandiri hutan bakau di Kun Kun, Natal, Mandailing Natal. Tahun 2009, ada sekitar 100 hektar lahan yang diganti rugikan milik masyarakat. Hutan ini sudah rusak, pohon bakaunya habis ditebang. Perlahan dan pasti, hutan mulai pulih kembali. Sekarang, hutan ini menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan Kun Kun, sebagai tempat mereka menangkap kepiting, udang dan ikan.

Dengan kondisi hutan bakau di Kun Kun yang sudah pulih, pada saat kunjungan kami ke kawasan hutan bakau ini, Sugianto hanya meminta kepada masyarakat untuk tidak menangkap ikan atau kepiting yang terlalu kecil serta tidak menembak burung yang tinggal di hutan bakau, terutama burung langka yang masuk dalam daftar hewan dilindungi.

Sepanjang perjalanan mengembalikan fungsi hutan bakau yang rusak di Kun Kun, Mandailing Natal, menurut ayah 4 anak ini, ada beberapa kali tawaran untuk membeli lahan yang sudah dikonservasi untuk dijadikan kebun sawit.

”Saya tolak mentah-mentah. Karena, ada kepuasan batin yang besar dalam merawat hutan bakau ini. Hampir semua paluh sungai di sana, sudah berubah menjadi kebun sawit, tepatnya diseberang lahan yang kami kelola dan sudah kami lestarikan seperti layaknya hutan bakau alami,” tandas Sugianto.

Berdasarkan keterangan dari masyarakat Kun Kun, di kawasan hutan bakau ini ada buaya yang hidup bebas. Untuk membuktikan keberadaan buaya ini, malam hari kami menyewa kapal motor dan melakukan perburuan dengan menggunakan senter. Satu jam menyusuri sungai Kun Kun kami tidak juga menemukan seekor buaya pun di sana. Mungkin karena air sedang pasang, buaya banyak yang bergerak ke hulu. Setelah agak jauh, kami memutuskan untuk putar balik.

Mendekati Desa Kun Kun, kapal motor yang kami tumpangi lajunya diperlambat. Dan salah seorang warga langsung memberitahukan bahwa ada seekor buaya sedang mengintai mangsa di pinggir sungai. Kami mendekat dan melihat langsung buaya yang sedang diam di tepi sungai. Ukurannya sekitar satu meter lebih, begitu posisi kami semakin dekat buaya langsung mengibaskan ekor dan menghilang.

Keesokan harinya, kami mendapat hadiah istimewa dari warga Kun Kun. Dua ekor buaya yang terperangkap dibubu nelayan pencari kepiting. Hari itu juga kami langsung membuat rencana untuk melepasliarkan kembali buaya ke kawasan hutan bakau Kun Kun. Masyarakat di sana pun sering melakukan hal serupa, setiap kali menemukan buaya yang terperangkap dalam bubu, buaya itu akan dilepas kembali ke habitatnya. (James P. Pardede)

()

Baca Juga

Rekomendasi