Medan, (Analisa). Dua jemaah calon haji asal Embarkasi Medan yang tergabung dalam kloter 22 harus cuci darah dua kali dalam seminggu. Keduanya masing-masing, Pinayung Abdul Rahim Harahap bin Abdul Rahim (57), Zainal Arifin Muhammad Nur bin Syakban (63).
Ketua Kloter 22, Arnan Hasan Lubis via Whatsapp, Senin (12/8) mengatakan kedua jemaah tersebut merupakan pindahan dari kloter 12 asal Binjai. Keduanya harus melakukan kontrol dan cuci darah dua kali dalam seminggu.
"Jemaah haji kita alhamdulillah sehat semua. Hanya saja jemaah haji pindahan dari kloter 12 itu, dalam satu minggu harus dua kali cuci darah. Hari Jumat kemarin sudah dibawa ke rumah sakit untuk cuci darah. Rabu malam sekitar pukul 12.00 WAS akan dibawa kembali ke rumah sakit untuk cuci darah kembali," ujarnya.
Meski harus cuci darah dua kali dalam seminggu namun Arnan Hasan Lubis mengatakan kedua tidak dirawat di rumah sakit. "Alhamdulillah sampai sekarang masih bersama dengan jemaah lain, "ujarnya. Saat ini sambungnya jemaah baru selesai melaksanakan salat Zuhur dan Ashar (jamak Takdim) dan masih berzikir.
"Besok pagi ba'da Subuh (12 Zulhijah) sekitar pukul 4.30 WAS akan berjalan kembali melakukan lempar jumrah yang kedua dan pada Rabu pagi setelah melakukan melempar jumrah hari tasyrik ke-3 hari terakhir di Mina dan setelah kembali ke maktab bersiap-siap untuk kembali ke hotel di Mekkah, "ujarnya.
Rencananya sebut Arnan, empat jemaah asal kloter 12 tersebut akan ditanazzulkan ke kloter 8." Setelah mabit di Mina akan saya urus proses tanazzulnya, "ujarnya.
MCK minim
Di sisi lain, jemaah pada hari kedua berada di Mina mengaku kesulitan untuk melaksanakan ibadah wajib, disebabkan minimnya mandi, cuci, kakus (MCK). Seperti diungkapkan salah satu jemaah yang juga ketua rombongan kloter 16 Embarkasi Medan, Adi Mansyar.
Disebutkannya, pada hari kedua berada di Mina jemaah agak kesulitan untuk melaksanakan ibadah wajib seperti salat. Karena minimnya MCK toilet, hanya ada satu toilet 14 kloset untuk sekitar 5 ribu jemaah.
"Di sini para jemaah saling menunggu untuk mendapatkan giliran kamar mandi terkadang membutuhkan waktu 5 sampai 14 menit. Sebab masing masing membutuhkan waktu 4 sampai 6 menit untuk 1 jemaah di dalam kamar mandi. Sedangkan antrean paling cepat membutuhkan waktu 15 sampai 20 menit,"ujarnya.
Selain itu, untuk mengambil wudu jemaah dibagi dari dua sisi satu sisi timur yang kedua sisi barat dari setiap sisi ada empat kran khusus untuk laki-laki. Berarti dari 5 ribu jemaah hanya ada delapan kran untuk tempat mengambil wudu. Sehingga banyak jemaah yang mempergunakan jatah air minum jemaah dipergunakan untuk mengambil wudu. Bahkan ada juga yang menggunakannya untuk mandi. Karena khawatir mengingat waktu salat.
Hal senada diungkapkan Ketua Kloter 21 Embarkasi Medan, Asbin Ahmad Pasaribu. Dia mengakui jemaah kesulitan untuk mendapatkan toilet karena jumlah jemaah di maktab yang terlalu banyak. “Hal ini cukup mengganggu karena harus antre berwudu. Tetapi bisa disiasati dengan menggunakan air minum mineral kemasan yang disediakan pihak maktab. Selain itu ada kesulitan lainnya di mana kapasitas 1 maktab misalnya 18 orang diisi 30 sampai dengan 40 orang sehingga jemaah ada yang tak tertampung di dalam tenda dan harus tidur beratapkan langit langsung. Semoga ini ujian yang harus disabarkan para jemaah,” ujarnya.
Sementara Arnan Hasan Lubis mengamini antrean untuk MCK ini. "MCK, sudah ada namun untuk buang air kecil dan besar antrean. Kalau mengambil wudu tidak ada kendala," pungkasnya. (ldi)