Islam dan Misi Kemerdekaan

islam-dan-misi-kemerdekaan

• Oleh: Gigih Suroso

Merdeka tidak melulu soal bebas dari penjajahan, dalam konteks yang lebih luas, merdeka sangat beragam maknanya. Islam lahir di atas muka bumi ini membawa misi perdamaian salah satunya dengan membebaskan manusia jahiliyah dari segala bentuk kejahilannya. Rasul pun diutus oleh Allah, semuanya mengajak manusia untuk merdeka dari bentuk kesyiri­kan.Nabi Muhammad mislanya, salah satu misi yang beliau bawa ada memerdekakan manusia dari perbudakan.

Sejak lahir ke dunia, manusia dalam keadaan merdeka. Suci tanpa noda, hingga akhirnya Ibu dan ayahnya, tetangga dan temannya, hingga syetan ikut andil memenjarakannya dalam lapas maksiat, jadilah ia tidak merdeka.

Karena telah dibelenggu oleh hawa nafsunya. Merdeka negaranya, tapi belum merdeka masyarakat dari kejahilan dan keburukan, maka sulit terbentuk perdamaian dan kemakmuran.

“ Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani” ( HR. Bukhari) Dalil tersebut adalah bukti bahwa manusia pertama kali dilahirkan dari rahim Ibunya adalah merdeka, tidak ada dosa dalam dirinya, tidak niat jahat dalam hatinya, tidak tersimpan benci dan dendam dalam hatinya.

Dahulu kala, saat Rasulullah belum diutus ke bumi, masyarakat di tanah arab tidak karuan jahilnya. Mereka membunuh anak-anak perempuan, menguburnya hidup-hidup. Gemar minum khomar sehingga sering lalai, saling bunuh dan saling hina, yang lebih parah memperbudak manusia. Ironi sekali, bagaimana bisa manusia kehilangan haknya karena sistem perbudakan yang ada.

Kemudia, Islam pun hadir, dibawa oleh Rasulullah, lahirnya saja membawa cahaya, menyuburkan yang tandus, menyegarkan kembali yang panas.

Rasulullah membawa Islam untuk dikenalkan kepada manusia, agar manusia bisa merdeka seutuhnya. Bebas dari belenggu kejahilan, bebas dari buruknya perbudakan, bebas dari tradisi yang mematikan akhlak manusia.

Beginilah ucap Umar bin Khattab bahwa manusia itu terlahir merdeka, dari mana engkau mendapat hak untuk memperbudaknya?” Islam sangat memuliakan manusia, bentuk penjajahan baik dalam rupa perbudakan atau lainnya adalah kejahatan, sebuah kedzholiman yang harus dilawan.

“Alif, lam, Raa’. Kitab yang kami wahyukan kepada mun supaya kau mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya dengan izin Tuhan menuju jalan Tuhan yang Maha perkasa, Maha Terpuji. Allah lah yang memiliki segala yang di langit dan yang di bumi.” ( QS. Ibrahim) Sudah sangat lama, bahkan sebelum penjajah datang ke Nusantara, Islam telah mengajarkan kepada manusia untuk melawan penjajahan yang mengambil kemerdekaan manusia

Maka tidak heran, di dalam sejarah tercatat bagaimana peran ulama dan santri dalam mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Maka sebenarnya, tidak ada pemisah antara negara ini dan Islam. Muslim yang baik pasti mencintai negaranya, tidak boleh merusak tanahnya, tidak dibenarkan menggunduli hutannya, tidak pantas mengotori lautanya. Sangat tidak bijak jika masih ada oknum masyarakat hari ini yang beranggapan bahwa Islam dan Indonesia itu berbeda.

Sebelum jauh membahas bagai­mana Indonesia ini merdeka, mari kita koreksi diri, seberapa merdekannya diri kita ini. Jangan-jangan masih terbelenggu hawa nafsu, atau dipenjara nikmat semu dunia. Ba­gaimana mana bisa orang dirinya sendiri tidak merdeka, bisa mengisi kemedekaan bangsa ini. Dahulu orang-orang bertarung melawan penjajah, hari ini kita bertarung melawan hawa nafsu.

Pernah dengar sebuah kalimat hikmah? Katanya kalau ingin memperbaiki bangsa ini, maka perbaikilah diri sendiri.

Kalau ingin menjaga kemerdekaan Indonesia, jagalah kemerdekaan jiwa dan raga. Perlu kita ingat, bahwa setan adalah penjajah paling abadi di dalam diri, dia tidak bisa hilang tapi bisa diusir.

“ Hai orang orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu” (QS. Albaqarah 208)

Mari kita lawan penjajah dalam diri, bebaskan dari belenggu syetan yang sudah berjanji akan menyakiti manusia, dan menyesatkan anak cucu adam sampai ke neraka. Penjajahan terhadap bangsa kita hari ini, tidak dengan tembakan dan ledakan, tapi dengan banyak hal, salah satunya teknologi. Tanpa iman di hati, kita akan kesulitan melawan penjajahan dalam bentuk itu.

Makna merdeka dalam Islam bisa kita temukan dalam kisah-kisah sahabat, satu diantarannya Rib’i bin Amir, dihadapan Rustum, panglima bangsa Persia menyampaikan “Kami datang untuk memerdekakan manusia dari penyembahan dari sesama manusia, menuju penyembahan kepada Rabb manusia, Allah Subhana wa ta’ala semata.

Untuk memerdekakan manusia dari kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan akhirat, dan untuk memerdekakan manusia dari ked­zhaliman beragam agama, menuju Islam”

Dan akhirnya, mari kita maknai hari kemedekaan Indonesia ini sebagai refleksi bahwa setiap kita juga harus merdeka. Bangsa kita sudah lama bebas dari penjajah, lalu bagaimana dengan kita? Sebagai muslim yang baik, sudah jelas termaktub, bahwa syetan adalah penjajah yang abadi sampai mati.

Sebagaimana Indonesia yang merdeka, kita juga harus merdeka dari sebagai bentuk kemaksiatan dan dosa. Terlebih hari ini, beragam ma­cam keburukan bisa diakses dengan mudanya.

Narkoba, Pencurian, Korupsi dan Terorisme adalah penjajah abad ini, melawannya tak bisa dengan senjata dan tumpahnya darah. Tapi dengan Iman dan Islam di dada. Wallahu A’lam bishowwab.

Penulis: Anggota Pesatuan Alumni Dinamika (PADI) UIN Sumatera Utara.

()

Baca Juga

Rekomendasi