Pada 2045 Indonesia bercita-cita menjadi negara maju kelima di dunia, setelah China, Amerika Serikat, India, dan Jepang dengan besaran produk domestik bruto (PDB) 7,3 triliun dolar AS dan pendapatan per kapita sudah di atas 25.000 dolar AS.
Oleh: Fahrin Malau
Untuk mencapai itu, pemerintah fokus dalam peningkatkan sumber daya manusia (SDM). Pada peringatan HUT ke-74Kemerdekaan Republik Indonesia, pemerintah mengusung tema, “SDM Unggul, Indonesia Maju”. Ini menunjukkan bahwa peningkatan SDM harus dilakukan untuk mengantarkan Indonesia menjadi negara maju.
Pada suatu acara di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, 14 Juli 2019 lalu, Presiden Joko Widodo mengungkapkan, pembangunan SDM sebagai kunci Indonesia maju di masa depan. Menurutnya titik dimulainya pembangunan SDM adalah dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan dalam kandungan, kesehatan bayi, kesehatan balita, dan kesehatan anak-anak sekolah.
Ini merupakan umur emas untuk mencetak manusia Indonesia yang unggul ke depan, harus dijaga betul, jangan sampai ada stunting, jangan sampai ada kematian ibu, dan kematian bayi yang meningkat.
Selain kesehatan SDM, juga disinggung soal kualitas pendidikan yang akan terus ditingkatkan. Pada periode keduakepemimpinannya, presiden memastikan akan membangun lembaga manajemen talenta, vokasional training, dan vokasional school.
Pemerintah akan mengidentifikasi, memasilitasi, serta memberikan dukungan pendidikan dan pengembangan diri bagi talenta anak bangsa, karena akan memberikan kontribusi besar bagi percepatan pembangunan Indonesia dengan menyiapkan lembaga-lembaga khusus yang mengurus manajemen talenta yang hebat, yang bisa membawa negara ini bersaing secara global.
Wakil Presiden Jusuf Kalla saat menyampaikan pidato di Indonesia Development Forum 2019 di Jakarta Convention Center, Juli lalu, menyorot tantangan pembangunan ke depan adalah kemajuan teknologi. Kemajuan ini, harus seiring dengan peningkatan kualitas SDM. Pendidikan yang baik bisa memicu penerapan teknologi yang sesuai.
“Pada dasaranya, kemajuan suatu bangsa adalah memenuhi kebutuhan industri, tapi harus ada pendidikan yang baik supaya sesuai dengan teknologi," katanya.
Wapres menilai, perencanaan pembangunan yang matang menjadi faktor penting untuk kemajuan negara. Pemerintah sebaiknya tak memberikan perencanaan dari atas ke bawah saja. Justru perlu juga mendengarkan ide-ide dari semua pelaku usaha, untuk menyatukan yang dikerjakan sekarang dan masa depan.
Perlunya SDM unggul guna meningkatkan inovasi juga disampaikan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza, belum lama ini. Peningkatan kinerja SDM ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menghasilkan berbagai inovasi teknologi berdaya saing tinggi, yang mampu signifikan memberikan kontribusi pada ilmu pengetahuan dan teknologi bagi perekonomian nasional. Itu bisa dicapai melalui peningkatan daya saing menuju kemandirian teknologi industri, khususnya dalam menyongsong era Industri 4.0.
Menurut Hammam, SDM unggul dapat dijadikan tonggak sejarah untuk melanjutkan program tinggal landas Indonesia menjadi salah satu negara maju, dengan kekuatan ekonomi tertinggi di dunia dalam menyongsong Indonesia Emas 2045, dengan mayoritas SDM yang unggul, cerdas, kompeten, dan profesional.
Karena itu, sejak dini perlu disiapkan SDM unggul yang dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menjadi pondasi utama pengerak kemajuan bangsa, seperti di negara-negara maju, Jepang, Korea, dan Singapura yang tidak memiliki sumber daya alam seperti Indonesia. Akan tetapi, dapat menjadi negara maju.
Tantangan
Indonesia menjadi negara maju adalah cita-cita mulia. Tapi untuk mencapai cita-cita tersebut tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Butuh kerja keras.
Berdasarkan data World Bank (Bank Dunia), human capital index (HCI/ indeks modal manusia) Singapura 0,88 berada di peringkat pertama, Vietnam 0,67 berada pada peringkat 48, Malaysia dengan skor 0,67 berada pada peringkat 55, kemudian Thailand dengan skor 0,60 pada peringkat 65, dan Filipina dengan nilai 0,55 pada peringkat 84. Sementara, Kamboja berada pada peringkat 100 dengan nilai 0,49, Myanmar peringkat 107 dengan nilai 0,47, dan Laos pada peringkat 111 dengan nilai 0,45. Sedangkan HCI Indonesia 0,53 atau berada pada peringkat 87 dari 157 negara.
Masalah stunting (anak tumbuh pendek) yang menjadi perhatian serius pemerintah merupakan tantangan mewujudkan SDM unggul. Walau dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) menunjukkan penurunan. Dari 37,2 persen pada Riskesdas 2013 menjadi 30,8 persen pada Riskesdas 2018, tapi masih tinggi dari rekomendasi organisasi kesehatan dunia (WHO) kurang dari 20 persen.
Persoalan lain belum merata kualitas pendidikan. Dengan kondisi geografis di Indonesia yang sangat luas, ini menjadi tantangan terberat untuk melahirkan SDM unggul. Tantang lainnya, masih sedikit keterlibatan partisipasi pihak swasta dalam pendidikan.