
Oleh: Muhammad Ali, MLS.
Kepariwisataan Kabupaten Batubara telah menjadi lirikan wisatawan. Lambat tetapi pasti kabupaten yang baru dimekarkan ini telah memiliki Objek-objek wisata andalan yang menjadi magnit penarik pengunjung. Variasi objek yang ditawarkan membuat pengunjung betah berlama-lama.
Kabupaten Batubara adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan. Setelah terpisah dari induknya, kabupaten ini kini telah unjuk gigi dengan mengeksplor dan memoles tempat-tempat yang dahulunya sederhana kini telah dijadikan objek wisata indah yang dapat menambah pendapatan masyarakat sekitar.
Diantaranya ada dua pulau yang sangat indah yaitu Pulau Salah Nama dan Pulau Pandang yang telah menjadi kebanggaan Kabupaten ini sebagai wisata pantai dan wisata memancing. Kedua pulau tersebut sering kita dengar dan dipublikasikan sehingga untuk kali ini penulis meninjau kawasan yang sedang berkembang dan diminati wisatawan tersebut, yaitu Wisata Alam Datuk (WAD).
Pengelola objek WAD tidak perlu berpikir muluk-muluk untuk mendatangkan wisatawan mancanegara ke tempat ini karena wisatawan domestik yang berkunjung sudah sangat ramai. Dengan menghabiskan waktu tiga jam berada di lokasi WAD, pengunjung telah dapat menikmati alam dan fasilitas yang ada di dalamnya.
Keberhasilan suatu objek wisata tidak terlepas dari kepuasan dan keamanan pengunjung. Promosi yang dilakukan pengunjung kepada kerabat mereka biasanya lebih ampuh dari leaflet ataupun pamflet. Dengan adanya media sosial menjadikan objek wisata bisa cepat lebih dikenal apalagi gambar-gambar yang ditampilkan menarik dan bervariasi sehingga mengundang pengunjung datang ke tempat wisata tersebut.
Kasus objek wisata WAD ini penulis berpendapat wisatawan domestik sangat menikmati lingkungan dan makanan khas Batubara yaitu ikan panggang. Karena di kawasan ini ikan segar langsung dapat dipanggang dekat pembeli. Dan pembeli dapat langsung memilih jenis ikan dan besarnya. Suasana sangat alami, memanggang ikan dibawah pepohonan mangrove yang sukar didapat di objek wisata lain.
Wisata Alam Datuk memiliki pondok-pondok yang dibangun sederhana dengan menggunakan bahan tempatan yaitu kayu mangrove dan papan dari kayu kelapa. Pondok-pondok ini sengaja dibangun menghadap pantai agar pemandangan lebih indah. Untuk sewa pondok dan tikar hanya Rp.20.000.-
Harga ini cukup terjangkau dan pengelola menganjurkan pengunjung untuk memesan kopi atau teh manis kepada empunya pondok seolah sebagai kompensasi murahnya sewa pondok dan tikar dan demi lancarnya dagangan mereka.
Untuk menikmati fasilitas yang ada di dalam objek wisata ini, seperti : masuk ke perkampungan Papua dan memakai topi dari bulu burung, berfoto di sekitarnya dan memanjat rumah pohon yang disediakan. Pengunjung diharuskan membeli tiket dengan harga Rp.5.000.-/ orang.
Dengan menunjukkan tiket pengunjung dapat menikmati fasilitas lain, sehingga pengunjung cukup membeli tiket sekali saja untuk menikmati beberapa fasilitas. Sistem seperti ini penulis sebut manajemen satu pintu yang cukup baik dan wisatawan sangat senang dengan sistem ini.
Untuk masuk ke objek WAD dikenakan biaya Rp.10.000.-/ orang termasuk parkir kendaraan. Tempat parkir di bawah pepohonan rindang terasa nyaman dengan penjagaan petugas yang cukup aman.
Letak Lokasi
Objek Wisata Alam Datuk terletak di Kota Sungai Pasir yang luasannya mencapai lebih dari tiga hektar. Minimnya rambu-rambu untuk mencapai WAD maka pengunjung harus ekstra hati-hati agar tidak salah arah karena ada beberapa pantai yang sedang mendapat perhatian wisatawan.
Ada tiga pintu masuk yang bisa dilalui jika ingin ke WAD ini yaitu jika anda dari Kota Medan bisa masuk dari Simpang Kuala Tanjung, jika dari Pematangsiantar sebaiknya masuk dari Simpang Empat Kecamatan Limapuluh. Dan jika dari Kisaran dianjurkan masuk dari Simpang Sei Bejangkar.
Rute-rute ini adalah yang paling cepat ke WAD. Kondisi jalan pada umumnya sudah baik. Hanya saja memang sudah menjadi tradisi di Sumatera Utara jika ingin memasuki objek wisata biasanya jalan mulai rusak. Entah apalah pikiran pemerintah daerah selalu menyulitkan pengunjung untuk masuk objek wisata. Kemanapun kita pergi berwisata selalu dijumpai jalanan rusak mendekati objek. Kondisi yang demikian menyebabkan ketidaknyamanan pengunjung.
Kalau kita melirik provinsi lain contohnya Sumatera Barat, tidak ada diskriminasi kondisi jalan, semuanya bagus, makin dekat ke objek wisata diusahakan makin baik agar pengunjung merasa nyaman.
Pepohonan mangrove yang tumbuh di kawasan WAD sangat membantu pengunjung agar tidak kepanasan. Wisata Alam Datuk dengan menyuguhkan beberapa rumah contoh dengan konsep alam dan pendekatan inilah yang disebut dengan “Konsep Ekowisata”.
Pepohonan mangrove yang tumbuh dengan akar menggantung membuat kawanan kera ekor panjang dengan riangnya melompat ke sana sini. Makin sore kawanan primata ini makin banyak berdatangan. Hewan-hewan ini biasanya mengharapkan makanan dari pengunjung. Kalau tidak hati-hati menjaga makanan dengan baik, hewan-hewan ini akan mengambilnya dengan sangat cepat dan membawa makanan ke atas pohon. Demikian juga dengan tas kecil harus dijaga dengan baik kalau tidak akan digondol kera ke atas pohon.
Perlakuan hewan ini sebenarnya menjadi tontonan yang mengasikkkan bagi wisatawan. Lokasi ini biasanya diramaikan oleh pengunjung domestik yang datang dari Medan, Tanjung Balai, Kisaran dan daerah sekitarnya. Mari menikmati Wisata Alam Datuk yang rada unik dan nyaman. ***