Keceriaan Anak dalam Goresan

keceriaan-anak-dalam-goresan

Oleh Azmi TS

APA yang terlintas dalam bayangan orang dewasa tentang dunia kanak-kanak, tentu saja beragam. Beda dengan sejumlah imajinasi yang ada dalam benak pelukis yang satu ini. Dia sudah mengalisanya sedari awal, sehingga muncullah lukisan dunia anak-anak. Selain unik karya seni lukis itu dominan menyiratkan lingkungan anak yang penuh keceriaan.

Ahmad Su’udhi memang pelukis yang pandai me­rangkai berbagai sisi per­kem­bangan sosial anak-anak. Dia paham betul bah­wa pasangan yang telah menikah tentu tak ada ke­sempurnaan hidup di dunia apabila tak punya anak. Banyak isu juga bahwa banyak orang tua telah me­nyu­guhan cerita yang me­ng­gembirakan. Karena dia telah melakukan ekploitasi, melanggar HAM, dan tin­dakan kriminal akhirnya ber­ujung ke penjara.

Melihat kisah tentang anak-anak, pandangan Su’udhi berkata lain. Jus­teru setiap goresannya menampilkan visual ber­nuansa ceria. Figur anak-anak semuanya menggambarkan tanpa beban, dengan raut wajahnya yang tersenyum. Dunia anak-anak memang identik dengan dunia bermain terutama di usia dini.

Kejelian yang begitu detail, sehingga kumpulan anak-anak itu yang memang sedang bercanda ria di lingkungan sehat. Tentu saja lingkungan itu turut mem­pengaruhi imajinasi anak. Pelukis ini sudah mengetahui ketika anak-anak yang tinggal di negara teknologi tinggi berbeda pikiran­nya dengan negara berkembang.

Imajinasi anak yang bermukim di negara berpikiran tradisional relatif sederhana, beda dengan anak negara modern. Bahkan anak korban kecamuk perang akan mengalami kendala tak berkesudahan. Ada yang membuat anak-anak punya mimpi tentang rasa optimisme mereka tentang kehidupan yang lebih baik ke depan. Momen-momen itu setangkup dengan kecintaan Su’udhi membaca seluk-beluk dunia kanak-kanak tadi. Kehadiran luki­san­nya yang menambah sejumlah seniman nu­santara ini mengusung kreasi kehidupan sosial kanak-kanak. Dia memilih usia antara 4 hingga 12 tahun itu menurutnya masih bersih.

Setiap goresan tentang gaya dan gerak-gerak anak yang lincah, bersahaja, ditambah problematiknya itu dia sangat optimis. Walaupun ramalan optimisme itu yang tepat justru sang anaklah yang paling jitu. Karena pada prinsipnya orang dewasa tak akan bisa lagi tahu kehidupannya ke depan.

Berkaca pada diameter umur tentu saja anak-anak itulah yang berhak meramalkan kehidupannya. Tepatnya kalaulah dia selamat melakoni hidup selama tahun itu berjalan. Tercatat, Ahmad Su’udhi tak sendirian, ada Erica Hestu, Faizal, M. Jafin, Rosid, dan lain-lain menekuni cukup lama tematik ini.

Indonesia yang penduduknya padat dan tersebar di beberapa provinsi, tentunya tak akan habis dijadikan tema buat seniman. Pelukis yang juga kategori punya anak dan keluarga ikut mengawal masa depan golden age (usia emas). Usia 5-7 tahun khusus tahap awal anak lanjut ini jangan sampai ter­abaikan (luput dari pantauan).

Tahap ini juga termasuk perkembangan yang lazim disebut usia penggunaan akal. Diprediksi dalam proses usia tersebut tumbuh dan berkembangnya potensi anak yang gemilang. Anak usia ini juga diasum­sikan kemampuannya bertambah agar siap menerima tanggung jawab baru karena memasuki dunia pendidikan.

Bukan mustahil pula, ketika dia mema­suki dunia sekolah akan menambah optimis­me menciptakan kreasi sendiri. Anak tentu akan terdeteksi oleh pengajar tentang bakat, naluri, dan menerima ilmu yang bermanfaat. Sungguh naïf bagi orang dewasa tak tahu atau tak mau tahu anak adalah aset, jadi jangan disepelekan. Lukisan Su’udhi sangat inspiratif sekali buat orang dewasa yang peduli fenomena kehidupan sosial anak. Membaca analisa dari lukisan itu, kita tahu, belum tentu orang dewasa itu superior. Bisa jadi anak kita itu lebih dewasa jalan pikirannya, sebab saat ini dunia smartphone hampir menguasai seluruh isi otaknya.

Apabila kita lalai dalam hal mengawasi anak dalam memakai alat canggih ini, bukan mustahil peran orang tua sudah tergantikan. Sekali lagi kearifan dan pemanfaatkan alat itu selalu dalam radar pengawasan orang dewasa.  Tentu kita tak akan malu mengakui anak kita lebih cepat paham. Hanya yang satu ini belum tergantikan dimiliki alat canggih itu yakni soal rasa kasih sayang dan sentuhan belaian.

()

Baca Juga

Rekomendasi