London, (Analisa). Pasaran komoditas global beragam namun cenderung melemah dipicu oleh ketidakpastian perdagangan AS-Tiongkok, dengan para pelaku pasar cenderung berhati-hati karena masih menantikan seputar kemajuan perdagangan dari dua negara ekonomi terbesar dunia itu.
Di AS, hubungan perdagangan AS dan Tiongkok belum menunjukkan tanda-tanda untuk mereda meski Presiden Donald Trump memutuskan untuk menunda permberlakuan tarif tambahan pada barang impor Tiongkok. Imbal hasil (yield) obligasi 30 tahun AS merosot di bawah 2 persen untuk pertama kalinya pada Kamis karena kekhawatiran akan resesi global merusak sentimen pasar keuangan dan mendorong investor ke arah aset safe haven. Sementara itu, kekhawatiran baru seputar prospek pertumbuhan global saat ini meningkatkan kemungkinan langkah pelonggaran moneter oleh Federal Reserve AS (Fed).
Di Eropa, gejolak politik di Italia terus meningkat dengan Wakil Perdana Menteri Italia Matteo Salvini menyerukan untuk melakukan pemilihan lebih awal serta meminta anggota parlemen untuk bergerak dan kembali ke parlemen untuk mosi yang tidak percaya. Ekonomi di kawasan ini melemah berkelanjutan menyusul rilis data produk domestik bruto (PDB) Jerman yang menunjukkan penurunan, terutama dalam produksi pabrik pada Juni.
Perkembangan pasaran beberapa komoditas utama di pasar internasional pekan lalu, dapat disimpulkan sebagai berikut:
E M A S
Pasaran: Meningkat. Harga emas memperpanjang kenaikan didukung oleh kekhawatiran bahwa pembalikan kurva imbal hasil (yield) obligasi AS mensinyalir akan terjadi resesi di negara ekonomi terbesar dunia itu. Norbert Ruecker, Kepala ekonomi dan penelitian next-generation di Julius Baer mengatakan, penurunan yield obligasi Pemerintah AS telah menunjukkan tanda-tanda akan terjadinya resesi.
Federal Reserve AS (Fed) juga diproyeksikan akan kembali memangkas suku bunga acuannya di tengah meningkatnya ketidakpastian perdagangan antara AS dan Tiongkok.
Di London, harga ditutup $1.515,25 per ounce Jumat, naik dari $1.497,70 harga sepekan lalu.
Di Comex New York, kontrak Desember 2019 ditutup $1.523,60 per ounce Jumat, naik dari $1.508,50 harga sepekan lalu.
P E R A K
Pasaran: Menguat. Harga perak beringsut lebih tinggi karena investor masih menantikan perkembangan perdagangan AS-Tiongkok. Adrian Day, Presiden Asset Management di Adrian Day mengatakan, meningkatnya ketidakpastian perdagangan dua negara ekonomi terbesar dunia itu mendorong para investor untuk melakukan aski ambil untung. Namun, harga perak diperkirakan akan kembali tertekan jika perang perdagangan AS-Tiongkok tidak menunjukkan tanda-tanda untuk mereda dalam waktu dekat.
Di London, harga spot ditutup $17,07 per ounce Jumat, naik dari $16,93 harga sepekan lalu.
Di New York, kontrak September 2019 ditutup $17,12 per ounce Jumat, naik dari $16,93 harga sepekan lalu.
T I M A H
Pasaran: Tidak menentu. Harga timah beragam namun cenderung stabil pada Jumat di tengah ketidakpastian hubungan perdagangan antara AS dan Tiongkok. Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Kamis bahwa tim negosiator kedua negara sedang mengadakan pembicaraan perdagangan dan mengharapkan kedua belah pihak dapat bertemu pada September mendatang.
Sementara itu, Tiongkok berjanji untuk membalas tarif terbaru AS namun meminta AS untuk memenuhi setengah dari kesepakatan perdagangan potensial.
Harga timah yang dianggap sebagai ukuran kesehatan ekonomi, telah dirugikan oleh perang dagang yang berkepanjangan antara dua ekonomi terbesar dunia dan telah turun 3,6 persen sepanjang tahun ini di London Metal Exchange (LME).
Di LME, kontrak timah tiga bulan ditutup $16.800 per ton Jumat, stabil dari harga sepekan lalu.
Di pasar timah Kuala Lumpur, harga spot ditutup $16.950 per ton Jumat, naik dari $16.860 harga sepekan lalu.
MINYAK MENTAH
Pasaran: Melonjak. Harga minyak naik pada Jumat karena data ekonomi yang kuat dari AS memudarkan kekhawatiran para investor tentang kemungkinan terjadinya resesi ekonomi. Departemen Perdagangan AS pada Kamis (15/8) melaporkan, belanja konsumen negara itu melonjak pada Juli, dengan penjualan ritel dan makanan naik 0,7 persen menjadi US$523,5 miliar.
Namun, penguatan harga minyak cenderung terbatas karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menurunkan proyeksinya untuk pertumbuhan permintaan minyak dunia 2019 sebesar 40.000 barel per hari (bph) menjadi 1,1 juta barel secara tahunan. Penurunan proyeksi tersebut dipicu oleh ketidakpastian terkait pertumbuhan ekonomi global.
Di London, kontrak Brent untuk Juni 2019 ditutup menjadi $59,75 per barel Jumat, naik dari $58,27 harga sepekan lalu.
Di New York, kontrak New York Merchentile Exchange untuk Juni 2019 ditutup $54,87 per barel, naik dari $53,33 harga sepekan lalu.
K A R E T
Pasaran: Beragam. Harga karet tidak menentu namun cenderung melemah selama beberapa pekan terakhir karena sebagian besar pasar mencatatkan penurunan. Tren penurunan harga karet dalam empat pekan terakhir dipicu oleh lemahnya permintaan di tengah perlambatan yang sedang berlangsung di pasar ban dan otomotif global. Namun, harga karet yang diproyeksikan akan kembali menguat di tengah ketidakpastian perdagangan AS-Tiongkok mendorong investor untuk melakukan aksi ambil untung.
Di Tokio, kontrak benchmark Agustus 2019 ditutup 172,3 yen/kg pada Jumat, turun dari 193,3 harga sepekan lalu.
Di Thailand, STR-20 September 2019 ditutup $1,33/kg, stabil dari harga sepekan lalu.
Di Singapura, TSR-20 Agustus 2019 ditutup $129,8/kg, turun dari 134,5 harga sepekan lalu.
Di Malaysia, SMR-20 untuk September 2019 ditutup US 132,00 sen/kg, turun dari 133,00 harga sepekan lalu.
K O P I
Pasaran: Tidak menentu. Harga kopi beragam namun cenderung melemah dipicu oleh panen besar yang terjadi di Brazil tahun ini, sementara permintaan global tidak mampu mengimbangi jumlah pasokan yang membanjiri pasar.
Penurunan ini sekaligus mengakhiri penguatan harga kopi yang sebelumnya naik didukung oleh berkurangnya pasokan domestik yang mendorong harga karet lebih tinggi di Vietnam dan proyeksi berkurangnya panen karet di Indonesia.
Di London, kontrak Robusta November 2019 ditutup $1.333,0 per ton Jumat, naik dari 1.312,0 dari harga sepekan lalu.
Di New York, kontrak Arabika September 2019 ditutup $96,35 per ton Jumat, turun dari $97,40 harga sepekan lalu.
K A K A O
Pasaran: Melingsir. Harga kakao beringsut lebih rendah tertekan oleh ekspektasi bahwa pasokan kakao akan berlebih di pasar karena cuaca yang bagus dan prospek produksi yang kuat dari salah satu kawasan penghasil kakao dunia, Afrika Barat.
Ketidakpastian ekonomi global juga turut membebani penguatan harga komoditas ini, yang diproyeksikan akan berdampak pada lemahnya permintaan di masa depan.
Sementara itu, juru bicara untuk Dewan Kakao Ghana pada Kamis mengatakan, Ghana selaku produsen kakao terbesar kedua dunia tidak akan membuat keputusan harga kakao pertanian hingga komite industri bertemu untuk mendiskusikan hal tersebut pada September mendatang.
Di London, kontrak Desember 2019 ditutup £1.711,00 per ton Jumat, turun dari £1.777,00 harga sepekan lalu.
Di New York, kontrak September 2019 ditutup $2.187,00 per ton Jumat, turun dari $2.254,00 harga sepekan lalu.
G U L A
Pasaran: Meningkat. Harga gula melonjak didukung oleh berkurangnya pasokan gula di pasaran sehingga memudarkan kekhawatiran seputar pasokan berlebih, dengan prospek defisit global untuk musim 2019-2020.
Pasokan gula di pasar mengalami penyusutan akibat tertundanya panen di tengah cuaca buruk di India, negara dengan konsumen gula terbesar dunia. Sebelumnya, curah hujan yang cukup tinggi di kawasan tersebut telah mengakhiri kekeringan di perkebunan tebu namun pada akhirnya berdampak pada kebanjiran.
Di London, kontrak gula putih untuk Agustus 2019 ditutup $314,10 per ton Jumat, naik dari $310,80 harga sepekan lalu.
Di New York, kontrak gula mentah untuk Oktober 2019 ditutup 11,64 sen per lb Jumat, naik dari 11,43 harga sepekan lalu. (AFP/RM/AP/BT/FXS/htb)